Mohon tunggu...
Sayyidati Hajar
Sayyidati Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Timor

Perempuan Timor | Traveller Kampung | Teater | Short Story | Short Movie | Suka Budaya NTT | pos-el: sayyidati.hajar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pawai Paskah, Laboratorium Kerukunan Umat Beragama di Amanuban Timur

3 Mei 2019   21:40 Diperbarui: 5 Mei 2019   16:43 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pdt. Seneb Blegur, S. Th. (Klasis Amanuban Timur)
Pdt. Seneb Blegur, S. Th. (Klasis Amanuban Timur)
"Biar saudara kami hadir di antara kami," ucap Bapak Klasis ketika kami foto bersama. Saya diminta ke tengah, diapit para pendeta. Kami terseyum ke arah kamera. Beberapa orang sibuk mengambil gambar. Mengabadikan kebersamaan antar umat beragama dalam paskah di Amanuban Timur.

Foto bersama Klasis Amanuban Timur pada pawai paskah 2019
Foto bersama Klasis Amanuban Timur pada pawai paskah 2019
Sejenak saya berpikir, mungkin kayu salib  hanya digunakan oleh para pendeta. Namun tak berselang beberapa lama, saya menyaksikan rombongan jemaat memeluk salib di dada. Mereka tersenyum dan saling menyapa. 

Anak-anak memegang salib
Anak-anak memegang salib
Jemaat datang dari berbagai arah. Truk dan pick-up menjadi pilihan jemaat dari desa-desa yang jauh. Sementara para pejalan datang dari desa-desa terdekat.

Rombongan jemaat Klasis Amanuban Timur
Rombongan jemaat Klasis Amanuban Timur
 Mereka datang, membentuk rombongan-rombongan kecil. Berjalan perlahan menuju gereja untuk melaksanakan doa dan menyambut Pak Gubernur.
Orang-orang Timor gembira menyambut paskah. Mereka keluar dengan pakaian terbaiknya. Tua-muda mengenakan tenun khas Amanuban.  Anak-anak kecil mengenakan kain tenun berukuran kecil yang khusus ditenun untuk mereka. Bila tak ada, mereka tetap melilitkan selendang di leher.

Ragam Kain Tenun Timor
Ragam Kain Tenun Timor
Ragam motif tenunan  lotes, 'buna, futus, berwarna 'berani' menjadi simbol suka cita dalam perayaan paskah Klasis Amanuban  Timur 2019. 

Motif cerah tenun khas TTS
Motif cerah tenun khas TTS
Kuning, merah, biru, semua terasa menyala di bawah terik matahari. Bila ditelisik lebih dalam, pada umumnya orang TTS   memiliki keberanian khusus dalam memilih warna-warna ngejreng.
Di Haunometen, untuk pertama kalinya saya hadir di tengah-tengah perayaan paskah saudara-saudara umat kristiani. Pertama kali, sepanjang usia dua puluh delapan tahun ini. Saya berada di tengah-tengah para pemegang salib yang berjalan 7 kilo meter untuk merasakan penderitaan Yesus. Butuh waktu lama menerjemahkan beberapa simbol yang digunakan ketika prosesi jalan salib dilaksanakan.

Para jemaat
Para jemaat
"Kenapa tiang salib yang saya temui sepanjang jalan selalu tiga?" tanya saya pada Neno Anderson Salukh, rekan kompasianer KampungNTT yang juga hadir meliput saat itu. Ia tertawa ramah, memberi beberapa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya, juga menerjemahkan beberapa adegan yang tidak saya tanyakan. Sayangnya, kami bahkan terlalu sibuk untuk sekadar mengambil foto berdua.

Yesus dan Refleksi Permasalahan Sosial Masyarakat Amanuban Timur
Angin bertiup pelan, rambut gondrong laki-laki itu sedikit tersapu. Satu demi satu Jemaah mengantri foto bersamanya. Lelaki itu menjadi artis selama perayaan paskah. Terik  semakin menggigit,  keringat bercucuran membanjiri kulit sawo matangnnya yang hampir gosong. Di bawah terik yang semakin mengikat itu, ia sumrigah, bibirya merah. Mungkin baru saja mengunyah sirih pinang. Sepintas, perawakannya mirip Yesus. Tak heran bila pemeran Yesus dalam jalan salib  Klasis Amanuban jatuh padanya. Namanya Pdt. Ale dari Kecamatan Kie (semoga saya tak salah).

Foto saya dan Pdt. Ale dari Kie
Foto saya dan Pdt. Ale dari Kie
Tak jauh dari Pdt. Ale, balasan pemuda berdiri bertelanjang dada. Kulit mereka mengkilat diterpa panas matahari. 

Para pemuda pemegang tombak
Para pemuda pemegang tombak
Syukurlah mereka menggunakan sepatu PDL Linmas dan kain tenun di pinggang. Beberapa diantaranya mengenakan pilu (ikat kepala khas suku Dawan). Pedang disampirkan ke pinggang, tombak dalam genggaman.

Saya foto diantara para pemuda jemaat Klasis Amanuban Timur
Saya foto diantara para pemuda jemaat Klasis Amanuban Timur
 Mereka adalah barisan orang-orang yang akan menyalib Yesus. Cerita yang digambarkan dalam jalan salib tak jauh dari kebiasaan masyarakat Timor. Mula-mula Yesus mengajak orang-orang yang bekerja mengikat jagung, mememilhara ternak dan memotong putak  untuk bersamanya.
"Ikutlah denganku," ajak Yesus.
Semakin jauh melakukan perjalanan, Yesus semakin banyak menemukan murid. Seperti pada titik pemberhentian Oenasi, Yesus megajak perempuan-perempuan penenun. Yesus berdialog, berusaha menebar kasih melalui kata-kata. Sayang sekali, pada pemberhentian beberapa titik berikutnya, saya tak bisa menyaksikan secara langsung. Saya meninggalkan barisan pawai paskah sebentar untuk solat zuhur di Pondok Pesantren Miftahuddin Oe-Ekam. Pondok pesantren tertua di TTS yang berdiri pada tahun 1993.
Saya baru bergabung kembali ketika rombongan sampai di depan Ponpes. Dan terpakasa saya harus masuk dalam rombongan pengendara motor lain yang berada di barisan belakang para pejalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun