Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Getsemani

24 Maret 2016   23:13 Diperbarui: 25 Maret 2016   02:56 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Cerpen: Rumah Air, karya Anton Kurnia (KOMPAS)"][/caption]Hati-Ku takut berbalut rasa pedih
Peluh-Ku menetes seperti titik darah dan  menjadi-jadi
Doa-Ku makin dan makin bersungguh-sungguh pasti
Diri-Ku teguh menanti-nanti

Bukit Zaitun menjadi saksi
Cawan pahit pertanda mati
Aku melantun doa seorang diri di taman Getsemani
Sementara murid-murid terlelap terbawa mimpi

Tiba-tiba , nun jauh hadir bayang-bayang gelap
Gerombolan berdatangan bertubuh tegap
Siap siaga berusaha untuk menangkap
Ibarat memburu perjahat yang kelas kakap

Aku menyerah bukan karena bersalah
Aku tidak melawan bukan karena lelah
Aku mengalah bukan berarti kalah
Aku mati genaplah rencana Allah, engkau bebas dari yang salah.

Taman Getsemani kembali menjadi taman yang sepi
Segera berlalu pergi kasak-kusuk yang di sana sini
Getsemani. Oh Taman Getsemani
Saksi bisu pengorbanan Diri  

 

Saumiman Saud, San Francisco

Medio Maret 2016

ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun