Mohon tunggu...
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mohon Tunggu... Administrasi - Arsitek murtad yang lebih bahagia jadi istri arsitek

Writer wannabe yang tinggal di Bandung dan suka berbagi cerita di www.ceritashanty.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andai Saya Menteri Pendidikan

3 Agustus 2016   08:45 Diperbarui: 3 Agustus 2016   20:01 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai ibu 2 anak usia 6 dan 9 tahun, entah kenapa saya merasa sangat punya kapabilitas untuk diangkat sebagai Menteri Pendidikan oleh Presiden Jokowi. Sadar diri sih saya bukan guru, praktisi pendidikan, apalagi orang yang memiliki latar belakang profesor doktor dalam ilmu pendidikan. Bahkan saya bukan orang partai!

Tapi entah kenapa saya gatal sekali ingin merombak sistem pendidikan yang ada di Indonesia selama ini. Yang saya anggap berantakan, terlalu padat nggak penting, kehilangan esensi, buang-buang waktu, buang-buang uang, tidak efektif, dan tidak tepat sasaran. Intinya: Nggak Banget deh.

Karena kesal, saya pun melamar posisi Menteri Pendidikan ke Pak Presiden. “Mau saya bantu nggak Pak Jokowi?” tawar saya. “Emang kamu mau ngapain kalau jadi Menteri,” jawab beliau.

Maka saya pun memberikan pola pendidikan yang akan saya terapkan seandainya menjadi Menteri Pendidikan. Berikut beberapa hal yang begitu ingin saya lakukan untuk merombak sistem pendidikan yang ada sekarang:

#Usia 3 tahun ke bawah

Anak usia 3 tahun kebawah harus bersama SALAH SATU dari kedua orangtuanya selama 24 jam penuh. Berada dalam pengawasan orangtuanya dan bukan orang lain yang latar belakang pendidikannya lebih rendah dari orangtuanya.

Tidak ada lagi istilah cuti melahirkan 3 bulan yang membuat seorang bayi yang baru lahir dipaksa dipisahkan dari ibunya. Cuti melahirkan itu 2 tahun! Dan ibu yang menyusui itu dibiayai oleh negara. Digaji untuk menyusui bayinya sebagai tunas-tunas bangsa. Tidak ada lagi ibu yang diperas tenaganya sekedar untuk membeli susu formula yang mahal sebagai pengganti ASI.

Tidak ada lagi ibu yang kebingungan dan stress karena tuntutan profesionalitasnya sebagai pekerja dan totalitasnya menyusui bayinya. Tugas utama ibu yang baru melahirkan hanya satu: Menyusui dan Merawat bayinya. Tidak semua perempuan mendapat anugrah tugas suci ini. Hanya wanita terpilih yang diberi kesempatan untuk bisa melahirkan seorang manusia di muka bumi ini. Tidak lama-lama kok Bunda, cukup 2 tahun saja. Dan Bunda berhak mendapat gaji untuk tugas ini. Setelah itu Bunda bebas mengejar karir setinggi langit.

3 tahun pertama anak adalah peletakan pondasi terpenting dalam hidup seorang manusia. Seyogyanya, orangtua terpilih yang mengemban amanah itu. Seperti kata Bunda Elly Risman, 

“Orangtua itu babysitternya Allah.” 

Pada masa ini kebutuhan dasar anak dipenuhi dengan memberikan curahan kedekatan, kasih sayang, dan teladan akhlak yang santun dari orangtua. Hemat saya, jika anak sudah dikenalkan akhlak yang santun dari bayi oleh orangtuanya, semestinya kita tidak perlu repot cari sekolah mahal hanya demi anak diajarkan kesantunan atau pendidikan karakter di sekolah.

#Usia 3-5 tahun

Anak usia 3-5 tahun sangat dianjurkan memiliki teman bermain sebaya di lingkungannya. Tidak perlu sekolah formal yang terstruktur selama beberapa jam yang kaku. Anak bisa bebas bermain sesuai kebutuhannya. Boleh pagi, siang, sore. Ia bebas bermain sesuka hatinya. Anak mulai belajar bersosialisasi dengan orang lain selain keluarga intinya dengan cara yang nyaman buatnya dan alami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun