Mohon tunggu...
Sayyidati Hajar
Sayyidati Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Timor

Perempuan Timor | Traveller Kampung | Teater | Short Story | Short Movie | Suka Budaya NTT | pos-el: sayyidati.hajar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pawai Paskah, Laboratorium Kerukunan Umat Beragama di Amanuban Timur

3 Mei 2019   21:40 Diperbarui: 5 Mei 2019   16:43 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Motor mulai memasuki desa Oelet. Sebuah masjid berdiri di sisi kiri jalan setelah melewati puluhan gereja sepanjang perjalanan. Masjid berikutnya baru akan dijumpai di Pondok Pesantren Miftahuddin Oe-Ekam. Sebuah mobil berplat merah tampak berusaha mendahului motor Revo yang saya kendarai. Namun kali ini saya sangat ingin ngebut, kami beradu kecepatan tinggi sepanjang jalan raya Oelet menuju jembatan Noebunu. 

Seteleah melewati jembatan Noebunu yang sempat putus musim hujan kemarin itu, saya akhirnya berhenti. Beberapa polisi sudah berjaga di sana. Tepat di pasar Toefae yang terletak tak jauh dari ujung jembatan, beberapa orang tua telah berkumpul. Mereka menunggu Pak Gubernur. Saya berjumpa guru saya Bapak Abdul Qodir Lenamah di sana. Beliau masuk dalam tua-tua adat penyambut Gubernur.

Orang-orang menunggu Gubernur NTT di Pasar Toefae | Dok. Sayyidati Hajar
Orang-orang menunggu Gubernur NTT di Pasar Toefae | Dok. Sayyidati Hajar
Mendung masih menggantung. Kain tenun khas Amanuban Timur menjadi matahari di bawah langit mendung. 

Para Amaf Menunggu Gubernur NTT Viktor B. Laiskodat | Dok. Sayyidati Hajar
Para Amaf Menunggu Gubernur NTT Viktor B. Laiskodat | Dok. Sayyidati Hajar
Orang-orang tua melilit sarung tenun di pinggang. Aul ais noni (Tas bertali uang), pilu (ikat kepala), dan fut noni (ikat  pinggang yang ditempeli uang) digunakan dengan paduan kemeja warna putih menjadi ciri khas para amaf (bapak). Seoarang perempuan Nampak siaga memegang nampan berisi selendang. Acara penyambutan Pak Gubernur akan dilakukan secara adat. 

Natoni dipilih sebagai wujud penghormatan atas kehadiran Pak Gubernur di Amanuban Timor. Semua orang bersiap, jubir siaga di depan jalan. Anggota tim penyambut menghabiskan waktu tunggu dengan mengobrol.

Pukul 11 lewat delapan menit. Suara sirine mobil polisi memutus obrolan. Mobil Gubernur berplat DH 1 hati-hati menyeberangi jembatan Noebunu. Rombongan penyambut segera membuat formasi stengah ligakaran di jalan raya. 

Masyarakat menyambut Bapak Viktor B. Laiskodat secara adat di Amanuban
Masyarakat menyambut Bapak Viktor B. Laiskodat secara adat di Amanuban
Perempuan pembawa selendang berdiri tiga langkah di depan Pak Gubernur. Jubir mulai membuka natoni  adat penyambutan.  Gubernur NTT Viktor B. Laiskodat  didampingi Bupati TTS Epy Tahun dan Wakapolda NTT Brigjen Pol Johni Asadoma diterima secara adat. 

Rombongan gubernur NTT, Bupati TTS, dan Wakapolda NTT
Rombongan gubernur NTT, Bupati TTS, dan Wakapolda NTT
Saya bergerak mengambil beberapa gambar. Maklum, baru kali ini saya melihat wajah orang nomor satu NTT itu.
Dua menit. Natoni adat selesai. Tua adat mengalungkan selendang di leher Pak Gubernur. 

Para Amaf
Para Amaf
Semua orang sibuk mengambil gambar. Warga antusias merekam setiap detail kejadian lewat layar-layar gawainya. Saya pun demikian, namun hanya beberapa. Walau bagaimanapun, saya harus tetap menghemat baterai sebab gawai saya sudah tak sehat lagi. Masih banyak moment penting. Saya memilih beranjak lebih dahulu sebelum rombongan gubernur melanjutkan perjalanan. Butuh waktu lima menit untuk sampai ke GMIT Betania Haunomaten. 

Suasana Persiapan Kedatangan Rombongan NTT
Suasana Persiapan Kedatangan Rombongan NTT
Meski demikian, rombongan gubernur baru tiba stengah jam kemudian.

Gubernur NTT bersalaman dengan Linmas di Honomaten begitu turun dari mobil
Gubernur NTT bersalaman dengan Linmas di Honomaten begitu turun dari mobil
Orang-orang Timor: Para Pembawa Salib
Seorang laki-laki paruh baya, berjubah putih. Tangannya memegang salib coklat kayu.  Ia sibuk mengobrol dengan beberapa orang berjubah hitam di depan gereja. Mereka adalah Bapak Klasis Amanuban, Pdt. Saneb Blegur, S.Th dan para pendetanya. Bapak Klasis tersenyum ramah pada saya ketika kami bertemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun