Mohon tunggu...
Sekar Mayang
Sekar Mayang Mohon Tunggu... Editor - Editor

Editor. Penulis. Pengulas buku. Hidup di Bali. http://rangkaiankatasekar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis (Fiksi yang Bagus) Itu Susah [Bagian 2]

3 Desember 2019   01:42 Diperbarui: 3 Desember 2019   23:58 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi karya fiksi - origami kapal di dalam botol. (sumber: .1x.com)

Bahkan, proses pembuatan artikel tip menulis seringnya ternodai oleh keinginan untuk tampil sempurna. Tulisannya yaaaaa, bukan orangnya ngahahaha... Sebab, seperti saya bilang tadi, otak saya sudah default nyari-nyari kesalahan.

Maka, rasanya tidak salah bila saya katakan bahwa menulis itu susah. Iya, susah, apalagi kalau harus sambil meyakinkan orang lain bahwa kita bisa menulis. Tetapi, saya bisa melakukan hal itu --- meyakinkan orang lain --- saat saya menjadi editor. 

Saya bisa meyakinkan penulis-penulis tak percaya diri bahwa tulisan mereka bagus. Hidung saya biasanya bisa mengendus potensi besar, meskipun pada akhirnya hanya sedikit penulis yang percaya dengan kata-kata saya.

Menulis itu susah. Sebab, sebelum menulis, kita harus membaca. Riset, istilah kerennya, untuk memperkaya tulisan kita, sekalipun itu hanya novel. Rasanya saya sudah sering membahas soal aktivitas riset ini. Silakan ubek-ubek artikel lama saya.

Menulis itu susah. Sebab, seperti saya bilang tadi, kita harus meyakinkan pembaca bahwa karya kita masuk akal. Dari awal pembaca sudah tahu bahwa novel adalah rekaan, meskipun seringkali diambil dari kejadian sungguhan di dunia nyata. 

Misalnya novel bertema kriminal yang bercerita soal penyelundupan/perdagangan manusia. Karakter, setting waktu serta tempat memang fiktif, tetapi jenis kejadian itu nyata adanya. Tugas penulis adalah meyakinkan pembaca bahwa kejahatan itu nyata dan bisa menimpa siapa saja.

Menulis itu susah. Sebab, tidak setiap penulis bisa menggarap segala genre. Akui saja. Sama seperti saya yang tidak bisa menulis artikel politik, apalagi resep masakan karena bisanya cuma makan. (Tumben ngaku, Moy?!) 

Biasanya itu bergantung pada ketertarikan si penulis terhadap salah satu genre. Si penyuka romance tentu akan berburu bacaan serupa, bahkan rela memesan lebih dulu jika penulis favoritnya kebetulan menelurkan karya. Namun, kondisi itu tidak bisa dipukul rata. 

Ada yang sangat menggemari novel bertema konspirasi/kriminal, tetapi selalu menulis fiksi cecintaan dengan level baper yang kebacut. (Ng... elu nggak lagi ngomongin diri sendiri, kan, Moy?!) 

Kalaupun maksa menulis novel bertema konspirasi, paling hebat berakhir di blog pribadinya dengan jumlah pembaca di bawah lima puluh. (Moy, gosah curcol!!!)

Susah atau mudah, semua bergantung pada si penulis sendiri dalam menakar kemampuan menulisnya. Percaya diri itu harus, tetapi tidak berlebihan. Konsultasi dengan pegiat literasi atau diskusi ringan dengan sesama rekan penulis bisa menjadi langkah yang tepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun