Mohon tunggu...
Savira Rinda Erliana
Savira Rinda Erliana Mohon Tunggu... Saya merupakan seorang mahasiswi Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

Saya merupakan seorang mahasiswi yang tertarik dengan art dan jurnalistik, saat ini bergabung di Himpunan Mahasiswa Profesi Teknik Kimia UNNES

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan Penerapan Artificial Intelligance dalam Penelitian

15 April 2025   14:40 Diperbarui: 15 April 2025   14:40 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi (Dibuat oleh AI Chat GPT 4.0)

Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam dekade terakhir menunjukkan kemajuan signifikan yang telah merambah berbagai sektor kehidupan, termasuk bidang penelitian ilmiah. AI, yang sebelumnya hanya menjadi bagian dari ranah teoretis dan fiksi ilmiah, kini menjadi salah satu instrumen utama dalam mendorong percepatan inovasi dan produksi pengetahuan ilmiah. Penggunaan AI dalam penelitian membuka peluang besar untuk menghasilkan temuan baru secara lebih efisien. Namun, di balik potensinya yang besar, penggunaan teknologi ini juga menghadirkan tantangan yang kompleks dari sisi teknis, etis, dan sosial. Oleh karena itu, analisis terhadap perkembangan terkini, potensi implementasi masa depan, serta tantangan penggunaan AI dalam dunia riset menjadi hal yang krusial untuk dibahas secara lebih dalam. 

Perkembangan Teknologi AI dalam Konteks Penelitian

Saat ini, teknologi AI telah melampaui fungsi dasar sebagai alat pemrosesan data. Teknologi ini telah berkembang menjadi sistem yang mampu melakukan analisis prediktif, pengenalan pola, pemrosesan bahasa alami (Natural Language Processing), serta simulasi eksperimental berbasis data dalam skala besar. Dalam bidang medis, AI digunakan untuk memprediksi risiko penyakit melalui analisis data genetik dan citra medis (Esteva et al., 2017). Di bidang ekologi dan perubahan iklim, AI digunakan untuk memodelkan pola cuaca ekstrem dan menganalisis data citra satelit (Rolnick et al., 2019). Bahkan di ilmu sosial, AI membantu menafsirkan dinamika sosial dan politik melalui analisis data media sosial dan survei publik (Tufekci, 2014).

Ketersediaan platform machine learning dan deep learning seperti TensorFlow, PyTorch, dan Scikit-Learn semakin mempermudah para peneliti dalam mengembangkan model berbasis AI yang kompleks. Selain itu, keterbukaan komunitas open-source telah mempercepat diseminasi pengetahuan dan inovasi dalam komunitas ilmiah secara global.

Potensi Implementasi AI di Masa Mendatang

Ke depan, peran AI diprediksi semakin sentral dalam setiap tahapan proses penelitian, mulai dari perumusan hipotesis, perancangan eksperimen, analisis data, hingga penulisan dan publikasi artikel ilmiah. Sistem AI berbasis Natural Language Processing bahkan telah mampu menghasilkan draf tulisan ilmiah, mensintesis literatur, dan menyarankan referensi yang relevan secara otomatis.

Integrasi AI dengan teknologi lainnya seperti Internet of Things (IoT), komputasi awan, dan blockchain juga membuka cakrawala baru dalam penelitian multidisipliner. Sebagai contoh, dalam riset pertanian presisi, AI digunakan bersama sensor IoT untuk memantau kualitas tanah dan tanaman secara real-time. Di bidang bioteknologi, AI berpotensi membantu dalam desain obat dan pemetaan protein dalam skala yang belum pernah dicapai sebelumnya (Jumper et al., 2021).

Lebih dari itu, perkembangan AI akan memungkinkan kolaborasi riset lintas negara dan disiplin ilmu secara lebih efektif, karena teknologi ini mampu menangani dan mengharmonisasi data dalam jumlah besar dan dengan struktur yang kompleks.

Tantangan dan Isu Etika dalam Penggunaan AI oleh Peneliti

Walaupun prospektif, penggunaan AI dalam penelitian tidak lepas dari isu-isu kritis yang perlu menjadi perhatian bersama. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan transparansi dalam model AI, khususnya pada model deep learning yang bersifat "black box". Model semacam ini sering kali menghasilkan prediksi tanpa penjelasan logis yang dapat ditelusuri oleh manusia, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap validitas ilmiah (Lipton, 2018).

Masalah bias dalam data pelatihan juga menjadi isu serius. Dataset yang tidak representatif dapat menghasilkan kesimpulan diskriminatif, yang sangat berisiko ketika AI digunakan untuk penelitian yang berdampak pada kebijakan publik atau layanan kesehatan. Tantangan lainnya berkaitan dengan plagiarisme otomatis, pelanggaran privasi data, serta kesenjangan teknologi antara institusi di negara maju dan berkembang.

Etika penggunaan AI dalam penelitian harus mempertimbangkan aspek tanggung jawab ilmiah, keadilan sosial, dan keamanan data. Oleh karena itu, pengembangan pedoman etis serta literasi AI di kalangan akademisi menjadi kebutuhan mendesak. Pelatihan mengenai penggunaan AI perlu mencakup dimensi teknis dan moral agar para peneliti dapat menggunakan teknologi ini secara kritis dan bertanggung jawab.

Penutup

Artificial Intelligence memiliki potensi transformatif dalam dunia penelitian ilmiah. Keunggulan dalam efisiensi, kecepatan, dan kemampuan eksplorasi data menjadikan AI sebagai alat bantu yang penting dalam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Meski demikian, penggunaan AI perlu diiringi dengan kesadaran kritis terhadap tantangan teknis dan etika yang melekat padanya. Pengembangan kebijakan, peningkatan literasi digital, serta pendekatan kolaboratif antar bidang keilmuan menjadi kunci dalam mengoptimalkan manfaat AI bagi dunia riset, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip integritas dan keadilan ilmiah.

Referensi

*Esteva, A. et al. (2017). Dermatologist-level classification of skin cancer with deep neural networks. Nature, 542(7639), 115--118.

*Jumper, J. et al. (2021). Highly accurate protein structure prediction with AlphaFold. Nature, 596(7873), 583--589.

*Lipton, Z. C. (2018). The Mythos of Model Interpretability. Communications of the ACM, 61(10), 36--43.

*Rolnick, D. et al. (2019). Tackling Climate Change with Machine Learning. arXiv preprint arXiv:1906.05433.

*Tufekci, Z. (2014). Big Questions for Social Media Big Data: Representativeness, Validity and Other Methodological Pitfalls. Proceedings of the Eighth International AAAI Conference on Weblogs and Social Media.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun