Mohon tunggu...
Sela Selvia
Sela Selvia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya Mahasiswa aktif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2024. Saya Suka berbagi pandangan soal isu-isu sosial, pendidikan, dan bagaimana dunia dakwah berkembang. Dengan menulis, saya berharap bisa berbagi sedikit wawasan dan mungkin menginspirasi sesama pembaca untuk terus belajar dan berpikir kritis. Selain dalam dunia kepenulisan, saya juga aktif dalam bermedia sosial dengan membangun personal branding, saya berharap bisa menjadi pengguna sosial media yang memiliki dampak baik, bagi saya maupun orang lain. IG : selaslv_

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dakwah Digital : Antara Peluang, Tantangan, dan Strategi di Era Modern

24 Mei 2025   11:12 Diperbarui: 24 Mei 2025   10:11 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi Dakwah di Era Digital)

 

"Dakwah Digital: Antara Peluang, Tantangan, dan Strategi di Era Modern"

Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) oleh Kelompok 8 2E MD dengan anggota :1. M. Ridho Baihaki (12405041050168)2. Sela Selvia (12405041050176)Mata Kuliah Ilmu DakwahDosen Pengampu: Drs. Study Rizal LK, M.A
Dakwah merupakan inti dari ajaran Islam yang tidak pernah lekang oleh zaman. Namun, cara menyampaikannya senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan teknologi. Jika dahulu dakwah dilakukan secara langsung, dari mimbar ke mimbar atau melalui majelis taklim, kini dakwah telah masuk ke ruang-ruang digital. Kehadiran internet, media sosial, dan berbagai platform komunikasi telah menggeser wajah dakwah menjadi lebih cepat, luas, dan fleksibel.

Era digital memberikan ruang tak terbatas bagi para dai dan pegiat dakwah. Melalui YouTube, TikTok, Instagram, bahkan podcast, pesan-pesan keislaman dapat disampaikan dalam berbagai bentuk dan gaya: dari ceramah formal hingga video pendek dengan sentuhan humor. Dalam satu klik, sebuah dakwah bisa menyebar ke ratusan ribu pengguna. Ini tentu menjadi peluang besar yang belum pernah ada dalam sejarah penyebaran Islam sebelumnya.

Namun di balik peluang, terdapat pula tantangan besar. Salah satu yang paling krusial adalah minimnya kontrol terhadap siapa yang berdakwah dan apa yang disampaikan. Tidak sedikit kita temui di media sosial seseorang menyampaikan opini pribadi tanpa dasar ilmu syar'i yang kuat, tapi justru diikuti banyak orang karena penyampaiannya menarik. Di sinilah pentingnya komitmen terhadap kebenaran ilmiah dan integritas keilmuan dalam berdakwah.

Selain itu, dakwah digital juga harus bersaing dengan banjirnya konten hiburan dan gaya hidup di media sosial. Masyarakat, terutama generasi muda, kini lebih tertarik pada konten yang ringan, cepat, dan menghibur. Maka tantangannya adalah: bagaimana menjadikan dakwah tetap menarik, tanpa kehilangan esensi?

Solusinya ada pada strategi komunikasi dakwah yang adaptif. Dai atau pendakwah masa kini harus memahami psikologi audiens, tren konten, dan platform yang digunakan. Bahasa yang digunakan harus sesuai, tidak kaku, tidak menggurui, tapi tetap mengedukasi. Misalnya, membahas topik keislaman dengan pendekatan storytelling, atau membuat konten dakwah dalam bentuk Q&A yang singkat tapi menyentuh.

Interaksi juga menjadi bagian penting dari dakwah digital. Dakwah bukan hanya menyampaikan, tetapi juga mendengar dan merespons. Ketika jamaah bisa bertanya dan berdiskusi dengan pendakwah melalui kolom komentar, DM, atau live streaming, maka dakwah berubah menjadi ruang dialog dua arah. Di sinilah komunikasi interpersonal tetap dibutuhkan, meski dalam medium digital.

Tak kalah penting, etika berdakwah di ruang digital juga harus dijaga. Sikap bijak, sabar dalam menghadapi perbedaan pendapat, serta tidak mudah menyalahkan adalah karakter dai sejati. Jangan sampai niat dakwah justru melahirkan konflik karena gaya penyampaian yang kasar atau provokatif.

Dalam makalah ini, kami juga membahas bahwa penggunaan teknologi sebagai alat dakwah tidak boleh mengaburkan ruh dakwah itu sendiri. Tujuan utama dakwah adalah mengajak kepada kebaikan, bukan sekadar eksistensi atau popularitas. Maka, meskipun menggunakan media modern, nilai-nilai Islam seperti keikhlasan, kasih sayang, dan kejujuran harus tetap menjadi dasar.

Sebagai mahasiswa Manajemen Dakwah, kami menyadari bahwa generasi kami lah yang akan menjadi bagian penting dari dakwah masa depan. Kami harus mampu menjembatani antara ilmu keislaman dan keterampilan teknologi komunikasi agar dakwah tetap hidup, tidak hanya di masjid dan majelis, tapi juga di feeds, story, dan timeline setiap orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun