Mohon tunggu...
Sekar Ilalang
Sekar Ilalang Mohon Tunggu... -

♥ I'm just another girl having the same dreams and wishes as any other girl ♥ i wanna be a popular writer, trust me! http://www.facebook.com/illalang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Sin dan Cos

4 September 2011   23:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:14 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh : Sekar Illalang

Aku memandang matahari terbit dari jendela kamarku, saat itulah aku kembali mengumpulkan serpihan semangat yang ada dalam jiwaku. Semua orang mengenalku sebagai gadis periang, semangat, dan cerdas padahal …..

жжжж

Classmetingmembosankan untukku. Aku tidak dapat bersaing dengan teman-teman atau sekedar beradu argumen dengan guruku di dalam kelas. Tidak ada kegiatan yang dapat aku lakukan di sekolah. Sebab jika aku ikut dengan teman–teman lain, tak terbayangkan pasti mereka akan bereaksi.

“Hah, aku gag nyangka? Seorang Sin Alqueira menjadi supporter lomba balap karung. Apa kata dunia? Hahaa…haa…”

Aku segera membuang jauh–jauh pikiran itu. Sin tetap harus menjadi Sin Alqueira yang biasanya yaitu berkelas dan intelektual. Aku selalu jadi yang terbaik dalam prestasi dan terdepan dalam informasi serta teknologi.

Tiba – tiba aku teringat sebuah tempat yang lama tidak aku kunjungi. Perpustakaan sekolah ya benar perpustakaan sekolah. Pasti di sana aku tidak akan bosan Kaki segera aku langkahkan menyusuri koridorutama menuju pojok barat. Ketika aku melangkah sesekali terdengar suara orang membicarakanku, tentunya aku merasa sangat bangga dengan itu. Sesampainya di ujung pojok barat koridor, aku tercengang melihat tulisan yang tertempel di pintu “CLOSE”. Aku terlihat sangat bodoh, mengapa aku lupa kalau ini hari Sabtu danseluruh pustakawan libur. Sejenak aku berfikir berfikir kemudian memutuskan untuk duduk di bawah pohon beringin sambil membaca buku biologi. Namun ternyata ada seorang cowok telah duduk di sana. Ragu memang untuk tetap duduk tapi aku tidak mau kalau harus duduk di lantai teras perpustakaan sendirian.

Akhirnya dengan nekat aku memberanikan diri duduk satu bangku dengan cowok itu. Setelah duduk aku mulai menghitung butuh waktu berapa lama dia menyapaku. Menurut analisaku rata–rata cowok di sekolahan ini hanya membutuhkan waktu tiga detik saja untuk menyapaku . Satu, dua, tiga, empat, lima. Oh Tuhan, dia tidak menyapaku sama sekali dan parahnya dia tidakmelirikku sedikitpun. Terpaksa karena rasa penasaran aku mencoba melirik dan mulai mengidentifikasi siapa cowok ini. Ternyata cowok ini adalah Cos Tanta. Cos merupakan cowok impian versi cewek–cewek se-SMA Trigonometri. Dia siswa teladan, kapten tim basket, juara olimpiade kimia, ketua OSIS pula. Dasyatnya dia merupakan cucu dari ketua yayasan Matematika Semesta. He is not only famous but also absolutely handsome.

Aku menenangkan diriku dan mencoba mencari akal agar dapat bicara dengan Cos Tanta. Sepengetahuanku hanya dia cowok yang levelnya denganku di sekolah ini. Bayangkan jika Sin Alqueira berpacaran dengan Cos Tanta! Tentunya akan menjadi pasangan terserasi, terhebat, dan terfaforit se-SMA Trigonometri. Alangkah menyenangkanya !!

Tiba – tiba terdengar suara. Clotak….clotak..taakkk!!

Aku terkejut setengah mati, pensil kesayanganku jatuh tepat di samping kaki Cos Tanta. Bergegas aku mengambil pensil itu tetapi gerak tubuhku tidak secepat kapten basket yang rupawan ini.

“Hati – hati menaruh pensilmu Sin!! Aku sudah tahu kamu grogi tapi jangan terlalu salah tingkah. Cobalah bersikap biasa!” ujar Cos.

Oh Tuhan, bibirnya menucapkan namaku berarti dia memperhatikanku. Hatiku berbunga–bunga mungkin. Namun aku pastikan rasa yang ada dalam hatiku adalah negasi dari rasa tadi. Tak kusangka cowok ini sangat sombong, ingin rasanya aku mejambak rambutnya atau mematahkan tulang punggungnya. Sangat menyebalkan !

“Oh…terima kasih Cos Tanta! Rasanya terlalu munafik untuk bicara dengan manusia sesombong kamu. Mungkin mereka mengira kalau kamu cowok idaman padahal sebenarnya kamu lebih tidak berharga dari sampah jalanan!” jawabku dengan nada tinggi dan lantang lalu mengambil pensilku dari tangan Cos kemudian pergi santai.

“ Sin Alqueira! Tunggu!” panggil Cos dengan keras.

Aku menoleh ke arah Cos, terlihat dia menatapku tajam layaknya pendendam. Matanya bagaikan elang hendak menerkamku. Kemudian dia berlari mendekatiku. Haruskah aku menakui bahwa dia sangt sempurna secara fisik.

“Aku mohon jaga mulutmu! Kecantikanmu luntur setiap kau membuka mulutmu!” ujar Cos kasar.

“Sangat lucusebenarnya apa maumu? Kau yang memulai semuanya dan aku ikuti permainanmu,” jawabku tenang.

“ Aku ingin bersaing denganmu untuk sekedar mencoba keberanianmu. Aku akan mengajakmu kedua tempat berbeda dan apakah kamu mampu menjalankan perintahku?” tantang Cos.

“Aku terima!” jawabku tegas. Mungkin dia terkaget–kaget mendengar jawaban ini. Setidaknya untuk mengisi waktuku yang kosong hari ini.

“Nyalimu boleh juga? Sekarang ikut aku!!” ujarnya datar dan aneh tanpa ekspresi.

Aku heran mengapa ada orang tampan yang sangat menyebalkan. Aku meng ikutinya.

жжжж

“Sekarang ikuti aku kemanapun langkahku dan jangan pernah protes tentang apa yang aku lakukan serta aku suruh” suara Cos terdengar seperti kaleng gombreng yang dipakai anak jalanan sebagai bola kaki. Sangat memuakkan!

“Iya …Tuan,” jawabku lirih dan datar.

Aku heran menyaksikan tingkah Cos, dia melewati trotoar dengan sangat cepat tanpa menghiraukan sedikitpun menghiraukan aku yang kelelahan mengejar langkahnya. Selain itu ada hal yang semakin membuatku heran, dia selalu memberikan uang kepada penemis jalanan dan senyumnya selalu melebar ketika berpapasan dengan siapapun di jalan. Sungguh sangat ironis bagiku. Seharusya laki – laki yang baik mementingkan perempuan bukan?? Ladies frist in everytime.

“Jangan melamun donk! Matanya dipakai yang bener, lihat di depanmu ada selokan!” teriak Cos yang sebenarnya sudah jauh di depanku dan dia menyadarkan aku bahwa tubuhku hampir saja masuk ke selokan. Ternyata sebenarnya dia memperhatikanku , jujur aku menjadi semakin salah tingkah mengahadapi manusia ini. Akhirnya tanpa banyak komentar kuputuskan untuk mengikuti lagi manusia ini.

Kemudian Cos masuk ke salah satu restoran Chineesefood yang cukup bergengsi di kota Aljabar ini. Cos mengambil tempat duduk yang sangat nyaman sebab lokasinya di pojok ruangan sehingga terkesan lebih eksklusif. Sedangkan aku masih tetap mengikutinya dalam geraknya yang terkesan aneh.

“Aku tahu kamu sangat lapar jadi aku mengajakmu ke sini. Selain itu nanti akan ada suatu tempat yang mungkin menyita banyak tenagamu. Sekarang makanlah yang banyak,” ujar Cos sambil menyodorkan buku menu kepadaku. Kali ini matanya bercahaya bak malaikat turun ke restoran Chineesefood.

Aku meraih buku itu lalu memperhatikan menu dengan seksama. Kepalaku mendadak pusing setelah aku tidak mengerti satupun makanan yang ditulis dalam buku ini. Seumur hidupku aku belum pernah ke restoran Chineesefood. Mungkinkah ini ide Cos untuk melumpuhkanku. Dia tahu kalau aku keturunan Belanda dan dia juga tahu kalau orang Belanda tidak suka masakan China. Akhirnya aku memutuskan bunuh diri dengan memilih makanan asal – asalan hanya demi menjaga harga diri.

“Aku ingin fuyunghai dan arak atau teh jepang,” sahutku lantang.

“Arak kurang baik untuk kesehatan bila di minum saat siang hari lebih baik teh. Aku pesan semangkuk tami dan tehjepang,” ujar Cos lalu pelayan mengangguk dan pergi.

Sepuluh menit kemudian pelayan datang dengan makananan yang kami pesan. Cos terlihat sangat bergembira ketika pelayan meletakkan semangkuk makanan mirip capjai mie namun berkuah di depannya. Sedangkan aku terperanjat saat pelayan meletakan semangguk soup ikan yang menjijikkan. Inikah fuyunghai yang tadi aku pesan? Oh tidak!

“Hmm,sedap….! Ayo segera dimakan Sin selagi hangat,” ujar Cos dengan semangat dan mungkin dia ingin menyadarkan lamunanku.

“Iya …terima kasih,” jawabku lirih.

Pandanganku kembali tertuju pada makanan di depanku. Aku mual menghirup aroma ikan yang kental apalagi ketika terlihat daging salmon yang merah. Ini makanan yang paling aku benci tapi mengapa aku pesan? Sungguh kali ini aku merasa sangat bodoh karena tidak mengerti sama sekali dengan Chineesefood. Terpaksa aku harus menikmati ranjau yang ku buat sendiri lagi – lagi demi harga diri. Setelah sendok ketiga tubuhku tak kuasa, aku memuntahkan semua yang ada di perutku. Kejadian itu tepat di depan Cos yang sedang sibuk menikmati makanannya.

“Astaga Sin! Kamu kenapa ? Tadikan sudah ku suruh pilih sendiri, kenapa masih salah pilih? Kalau gak tahu kan bisa tanya ke pelayan. Lihat semua berantakan dan kotor! Teruskanlah semua gengsimu yang berlebihan! Seperti anak kecil kamu!” omel Cos tak karuan.

Aku bingung dengan apa yang terjadi sebab sudah diluar batas kendaliku. Aku malu saat semua mata tertuju padaku, syukurlah aku duduk di pojok ruangan. Sempat tak percaya Cos begitu sigap mengurus aku. Dia membersihksn bajuku dari bekas muntahan, membersihkan mulutku, bahkan dia membantuku untuk minum teh. Cos terlihat sangat menyenangkan.

Setelah semua selesai Cos beranjak ke kasir untuk membayar semua makanan tadi. Lalu dia kembali memesan beberapa roti china tentunya dan minuman botol. Cos meletakan semua tadi di ransel hitam miliknya. Selanjutnya dia berjalan entah kamana yang aku tahu tujuannya tidak untuk keluar dari restoran Chineesefood.

“Hey hey hey! Kamu tidak akan ikut aku ke kamar kecil kan?” tanya Cos menyadarkanku.

“Katanya aku suruh ngikutin kamu kemana aja!” jawabku pelan.

“Ok. Tapi yang bener aja ? Cewek ikut cowok ke toilet!” ujar Cos sambil tertawa geli.

Aku yang baru menyadari kebobohanku merasa sangat malu. Lalu kakiku membawaku menjauh dari tempat itu. Entah kemana aku melangkah?

жжжж

“Hey ternyataseorang Sin Alqueira harus takluk dengan makanan China? Sungguh lucu!”ujar Cos membuyarkan lamunanku.

“Silahkan kamu bicara apa tentang aku. Aku memang tidak pernah bisa mengalahkan gengsi namun kamu lihat pengorbananku hari ini. Aku sudah menjadi orang lain hanya demi kamu. Aku rela makanan yang belum pernah aku makan walau aku tahu akhirnya begini. Aku selalu sendiri!!” ceritaku sambil matalu berkaca –kaca.

“Bersiaplah untuk tantangan kedua!” sahut Cos sambil berjalan tanpa sedikitpun mendengarkanku.

Sudah habis kata–kataku tentang penggambaran hatiku yang pilu dan tentang tubuhku yang lemas. Jikalau aku diizinkan untuk memilih, hari ini aku ingin tetap di rumah walaupun sama–sama sakit.

Cos ternyata mengajak aku ke stadion Cosecano yang penuh sesak. Dia membeli dua tiket VIP dan menghampiri aku. Tangannya meraih tanganku lalu tubuhku yang rapuh terbawa tubuh Cos. Sungguh terkejut dengan Cos yang sekarang, tatapannya sangat berbeda karena teduh dan meneduhkan.

Aku merasa sangat nyaman, tenang, dan damai bersamanya.

Setelah duduk di kursi stadion, Cos menyandarkan tubuhku ke bahunya. Aku diam dan Cos diam. Mungkin hanya beberapa menit sebelum Cos bicara.

“Cukup sekarang berdiri dan bersoraklah sebagai seorang supporter yang baik!” perintah Cos dengan agak membentak.

Aku kaget serta sedih. Hanya saja aku tak sanggup menolak perintah itu. Aku teriak sekuat tenagaku yang tersisa untuk meluapkan emosi yang ada. Setiap aku melirik, Cos terlihat serius mengamati pertandingan sama sekali tidak menatapku. Tanpa terasa aku kembali melamun.

Aku tersadar saat ada tangan yang menarikku kuat dan aku tahu itu tangan Cos. Ternyata suasana pertandingan sepak bola telah menjadi suasana perang dan stadion adalah neraka mengerikan. Aku dan Cos terjebak dalam kekacauan. Cos terus menarikku untuk keluar dari stadion namun tubuhku sudah tak mampu berdiri. Akhirnya aku melepaskan tangan Cos agar dia dapat berlari. Kamudian aku memutuskan untuk sembunyi dan tiarap di sela–sela bangku stadion. Aku memejamkan mata serta menutup telinga. Setelah semua terdengar sepi, barulah aku berani bangkit dan beranjak pulang.

жжжж

Sesampainya di rumah, Ayah tiriku marah–marah sedangkan ibu entah kemana. Kakakku sudah mulai menyibukkan jarinya untuk menari di atas oscar pianonya. Sementara kakekku yang tidak waras sudah berteriak dalam pasungannya. Semua anggota keluargaku tidak ada yang jelas hidupnya. Tidak ada cinta dan kasih yang menari di rumah ini.

Bebanku semakin berat, jika kemarin hanya beban jiwa sekarang beban fisik telah ada. Aku mual dan sekujur tubuhku sakit tak berujung. Kepalaku terasa sangat berat seperti akan meledak. Ingin sekali tidur sejenak namun setiap kali memejamkan mata aku teringat Cos. Dimana dia sekarang? Apakah baik–baik saja? Hampir ratusan pertanyaan tentang Cos memenuhi otakku. Fisik yang lelah beserta jiwa yang rapuh.

Aku berharap ada tempat untuk aku berlabuh sejenak. Aku berharap ada teman penghibur lara. Aku berharap ada ayah yang menyemangatiku. Aku benar–benar ingin hilang ingatan sejenak.

Begitulah aku mengarungi hidup untuk beberapa hari.

Aku mencoba menghubungi sahabatku di Belanda namun mereka sedang ujian, tidak semestinya aku mengganggu mereka. Sebenarnya mereka sangat baik tapi jarak yang memisahkan aku dari mereka. Putus asa mencari sahabat, aku menelpon ayah kandungku dan syukurlah dia punya sedikit waktu untuk berbincang denganku. Walaupun hanya satu jam, aku merasa sangat bahagia dapat berbagi dengannya. Ayah bersedih mendengarkan ceritaku dan menyesalkan keputusan ibu menikah lagi. Kini ayah dan aku beda negara dan benua. Rindu jadi rasa yang sehari–hari harus aku konsumsi.

Sedikit lebih baik setelah bercerita pada ayah.

жжжж

Aku memutuskan masuk sekolah setelah hampir empat hari terkapar di kamar. Hari itu bertepatan dengan puncak acara classmeting, pasti sekolah akan sangat meriah pikirku. Aku mengumpulkan seluruh semangat yang ada untuk hari ini. Teman–teman tidak boleh tahu kalau aku sedih sebab mereka yang baik hati akan kasihan atas apa yang aku alami.

Pak Plus mengantarku ke sekolah dengan mobil baru Ibu. Mungkin ibu mengira aku akan bahagia mengendarai kendaraan itu, padahal aku lebih bahagia jika dia yang mengantarku ke sekolah. Aku hanya terdiam di dalam mobil seharga Rp 200.000.000,00 tersebut. Pak Plus prihatin saat melihatku kemudian dia mengajakku mengobrol tentang film komedi yang terbaru. Rinduku kepada ayah sedikit terobati setelah berbincang dengannya.

Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di SMA Trigonometri dan lima menit untuk duduk di bangku kelasku. Ada sepucuk surat di laci amplopnya merah jambu menarik hatiku untuk segera membacanya.

Aljabar , 4 Juni 2010

Dear Sin Alqueira,

Bagaimana kabarmu hari ini ? Aku minta maaf karena telah lancang menyuratimu. Tapi izinkan aku memohon senyummu sebelum kamu membaca surat ini.

Aku mungkin sangat menyebalkan untukmu. Aku tidak pantas sebenarnya untuk mengenalmu. Aku selalu menjadi iblis dalam setiap langkah hidupmu. Namun harus kamu ketahui tentang semua yang terjadi diantara aku dan kamu.

Ketika mendengar akan ada seorang murid baru yang cantik bernama Sin ALqueira, aku sangat bahagia sebab namamu sangat indah apalagi orangnya. Kemudian aku mencari data – datamu di internet dan semua pertanyaan tentangmu ter jawab sudah. Memang kamu tidak sekedar indah. Namun aku lebih tertarik pada artikel salah seorang temanmu yang bernama Tan Prissyzer. Dia menulis bahwa dia sanggat prihatin atas semua yang kamu alami. Kamu harus menerima kenytaan pahit perceraian orang tuamu. Kamu harus pindah negara mengikuti ibumu untuk tinggal di rumah ayah tirimu. Serta kamu yang sangat tertekan karena tidak pernah mendapat kasih sayang ibu. Semua itu membuatku iba dan harus aku mengakuinya bahwa aku semakin tertarik untuk menenalmu.

Sejak kamu hadir di sekolah ini aku memperhatikanmu dan selalu mengawasimu dari kejauhan. Akan tetapi aku harus kecewa ternyata kamu sangat angkuh, sombong, dan egois. Padahal senyummu sangat menawan dipandang.Tahukah kamu, aku sangat bahagia bila harus berlomba denganmu ? Aku selalu berharap terulang dan terulang lagi.

Kemarin saat aku melihatnu duduk di sampingku sebenarnya aku jauh lebih salah tingkah darimu. Sehingga kata–kata yang keluar dari mulutku tidak terkontrol. Memandangmu lebih dekat ternyata lebih indah dari yang aku bayangkan. Dan ketika kamu pergi menjauh, aku tidak kuasa untuk melawan hati karena aku sangat menginnginkanmu ada di sampingku. Maafkan aku yang kasar sebenarnya itu hanya cara untuk menutupi semua kegugupanku.

Kemudian mengapa Chineesefood tempat yang aku pilih? Percayalah itu bukan ide untuk membuatmu tersiksa atau membuatmu hina. Aku hanya ingin makan dengan orang yang aku suka sambil makan makanan yang paling aku sukai. Tapi ternyata impian itu memang tiadak akan terwujud. Jikalau sebelumnya kau bicara tentang ketidaktahuanmu tentang Chineesefood, aku pasti membantumu bahkan pindah restoran agar kamu nyaman. Aku khawatir setengah mati saat kamu memuntahkan seluruh isi perutmu sementara aku hanya dapat diam. Emosiku tidak tertahan kemudian aku mengomel untuk melampiaskannya. Sejujurnya aku menyesal karena kamu menderita saat bersamaku. Aku tdak berani memandang matamu yang berkaca. Sesungguhnya aku benar – benar sedih serta kecewa terhadap diriku sendiri.

Saat itu aku galau dan memutuskan masuk ke stadion. Aku mengira kamu akan bahagia melakukan sesuatu yang belum pernah kamu lakukan. Tetapi wajahmu semakin muram. Aku memperhatikan seluruh gerakmu walupun aku tak berani memandang wajahmu. Aku berharap tanganku dan bahunu membuatmu rileks. Sekali lagi aku gagal membuatmu bahagia karena stadion berubah menjadi neraka. Aku tahu kamu sangat ketakutan namun aku tidak dapat diam di situ tanpa menyelamatkanmu. Dan keputusanku untuk keluar tampamu merupakan keputusan bodoh. Aku seperti pengecut lari dari medan perang dan masuk ke ranjau musuh. Malam itu aku ditahan polisi. Aku kalut.

Sekarang hanya satu harapanku. Maafkanlah aku Sin, aku mencinatimu dan aku tidak pernah bermaksud menyakiti makhluk seindah kamu. Seharusnya aku bicara langsung namun sekarang aku sudah berada di Amerika karena KakekCosecan marah besar. Aku benar–benar menyesal.

Bila kamu tidak mampu memaafkan, aku mohon hapus aku dari hidupmu. Hiduplah bahagia Sin, jangan pernah menyiksa dirimu hanya karena gengsi. Suatu saat nanti aku akan kembali untukmu untuk minta maaf secara langsung. Terima kasih telah mewarnai hidupku.

Salam manis,

Cos Tanta

Aku menangis membaca surat ini. Aku baru sadar teryata selama ini masih ada yang mencintaiku. Aku jaga harus minta maaf padamu Cos. Sesungguhnya aku juga mencintaimu. Sekarang aku harus berubah, agar saat Cos datang aku tidak mengecewakannya lagi. Oh, inilah kisah Sin dan Cos.

жжжж

Hidup adalah kalimat matematika yang tidak dapat di duga. Namun cinta adalah hasil bagi dari hati rapuh dan jiwa yang kosong dengan rasa yang tidak terhingga.

Saat aku mengarungi hari, aku pastikan semangatku menjemput harapanku.(illg/4-09-2009)

#Maaf bila masih banyak  kesalahan dalam penulisan dan EYD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun