Mohon tunggu...
selichaplin
selichaplin Mohon Tunggu... Freelancer - panjang umur perjuangan

belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aura Ganjar Cerah Saat Jakarta Gelap

6 Oktober 2022   15:17 Diperbarui: 6 Oktober 2022   15:21 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul di atas sebenarnya penggalan kalimat yang diucapkan Menteri BKPM Bahlil Lahadalia saat sambutan di acara groundbreaking sebuah perusahaan di Kawasan Industri Batang beberapa hari lalu.

Ganjar Pranowo yang berada persis di depan Bahlil, hanya menunduk kemudian tertawa dan geleng-geleng. Hadirin yang datang tampak tertawa dengan guyonan sarat makna dari pak Bahlil. Termasuk pak Jokowi.

Tapi pernyataan ini rupanya mengusik petinggi Partai NasDem Sahroni. Bagi dia, pernyataan Bahlil tendesius. Di acara kenegaraan, malah bicara yang dinilainya politis.

Lucunya, Sahroni malah membeberkan kekurangan dari capres usungan partainya. Sahroni mengakui kalau di Jakarta tidak ada proyek baru. Sementara gubernurnya yang sebentar lengser, menerima pinangan dari partainya untuk jadi capres.

Jangan-jangan dia sedang banyak pikiran. Makanya mendengar hal remeh-temeh seperti itu saja dia merasa tersindir. Atau mungkin iri, karena jarang ada memuji capres usungannya di depan presiden?

Toh Bahlil juga memuji Ganjar tidak berlebihan. Bahkan partai kebanggaannya pun tidak. Bahlil hanya mengutarakan perasaannya. Dan mungkin, karena saat berangkat ke Semarang Bahlil tahu kalau di Jakarta memang mendung.

Mungkin emosi yang dirasakan oleh Sahroni itu muncul karena memang ada masalah di NasDem. Apalagi kader-kader terbaiknya di daerah bahkan di pusat mundur pasca deklarasi.

Secara tak langsung, Sahroni membuka tabir yang menyelimuti NasDem setelah deklarasi itu. Kenyataan bahwa ada perbedaan di dalam tubuh partai yang dipimpin Surya Paloh.

Sampai sekarang pun berita mundurnya para kader terus bermunculan. Pertama diawali Niluh Jelantik. Diikuti Anak Agung Ngurah Panji Astika, yang merupakan tokoh Puri Anom Tabanan. Lalu kader di Kalbar, Sulut, Semarang dan beberapa lainnya.

Mereka secara terbuka menyatakan alasan mundur karena tak setuju dengan keputusan partai mendukung Anies. Beberapa kader itu melihat capres usungan partai terlibat politik identitas.

Barangkali kekecewaan menjadi pil pahit yang telah ditelan para kader itu. Karena pimpinan partainya, menjilat ludahnya sendiri. Paloh sendiri yang bilang tak ingin terlibat politik identitas. Tapi Paloh juga yang dengan bangga duduk berdampingan bapak politik identitas, mendeklarasikannya sebagai capres. Ampun.

Sahroni sebenarnya tak perlu terusik dengan pujian Bahlil itu. Sebab dengan keputusan NasDem menyapreskan Anies, artinya mereka yakin bahwa gubernur DKI Jakarta itu memang the best seperti kata Paloh saat deklarasi.

Tapi dengan apa yang terjadi, publik jadi sadar bahwa ada gunung es yang tak terlihat di balik gegap gempita deklarasi. NasDem menutup mata pada banyak hal terhadap sosok Anies.

Sahroni sadar kalau langit Jakarta benar-benar gelap. Lalu hujan turun begitu derasnya dan membuat banjir. Masalah yang tak terlihat diupayakan tuntas sejak pertamakali eks Rektor Paramadina menjabat dan hampir selesai masa jabatannya sebagai gubernur DKI.

Kalau sudah begitu, ya Sahroni hanya bisa bersilat lidah mengikuti capres usungannya untuk meng-counter setiap fakta. Jangan lupa sruput dulu kopinya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun