Halo Sobat Sejarah Searah, pada artikel pertama ini MinSe mau berbagi cerita sejarah mengenai 'Cimahi' Sebagai Kota Garnisun. Yuk, disimak sampai akhir ya!
Ada perhatian terhadap terbentuknya lembaga baru yaitu, tempat kedudukan Garnisun baru di Cimahi, 8 km ke arah barat dari Bandung.Â
Pemilihan lokasi ini berdasarkan pengalaman selama perang Aceh dan ekspedisi ke Lombok tahun 1894, yaitu waktu beribu-ribu tentara KNIL jatuh sakit dan dalam keadaan lemah harus dievakuasi ke daerah yang lebih sehat. Cimahi dipilih karena hawanya sejuk, luas dan jalan kereta api dapat diselesaikan dengan membuka daerah dataran tinggi.
Pada tahun 1896, ditempatkan pasukan infanteri yang pertama, sebagai bagian dari Batalyon ke-4. Perkembangan pesat kawasan ini terjadi dalam 2 dekade bereikutnya, mencakup kawasan sepanjang 4 km dan lebar yang hampir sama, di sebelah utara berbatasan dengan jalan raya dan di sebelah selatan dengan jalan kereta api ke Jakarta. Pada awal periode itu lahir lembaga yang bernama het militaire Huis van Arrest (Rumah Tahanan Militer).Â
Perkembangan tercepat aalah selama tahun 1911, sementara itu lahir keputusan uuntuk menempatkan Departemen Peperangan di Bandung, karena KNIL harus mempunyai pertahanan akhir terhadap serangan musuh.Â
Pusat militer harus terdiri dari 2 kutub: di timur, dan di bagian barat, Cimahi tempaat sebagian besar pusat kekuatan Garnisun didirikan karena ternyata cocok untuk pendirian fasilitas militer lainnya.Â
Sebagai kutub ke-3 dan di antara keduanya adalah Andir, tempat diletakkan lapangan udara militer (1920). Lembaga militer di Cimahi yang terpenting adalah Rumah Sakit Militer yang didirikan di sebelah selatan jalan kereta api, dekat stasiun.Â
Sampai masa Perang Dunia II, Rumah Sakit Militer ini tumbuh menjadi rumah sakit terbesar dan termodern dengan peralatan sangat lengkap untuk berbagai perawatan, juga untuk wanita dan anak-anak serta hal-hal khusus.
Cimahi memiliki bagian angkutan dalam zeni yang dinamakan "de trein" yang terletak dalam kompleks yang disebut "Het Treinkampement".Â
Di samping itu ditempatkan pula pasukan zeni, dengan persenjataan teknis yang khusus Batalyon Teknik (Batalyon Pionir kemudian menjadi Batalyon Zeni), pendidikan kader dan pendidikan lain dan spesialis bidang zeni lainnya, misalnya perhubungan dan tentara kereta api. Dari sini kemudian dibentuk Dinas Perhubungan.Â
Pesatnya pertumbuhan Cimahi berarti juga bertambahnya kehadiran militer Eropa. Perwira dan Bintara memerlukan sebuah gedung pertemuan untuk mengisi hari libur mereka. Sejak tahun 1912 dibangun tempat ibadah untuk penganut Katolik dan Protestan serta aliran netral, juga kantin-kantin yang besar. Dengan adanya berbagai lembaga militer di Cimahih, diperlukan pula Badan Peradilan Militer, disebut "Krijgsraad" yang didirikan tahun 1926.
Dapatlah dimengerti Sobat, mengapa sebagian besar penduduk Cimahi terdiri dari tentara dan keluarganya yang berasal dari berbagai daerah termasuk orang Belanda Eropa.Â
Keluarga tentara pribumi yang berpangkat rendah ditempatkan di sambre/kamar di dalam kamp atau tangsi. Tentara Belanda yang terdiri dari tamtama, bintara serta bintara tinggi menempati rumah dinas yang disewa dari harga 10 s/d 12% gaji mereka.Â
Sesudah pensiun, kebanyakan tentara keluar dari Cimahi, tetapi terdapat juga kelompok yang tetap tinggal dan beranak-pinak, termasuk juga di antaranya orang Belanda. Pada akhir tahun tiga puluhan di Cimahi dibentuk pula korp purnawirawan sebagai Korp Cadangan.
Referensi:
Voskuil, Robert. (2017). Bandung Citra Sebuah Kota (Bandoeng, Beeld Van Een Stad). Penerbit ITB.