Mohon tunggu...
selamat martua
selamat martua Mohon Tunggu... Penulis - Marketer dan Penulis

Hobby: Menulis, membaca dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merengkuh Mimpi

22 Oktober 2020   06:59 Diperbarui: 22 Oktober 2020   07:13 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam ini Aku ada janji ketemuan dengannya, untuk melanjutkan obrolan yang terputus saat penerbanganku Delay 90 Menit. Banyak pertanyaan muncul dibenakku ketika mengingat kembali pertemuan tersebut, koq dari Bali Bisa nyampe ke Pekanbaru? "Yaa bisa aja kali, namanya juga usaha" jawabku dalam hati.

Akhirnya moment itu tiba, sebelum makan durennya rampung Saya mulai bertanya.

"Kenapa sih repot-repot merantau ke Sumatera. Padahal peluang utk sukses di Bali sangat terbuka" Sahutku.

"Betul pak Smart, awalnya Saya juga mikirnya begitu" Katanya simple.

"Terus, kenapa bisa terdampar di Pekanbaru" kataKu bercanda.

"Saya punya obsesi, pengen jadi orang sukses". Katanya mulai bercerita.

"Saya mengawali bekerja sebagai montir di Bengkel Om Saya di Denpasar. Saya jadi montir selama 3 tahun dengan suka duka yang beragam. Maklum Saya hanya tamatan SMK otomotif dan yang terpikir saat itu kerja di Bengkel. Saya jalani kehidupan rutin, bergumul dengan oli, minyak rem dan riuhnya bengkel.

"Suatu hari Saya ngobrol-ngobrol dengan OM Saya, kira-kira ke depan Saya harus ngapain. Kemudian terbersit ide untuk bertanya apakah Om Saya punya rencan untuk buka cabang sehingga Saya bisa naik pangkat jadi kepala Montir atau suprvisorlah. Ternyata Om Saya ga pernah berfikir ada bengkel cabang, karena dengan yang ada saja sudah membuat Beliau puas".

Jujur Saya gelisah dengan jawaban tersebut. Mau menjelaskan rencana Saya seperti apa, tiba-Om Saya Cuma bilang, "Sudahlah, Kamu kerja saja yang baik , kalo udah mahir Om naikin gajimu".

"Akhirnya saya mikir, Gimana kalo Saya merantau saja. Siapa tahu di rantau nasib bisa berubah. Toh kalau mepet jadi montir juga ga papa, Tapi harus di bengkel yang besar.

Terus mau merantu kemana? Ke Jakarta? Wuaduh dengar nama Jakarta aku kder. Atas saran teman, Aku ada dua pilihan, ke Sumatera atau Kalimantan. Ngebayangin Sumatera koq hatiku senang, serasa ada panggilan hati untuk merantau ke Sumatera.

Oh iya! Saya masih menyimpan no. HP pak Sulaiman, seorang wisatawan yang menghadapi kesulitan sewaktu datang ke Bali. Saya tulus membantu karena Beliau dan keluarganya memang sedang menghadapi cobaan waktu itu. Saya bantu menyelesaikan semua permasalahannya dan Saya antar mereka sekeluarga menikmati wisata hingga ke Bandara Ngurah Rai.

Sebenarnya Saya ragu Telepon Beliau, Saya takut beliau ga'kenal atau merasa berhutang budi harus membantu.

Akhirnya keraguan itu saya buang jauh-jauh, dan Saya beranikan diri untuk menelepon.

Ternyata Beliau masih ingat dan sedikit berkilas balik pengalaman mereka di Bali hingga bisa kembali ke Pekanbaru.

Kemudian dengan sopan beliau tanya khabar dan kapan maen ke Pekanbaru. Sedikit gugup Saya bercerita tentang mimpiku dan keinginanku untuk merantau, tapi ga' tahu harus kemana. Karena pak Sulaiman itu bukan asli Pekanbaru, tentu memiliki pengalaman dan tips merantau.

Di luar perkiraan Saya, Beliau menyambut gembira dan malah menawarkan pekerjaan di Pekanbaru sebagai Sales. Dari cara Beliau menjelaskan bagaimana berjualan, Saya sangat tertarik dengan profesi ini. Ia juga menerangkan secara detail bagaimana seorang Sales harus punya mimpi, mengembangkan skill, punya penghasilan yang bisa besar. Saya serasa melayang dan sangat bersemangat (belakangan Saya baru tahu bahwa Beliau adalah Manejer Cabang Perusahaan Elektonik) untuk segera menemui .

Saya sampaikan kalo Saya tertarik dengan tawaran tersebut dan berniat bergabung dengan perusahaannya. Tapi Saya kesulitan Biaya untuk datang ke Pekanbaru dan Saya dengar biaya hidup juga tinggi. Beliau menyatakan tidak ada masalah dengan biaya perjalanan dan kebutuhan hidup selama di Pekanbaru, yang penting Saya siap bergabung.

Kendala lain Saya sampaikan bahwa Saya hanya tamat SMK, apa mungkin bisa diterima di perusahaannya. Beliau Cuma bilang agar Saya diskusi dengan orang Tua Saya. Kalo Mereka Setuju, minta restu, siapkan nomor rekening dan telepon Beliau.

Siang itu disaat jam istirahat, Saya pamit ke OM untuk makan siang di rumah saja. Ketika makan siang di rumah, Saya utarakan niat Saya ke Orang Tua secara perlahan. Maklum, belum ada anggota Keluarga Kami yang merantau. Ibuku Kaget, dan banyak bertanya seperti pertanyaan yang Saya ajukan ke Bapak Sulaiman.

Saya jelaskan ke kedua orangtua Saya bahwa pak Sulaiman akan membantu semua keperluan Saya selama di Pekanbaru. Awalnya Ibu Saya tidak begitu setuju dan bertanya banyak tentang pak Sulaiman. Sayapun bercerita awal perkenalan Kami hingga akhirnya Beliau setuju. Sore itu juga Saya pamit Ke Om untuk merantau Ke sumatera. Beliau berpesan untuk baik-baik hidup di rantau, sekalian mendoakan semoga Saya sukses.

Singkat cerita, Sayapun berangkat ke Pekanbaru dan saat mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II, sedikit grogi karena meskipun Saya tinggal di Bali, baru kali ini Saya naek pesawat. Ketika Saya Clingak-clinguk di pintu kedatangan, Saya mendengar Sayup2 ada yang memanggil nama Saya "mas Wayan, selamat datang Di Pekanbaru" katanya menyalamku hangat.

Beliau orangnya ceria, kalo bercerita bersemangat, punya prinsip yang kuat dan sangat optimis dalam menghadapi hidup. Karena saya tiba sore hari, sehingga Beliau menjemput sekalian pulang. Saya disambut riang oleh keluarganya dan putra-putri Mereka juga ceria menyambut kedatanganku (sebelumnya sudah kenalan di Bali, dan Saat di Balipun mereka sangat nyaman dengan saya karena ditemani ke tempat yang mereka sukai).

Saat makan malam, pak Sulaiman banyak bercerita tentang Kantornya, pelanggannya, tim penjualan dan lingkungan tempat tinggal. Kesimpulan Saya saat itu, pak Sulaiman ini orang sukses di Pekerjaan dan juga sukses di tempat tinggal. Selesai makan malam Beliau mempersilahkan Saya istirahat agar besok lebih segar.

Pertama sekali datang ke Kantornya, Saya sudah merasa nyaman. Suasana kantor terlihat hangat, karyawannya ramah (maklum Saya lama di bengkel, jadi agak gegar budaya). Seperti pesan pak Sulaiman saat Sarapan Pagi, bahwa kerjaan Saya hari pertama hanya melihat apa yang beliau lakukan, maka Saya hanya melihat-lihat apa yang Beliau lakukan hari itu.

Saya melihat dan menulis apa yang Beliau lakukan;

  • Briefing pagi: Menyampaikan sasaran kerja, mendengarkan apa yang disampaikan tim, diskusi, menawarkan beberapa opsi dan solusi, memberikan semangat, dan mendoakan tim dan perusahaan agar sukses,
  • Siang: monitoring pekerjaan tim, menelepon anggota tim, menawarkan bantuan dan tetap memberikan semangat.
  • Sore: Evaluasi Sore, mendengar pengalaman tim hari itu, mengapresiasi tim dan berterimakasih atas pencapaian hari itu, berdoa dan diakhiri minum kopi bareng (ada hal unik evaluasig sore, karena yang menuangkan kopi dan teh kesetiap gelas anggota tim dilakukan oleh pak Sulaiman. Terlihat anggota tim sangat terharu dengan prilaku pak Sulaiman. Wuah nambah hormat Saya ke pak Sulaiman).

Sore hari sepulang ngantor hari pertama, pak sulaiman bertanya apa yang sudah Saya dapatkan. Kemudian Saya bercerita apa adanya, meskipun kalimatnya belepotan tetapi Saya berusaha untuk meyakinkan Beliau bahwa Saya telah mendapatkan banyak hal.

Kemudian Beliau bertanya apakah Saya tertarik jadi Sales. Dengan sangat yakin Saya katakan tertarik dan Saya ingin belajar bagaimana menjadi sales yang sukses.

"Good Point,Kamu barusan bicara mimpi. Saya sangat suka kalimat mu Menjadi Sales yang Sukses". Kata Pak Sulaeman dengan mantap.

"Terima kasih Pak sulaeman, atas motivasinya" jawabku yain.

"Ya sudah, besok mas Wayan dilatih sama mas Syaiful. Dia itu supervisor yang hebat, pernah menjadi sales terbaik tiga tahun berturut-turut dan juga sales leader yang baik" lanjut Pak Sulaiman.

"Ooooh iya, nama Mas Wayan itukan Wayan Bagiana. Kalo di Bali, mas itu dipanggil apa?" Tanya pak Sulaiman.

"Dipanggil Bli, Saya biasa dipanggil Bli Wayan"  Saya menjelaskan.

"OK OK katanya serius. Gimana kita singkat nama Bli Wayan menjadi nama yang memberi semangat" Katanya menawarkan.

"Boleh juga pak" jawabku singkat.

"Mau dipanggil BERLIAN ATAU BRILIAN!" katanya menawarkan.

"BERLIAN aja Pak Sulaeman" Aku menjawab tawaran itu.

"Hmmm koq BERLIAN enggak BIRLIAN? Tanya pak Sulaiman.

"Nyaman aja pak" sahutku singkat.

"Sekarang Kita cari BERLIAN itu singkatan apa ya cocoknya". Tanya pak Sulaiman.

Kami diskusi seru tentang singkatan apa yang paling cocok untuk BERLIAN tersebut. Karena pak Sulaiman itu humoris, sehingga banyak singkatan lucu yang Beliau tawarkan, sampai akhirnya muncul satu kalimat "BERLIAN itu adalah Bersahabat dengan Bli Wayan", Jadi Siapapun yang ketemu mas Wayan, pasti ingin menjadi sahabat yang baik.

Mulai saat ini, Kami akan panggil Anda "BERLIAN", kata pak Sulaiman Mantap.

WFH, 22-10-2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun