Mohon tunggu...
sedya pangasih
sedya pangasih Mohon Tunggu... Lainnya - Ekaprasetya Pancakarsa

Berisi tulisan yang masih sangat membutuhkan kritik dan saran. 📌🙏 Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Walisongo Semarang 🪐

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Islam: Paripatetik

18 Januari 2022   10:38 Diperbarui: 18 Januari 2022   10:59 3848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.bizkhmer.com

A. Paripatetik secara Ontologi 

Istilah paripatetik muncul sebagai sebutan bagi para pengikut Aristoteles. Paripatetik sendiri berasal dari bahasa Yunani paripatein yang berarti berkeliling, berjalan-jalan berkeliling. 

Kata ini juga menunjuk pada suatu tempat, beranda dari peripatos. Dan dalam tradisi Yunani, kata ini mengacu pada suatu tempat yang biasa digunakan oleh Aristoteles untuk mengajar sambil berjalan-jalan. 

Dalam tradisi filsafat islam paripatetik disebut dengan istilah masysyaiyyah yang diambil dari kata masya-yamsyi-masyyan wa timsyaan yang juga memiliki arti berjalan atau melangkahkan kaki dari satu tempat ketempat yang lain. 

Paripatetik disebut juga sebuah aliran rasionalisme murni, maksudnya setiap pemikiran yang dikembangkan masih terpengaruh filosof yunani seperti aristoteles dan plato. 

Abu Nasr al-Farabi adalah filosof pertama yang mengonsep filsafat Islam. Al-Farabi selama hidupnya berusaha untuk mengharmoniskan ide-ide Plato dan Aristoteles.

Ajaran mereka yang biasa disebut dengan istilah hylomorfysme yang mengatakan bahwa apa pun yang ada di dunia ini terdiri dari dua bentuk utama yang materi dan bentuk. 

Dalam sejarahnya, ajaran ini dirumuskan dengan jelas oleh Aristoteles dari ajaran gurunya Plato yang mengatakan bahwa apa yang ada di dunia ini tidak lain hanya bayang-bayang dari ide-ide yang ada di dunuia atas yang kemudian biasa disebut dengan Platonic Ideas. 

Yang dimaksud bentuk disini bukanlah bentuk fisiknya melainkan semacam esensi (hakikat) dari sesuatu sedangkan yang disebut materi adalah bahan yang tidak akan mewujud kecuali setelah bergabung dengan bentuk tadi.

Dalam dunia Islam, hampir seluruh filosof yang beraliran peripatetic seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd memiliki pandangan hylomorfysme yang dengan demikian para filosif tersebut dapat disebut filosof peripatetic. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun