Mohon tunggu...
Sejo Qulhu
Sejo Qulhu Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writter Travel Vloger

Saya santri kampung, tapi bukan santri kampungan!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cangkul Pak Tani

10 April 2019   00:28 Diperbarui: 10 April 2019   15:23 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Oleh : Tanmelak Pare

Pagi hari, pukul 07.00 WIB. Rumah yang amat sangat sederhana, pohon mangga yang rindang dedaunannya menghiasi rumah milik keluarga kecil itu. Suara  burung pipit berkicauan, menandakan bahwa sesegera Ia beranjak dari tidurnya, karena mencari makan. Yanto adalah anak semata wayang dari Pak Darman dan Ibu Esih. Keluarga yang harmonis, meskipun serba kekurangan tapi mereka jalani dan nikmati pahit getirnya kehidupan.

"Pak, Yanto berangkat kesekolah ya Pak! Tapi, Yanto malu sama Bapak dan Ibu Guru, temen-temen juga, Pak. Belum bayaran SPP buat kenaikan kelas?" Sindir Yanto Kepada Bapaknya

 "Iya To, Semoga aja nanti ada rezeki. Kan  hari ini sawah kita panen!" Jawab Bapaknya

 "Iya To, Bener kata Bapak Mu itu" Sindir Ibunya

 "Ta... Tapi, Pak.. Bu. Yasudah, Yanto sekolah dulu yaa. Assalamualaikum"

"Belajar, yang bener ya, To! Biar jadi anak yang sukses, ga seperti bapak sama ibu, yang kerjanya di sawah sama di rumah doang!" Sahut Bapaknya

 "Iya Pak, Ammin Ya Allah" Jawab Yanto

Yanto pun pamit, mencium tangan kedua orang tuanya dan berjalan bergegas menuju sekolahannya, dan Pak Yanto pun bergegas menuju Sawah karena itulah tempat Ia bekerja dan mencari kebutuhan hidup."Hati-hati ya Pak, emangnya ga makan disini dulu tah Pak?" Tanya Istri Pak Darman

"Disana Saja lah, Bu. Ga keburu, nantinya kesiangan, bapak sudah ga sabar untuk Ngagebot Pare dalam bahasa Sunda (Memanen Padi)"

"Yasudah kalau begitu, Ibu bungkuskan saja ya pak, nasinya. Kan harus butuh tenaga yang kuat, nanti kalau bapak ngga makan dulu, ibu khawatir, bapak kenapa-kenapa, nanti yang repot siapa?" Sahut Ibu

"Iya Bu, doakan saja yang terbaik buat bapak, semoga tetap sehat, rezekinya lancar, dan panennya gak gagal"

"Iya Pak, Aamiin. Hati-hati ya pak"

Pak Darman meninggalkan rumah, menuju ke sawah. Sebelum ke sawah Pak Darman terlebih dahulu mengecup kening Istrinya, suasana bahagia dan harmonisnya keluarga sederhana itu.

Pagi hari menjelang siang Pukul 08.00 WIB, Pak Darman sampai di sawah. Sawah yang Indah, pepohonan hijau, menghiasi persawahan milik masyarakat warga Menes Pandeglang-Banten. Padi yang hijau kekuning-kuningan menandakan sudah saatnya dipanen. Burung galejra dan burung Pipit pun ramai mendekati padi yang hendak di panen oleh para petani.

Tiba-tiba awan mulai gelap, menandakan akan turunya hujan, burung-burung berterbangan sesegera mencari tempat teduh agar tidak terkena air hujan. para petani pun khawatir dan berdoa semoga tidak terjadi hujan, karena memanen harus tetap dilakukan, mau itu hujan atau pun panas, jika tidak dilakukan maka yang teradi adalah gagal panen, hal yang tidak di inginkan oleh petani.

Hujan pun langsung mengguyur persawahan, begitu deras air yang turun dari langit, air sebesar biji semangka itu membasahi persawahan milik petani, namun hujan tak kunjung reda, malah makin membesar disertai angina kencang dan badai, petir yang sangat keras dentumannya hingga memberisikan telinga, namun Pak Darman masih tetap saja Ngagebot Pare, karena Ia takut hasil panennya gagal, ia memasukan perlahan padi ke dalam karung besar yang Iya bawa, dan separuh ia taruh di Saung teduh di dekat Sawahnya

"Man, Ngges hela  Ih. Ja hujan, Istirahat hela loba guludug bisi kasamber" sahut Pak Aji

"Muhun Ji, lamun urang ngerereuh, anak tebisa sakola, Ji. Urang keur butuh duit jeung bayar SPP" Jawab Pak Darman

"Nya ngges atuh, ai kitumah" Sahut Pak Aji dari kejauhan di tempat teduh milik nya

Ibu Esih sedang bergegas menuju sekolahan anaknya Yanto, Ia menjemputnya dan membawa paying untuk mengantarkannya pulang ke rumah. Sesekali rasa khawatir menyelimuti pikiran Ibu Esih, karena pasti suami nya terus kerja keras memanen padi.

Suara petir begitu keras terdengar dari arah timur yaitu persawahan dari kejauhan rumah keluarga sederhana itu, Istri pak darman mulai khawatir dan takut terjadi apa-apa yang menimpa suami nya, Yanto yang sedang minum tiba-tiba gelasnya pecah. Makin menjadi-jadi saja prasngka buruk menyelimuti pikiran istri pak darman

"Ya Allah, Lindungilah suami Hamba" Sambil mengangkat tangan dan mukanya menegadah ke langit, seraya sembari mengucapkan kalimat La Haula Wala Kuwwata Illa Billah, mulutnya semakin kencang kumat-kamit, karena memikirkan suami tercinta nya yang sedang bekrerja keras di Sawah

Namun apa yang terjadi, malang nasib menimpa keluarga kecil sederhana ini. Suasana sedih pun menghampiri Istri Pak Darman dan anaknya Yanto. Pak Darman meninggal menggenaskan di sawah, sekujur tubuhnya gosong, ternyata petir itu menyambar cangkul yang ada persis di dekatnya kata saksi mata yaitu Pak Aji.

"Bu, Esih yang sabar ya, ikhlaskan Bu, Ikhlaskan. Semua ini milik hanya Allah, dan akan kembali kepada-Nya, Aji sudah membujuk darman, tapi darman masih saja kerja keras, dengan alasan untuk biaya sekolah anak, saya nggak bisa melarangnya" Gumam Aji kepada Istri Pak Darman, dengan wajah sedih dan air mata yang bercucuran karena kehilangan seorang sahabat baiknya

Kini Ibu Esih hanya tinggal berdua dengan Yanto, anak semata wayangnya. Dan Bu Esih mencari nafkah dengan memuka usaha kecil-kecilan di rumahnya dan berdagang gorengan di sekolahan yanto, hinnga yanto tumbuh besar dan menjadi anak yang sukses. Mereka tetap sabar menjalani getir pahitnya kehidupan karena Allah telah berfirman "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan" (Qs. Al Insyirah: 5-6)        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun