Mohon tunggu...
Selly Fitri Yanti
Selly Fitri Yanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya

Saya adalah seorang mahasiswa dari Universitas Pembangun Jaya jurusan Ilmu Komunikasi minor Journalism and Broadcasting, dengan passion besar untuk bisa berkarier di bidang produksi berita televisi sebagai Reporter/Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fatherless di Indonesia: Tantangan dan Dampak Pada Pembentukan Anak

25 Februari 2024   08:21 Diperbarui: 25 Februari 2024   08:22 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: pixabay.com

Fatherless, atau keadaan ketiadaan peran ayah, merupakan suatu kenyataan yang semakin mendapat perhatian di Indonesia. Fenomena ini menciptakan tantangan tersendiri dalam pembentukan anak dan dinamika keluarga. Artikel ini akan membahas secara lebih mendalam tentang fatherless di Indonesia, mengidentifikasi penyebab, dampak, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

Penyebab Fatherless


1. Perceraian dan Pemisahan

Perceraian atau pemisahan orangtua adalah salah satu penyebab utama fatherless. Dalam banyak kasus, anak-anak menjadi terpisah dari ayah mereka setelah orang tua bercerai atau berpisah.

2. Kematian Ayah

Kematian ayah juga dapat menyebabkan keadaan fatherless. Anak-anak yang kehilangan ayahnya karena faktor kesehatan atau kecelakaan akan tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Ketidakstabilan Ekonomi

Kondisi ekonomi yang sulit dapat menyebabkan ayah harus bekerja jauh dari rumah atau bekerja berjam-jam, meninggalkan keluarga tanpa kehadiran fisik dan emosional yang memadai.

4. Perpindahan Kerja

Beberapa pekerjaan memerlukan perpindahan lokasi yang konstan, meninggalkan keluarga dengan kesulitan untuk mempertahankan kedua orangtua di tempat yang sama.

Dampak Fatherless


1. Masalah Kesejahteraan Emosional:

Kehilangan hubungan yang kuat dengan ayah dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional anak, menciptakan rasa kehilangan, kebingungan, atau bahkan masalah mental.

2. Kurangnya Model Peran Laki-laki:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun