Mohon tunggu...
Scientia Afifah
Scientia Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - a long life learner

mengeksplor isu sosial, psikologi, perempuan dan keluarga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Healthy Life Style sebagai Sebuah Budaya Populer

5 April 2022   09:32 Diperbarui: 5 April 2022   09:35 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo mengungkapkan bahwa jika di awal pandemi penjualan bisa mencapai 100 hingga 200 unit setiap hari, saat ini menurun drastis menjadi hanya 1 hingga 3 unit perhari (Rahayu, 2022). Ini menunjukkan bahwa olahraga sebagai budaya populer, meskipun sempat berada di mana-mana dan jamak diketahui orang, namun sifatnya lebih temporal.

Meskipun demikian, tetap terdapat sekelompok orang yang menggemari olahraga tertentu meskipun lonjakan peminat tidak meningkat drastis, dan menjadikannya sebagai bagian dari budaya populer. Basket misalnya, meskipun awalnya hanya dipandang sebagai olahraga untuk memperkokoh fisik, namun seiring berjalannya waktu basket mengundang industri untuk mempopulerkan dan menjadikannya sebagai sebuah komoditas dengan hadirnya perusahan sponsor (Sudirman dalam Ika, 2013). 

Poster, merchandise hingga kaos olahrga dan sepatu basket memiliki penggemar tersendiri yang tak keberatan jika barang-barang tersebut dijual dengan harga tinggi. Sepatu basket tidak hanya digunakan di lapangan basket untuk berolahrga, tetapi juga menjadi atribut untuk bergaya ketika berjalan bersama teman-teman sebaya untuk acara informal. 

Penggunanya pun tidak hanya dari kalangan kelas tertentu, tapi juga melintas batas latar belakang ekonomi karena industri asesoris berlomba menghadirkan barang dengan harga yang murah walaupun dengan kualitas yang berbeda-beda.

Gaya hidup sehat yang meningkat dan menjadi budaya populer tidak hanya tampak dan kesukaan terhadap salah satu olahraga, tetapi juga dari pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. 

Secara global, menurut Survei Industri Organik 2021 yang dirilis Organic Trade Asosiation (OTA), reputasi organik naik luar biasa, hingga disebut sebagai pertumbuhan yang dramatis. Data OTA mencatat, penjualan makanan organik di Amerika Serikat pada 2020 naik 12,8 persen dengan nilai total 56,4 miliar dolar AS (Salampessy, 2021). Pertumbuhan peningkatan permintaan makanan organik di Indonesia mencapai 15--20%, didorong dengan adanya kemampuan daya beli (Kompas, 2019).

Budaya populer memungkinkan banyak orang dengan aneka latar belakang mengidentifikasi diri mereka secara kolektif (Apollo, 2020). Dengan demikian, budaya populer menjadi pengikat masyarakat karena adanya kesamaan cita-cita dan hobi, karena ada perasaan in grouping yang melahirkan gengsi ketika seseorang memiliki kesamaan dengan teman sebayanya. Dalam hal ini, budaya populer menjalankan perannya di aspek sosial.

Perkembangan gaya hidup sehat ini didukung pula oleh kecepatan teknologi dan media sosial untuk menyebarakan informasi. Seorang pesepeda atau pelari yang sudah selesai menempuh kiloan meter untuk berolahrga misalnya, memotret catatan pencapaian dan mempublikasikannya ke media sosial sehingga orang lain yang melihatnya menjadi tertarik bahkan tertantang untuk mengikuti kegiatan serupa. Dalam hal ini, budaya populer menggunakan media massa sebagai agen untuk meningkatkan popularitasnya. 

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Bungin (dalam Widyatmoko, 2014) di mana media massa mempengaruhi pembentukan budaya populer yang dikonstruksikan kepada masyarakat. Di era digital, seringkali hal yang menarik untuk diangkat di media massa adalah hal yang tengah jamak di media sosial (Martin & Nakayama, 2018).

Sejauh mana sebuah budaya populer mempengaruhi seorang individu kembali kepada bentuk penerimaan terhadap budaya tersebut. Sebagaimana kompleksitas manusia dengan pemikiran dan latar belakangnya, pengaruh budaya populer juga berrbeda pada tiap individu.

Ada yang menyentuh hanya di permukaan dan sifatnya lebih temporal, ada pula yang sampai pada tataran perubahan karakter dan kepribadian, bahkan ada yang menolak dan enggan untuk ikut arus popularitas yang marak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun