Barangkali kekecewaan menjadi pil pahit yang telah ditelan para kader itu. Karena pimpinan partainya, menjilat ludahnya sendiri. Paloh sendiri yang bilang tak ingin terlibat politik identitas. Tapi Paloh juga yang dengan bangga duduk berdampingan bapak politik identitas, mendeklarasikannya sebagai capres. Ampun.
Sahroni sebenarnya tak perlu terusik dengan pujian Bahlil itu. Sebab dengan keputusan NasDem menyapreskan Anies, artinya mereka yakin bahwa gubernur DKI Jakarta itu memang the best seperti kata Paloh saat deklarasi.
Tapi dengan apa yang terjadi, publik jadi sadar bahwa ada gunung es yang tak terlihat di balik gegap gempita deklarasi. NasDem menutup mata pada banyak hal terhadap sosok Anies.
Sahroni sadar kalau langit Jakarta benar-benar gelap. Lalu hujan turun begitu derasnya dan membuat banjir. Masalah yang tak terlihat diupayakan tuntas sejak pertamakali eks Rektor Paramadina menjabat dan hampir selesai masa jabatannya sebagai gubernur DKI.
Kalau sudah begitu, ya Sahroni hanya bisa bersilat lidah mengikuti capres usungannya untuk meng-counter setiap fakta. Jangan lupa sruput dulu kopinya...