Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami Sisi Lain Pembelajar Disleksia

24 Mei 2023   21:33 Diperbarui: 24 Mei 2023   23:12 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disleksia adalah gangguan belajar ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, dan mengeja. Disleksia disebabkan oleh kelainan pada otak saat memroses bahasa. 

Anak disleksia mengalami kesulitan membedakan bentuk dan bunyi pelafalan huruf dan angka, sehingga sering tertukar antara huruf yang memiliki kemiripan seperti "b dan d"atau angka "8 dengan huruf B". 

Meskipun begitu anak dengan disleksia mampu memahami maksud dari perkataan secara lisan atau melalui visualisasi gambar. Kesulitan lainnya yang dialami oleh pembelajar disleksia yaitu mengingat kata. Tidak heran jika perbendaharaan kata mereka lebih sedikit daripada anak seusianya. 

Membiasakan anak disleksia memelajari bahasa yang mudah untuk dipahami dan konsisten menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari sangat efektif membantu pemahaman bahasanya. 

Otak manusia terdiri atas dua hemisfer yaitu kiri dan kanan. Keunikan pada pembelajar disleksia adalah bagian otak mereka yang dominan adalah bagian kanan. Otak bagian kanan bekerja pada bidang kesenian, musik, kreatifitas,visual, intuisi, dan emosi. 


Berdasarkan informasi ini, maka sebagian besar pembelajar disleksia mengandalkan kreatifitas dan visualisasi gambar sebanyak mungkin untuk membantu eksplorasi mereka terhadapi dunianya.  

homeschoolingwithdyslexia.com
homeschoolingwithdyslexia.com

 Metode belajar apa yang sesuai? 

Pembelajar disleksia mengutamakan simbolisasi dan imajinasi dalam proses memaknai dunianya. Sebab itu, cara belajar di sekolah formal yaitu duduk tenang, memperhatikan, dan mendengar kurang efektif menunjang proses belajar pembelajar disleksia. Metode belajar yang sesuai untuk pembelajar disleksia yaitu :

  • Menggunakan visualisasi gambar dan menggunakan teknik sensori. Kegiatan belajar dengan cara hands on atau praktik langsung seperti membuat eksperimen, bermain pasir, membentuk clay, menggambar, mewarnai dan lain sebagainya adalah contoh kegiatan belajar yang seru dan menyenangkan bagi mereka.  
  • Brainstorming. Perbanyak diskusi dalam kelompok keci. Anda akan terkejut dengan kemampuan disleksia menyampaikan pendapat dan pikirannya. Berikan mereka banyak ruang untuk mengungkapkan pikirannya secara lisan karena mereka kesulitan mengekspresikannya secara tertulis. Mereka mungkin mengalami kesulitan merangkai kata. Disinilah peran guru dan orangtua membantu mereka mengasah dan mengatur pikirannya. 
  • Berikan tugas yang bervariasi seperti pengerjaan poster, lukisan, atau membuat komik sebagai cara mereka mempresentasikan hasil kerjanya. Pembelajar disleksia lebih aktif dan antusias belajar di ruangan terbuka daripada sekedar di dalam kelas. 
  • Sediakan waktu istirahat di tengah-tengah pelajaran. Lakukan ice breaking seperti mendengarkan musik untuk menstabilkan kerja otak dan membantu mereka tetap fokus di kelas. 
  • Gunakan flash cards. Kartu bergambar efektif membantu menambah perbendaharaan kata mereka dan membantu melancarkan komunikasi. Selain itu simbolisasi seperti angka 4 disimbolkan dengan bentuk kursi, angka 2 disimbolkan dengan angsa, huruf J disimbolkan dengan gambar tongkat dan lain-lain merupakan metode belajar yang bermanfaat bagi mereka. 

Gaya belajar pembelajar disleksia

Ada 3 jenis gaya belajar yang dikenal yaitu visual, auditoris, dan kinestetik. Semua orang pada dasarnya menggunakan 3 gaya belajar tersebut hanya preferensi pada tiap orang berbeda. 

Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan pengajar mengidentifikasi terlebih dahulu gaya belajar anak disleksia. Dengan begitu akan lebih mudah untuk memfasilitasi proses belajarnya. 

Pada anak disleksia, metode belajar visual dipastikan bermanfaat dan memberikan dampak positif untung mengoptimalkan proses belajarnya. Namun, alangkah lebih baik bagi orangtua dan pengajar untuk mencari tahu preferensi gaya belajar mereka yang dominan.  

Kelebihan Pembelajar Disleksia

Memahami karakteristik pembelajar disleksia tidak hanya berfokus pada kesulitan yang mereka hadapi. Lebih jauh, anak dengan disleksia juga memiliki kelebihan yang perlu orangtua dan pengajar ketahui. Berikut ini adalah kelebihan pembelajar disleksia yang dilansir dari berbagai literatur: 

  • Seeing the bigger picture. Berpikir secara holistik. Memerhatikan bagian-bagian kecil kemudian membuat satu kesimpulan, tetapi detail tersebut tidak menjadi focus utama. 

  • Gemar menemukan suatu keanehan atau keganjilan. Anak disleksia memiliki keunggulan dalam melihat sesuatu secara menyeluruh. Sehingga mereka peka terhadap sesuatu yang kurang atau tampak tidak biasa. 

  • Cakap mengenal pola. Mereka memiliki kemampuan menghubungkan beberapa hal membentuk suatu kesimpulan utuh. Kecakapan lainnya yaitu mengidentifikasi kesamaan diantara  beberapa hal. Inilah mengapa visualisasi dalam pelajaran sangat membantu pemahaman mereka. 

  • Pengetahuan spasial. Selain kemampuan visual, anak disleksia memiliki kelebihan dalam hal spasial. Mereka mampu manipulasi bentuk 3D dalam pikirannya. 

  • Berpikir berdasarkan gambar. Anak disleksia mengembangkan kemampuan berpikir dari gambar daripada kata-kata. Hasil penelitian dari California University menyatakan bahwa anak disleksia meningkatkan kemampuan memorinya melalui gambar atau disebut picture recognition memory.

  • Business entrepeneurs. Anak disleksia mengembangkan pola pikir yang berbeda dari anak tipikal pada umumnya. Mereka mampu berpikir strategis dan kreatif yang dapat memberikan keuntungan secara bisnis. 

  • Berpikir di luar pada umumnya (out of the box). Anak disleksia dipercaya memiliki cara penyelesaian masalah dengan pendekatan yang tidak biasa. Cenderung menggunakan intuisi mereka untuk menyelesaikan permasalahan. Terkadang mereka tampak seperti melamun, tetapi otak mereka sedang bekerja memikirkan sesuatu. Menghubungkan berbagai macam hal yang diperoleh dari hasil observasi dan kemudian menjadi satu strategi atau kesimpulan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Berfokus pada kelebihan anak disleksia akan membantu meningkatkan rasa percaya diri dan rasa mampu mereka dalam mengerjakan tugas secara bertanggungjawab. Sebagai orangtua dan pengajar perlu diingat bahwa disleksia adalah kondisi gangguan belajar sehingga perlakukanlah mereka sama dengan anak lainnya. Kenali kelebihan dan dorong mereka untuk bertanggungjawab atas dirinya sendiri.

Kesulitan yang sering dialami pengajar dan cara mengatasinya

Terbatasnya ruang gerak bagi pengajar untuk variasikan metode belajar adalah permasalahan utama. Beruntung pemerintah telah meresmikan Kurikulum Merdeka Belajar yang memberikan kebebasan pada pengajar dan murid menentukan bagaimana proses belajar terjadi.  

Mesipun begitu, menangani satu anak disleksia diantara kelompok anak lain dalam satu ruang kelas adalah kesulitan utama yang dihadapi guru dan pembelajar disleksia itu sendiri. 

Anak disleksia nyatanya membutuhkan perhatian dan perlakuan ekstra. Sesekali memberikan kebebasan bagi mereka memilih cara belajar juga penting untuk mengenali strategi belajar mereka. 

Catatan penting bagi pengajar perlu memerhatikan kondisi emosi anak disleksia khususnya saat berada dalam kelas yang sama dengan anak tipikal. Situasi tersebut membuat mereka rentan frustasi karena adanya tuntutan mengikuti ritme kecepatan belajar teman-temannya. 

Selain murid, guru juga rentan mengalami frustasi karena menghadapi anak disleksia perlu trial error berulang kali hingga menemukan metode belajar yang cocok. 

Dalam kondisi kebutuhan belajar yang spesial, pembelajar disleksia memerlukan lingkungan yang mendukung usaha mereka. Oleh karena itu, tidak jarang sekolah formal menyarankan Homeschooling atau sekolah inklusi sebagai pilihan pendidikan yang optimal. 

Disisi lain pendidikan formal sebenarnya masih efektif apabila guru berinisiatif menciptakan lingkungan belajar yang ramah bagi pembelajar disleksia dan rela menyisihkan waktu dan energi ekstra mengajari anak disleksia. 

Misalnya dengan menerapkan metode belajar multisensory. Metode belajar tersebut membutuhkan kreatifitas guru untuk merangsang kemampuan berpikir anak serta mengasah kemampuan membaca dan menulisnya. 

Metode belajar multisensory efektif diterapkan pada murid sekolah dasar untuk menciptakan suasana belajar yang santai dan menyenangkan. Akhir kata, guru sekolah formal yang bersedia melayani pembelajar disleksia di kelasnya patut diberikan apresiasi setinggi tingginya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun