Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tertindas, Tidak Terhempas

9 September 2015   02:53 Diperbarui: 9 September 2015   03:18 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tertindas, tidak terhempas

(Roma 8 :28-30; 1 Tesalonika 5:18 dan Efesus 5:20)

Ada suatu puji-pujian kita yang berjudul God hath Not Promised (Tuhan Tak Janji), isi syairnya saya kutip secara bebas kira-kira begini : “Tuhan tak berjanji, langit biru. Tuhan tak berjanji bunga terus harum, Tuhan tak berjanji selalu cerah, dan Tuhan tidak berjanji selalu aman sentosa. Tetapi Tuhan janjikan hidup yang penuh kekuatan. Ada ujian dan bahaya, tetapi Tuhan tetap menyertai kita”. Luar biasa, firman Tuhan juga berbunyi: "Segala sesuatu terjadi untuk kebaikan kita". Orang percaya, saya dan kita semua, barangkali sering mengutip nyanyian atau ayat ini untuk diberikan kepada orang lain yang sedang pergumulan. Namun permisi tanya seberapa banyak orang yang pernah menguji kebenaran melalui ayat ini? Atau lebih tepat lagi, seberapa banyak orang yang telah diuji oleh ayat ini?

Mari kita baca Roma 8: 28-30 , “ Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan Bagi rasul Paulus kebenaran ayat ini merupakan keyakinannya yang sangat mendalam. Pengakuan akan ayat ini muncul dari seseorang yang hidupnya penuh dengan berbagai pergumulan dan pergolakkan; itulah Paulus.

Siapa rasul Paulus itu? Alkitab tidak banyak menggambarkan rupa wajahnya. Tahun 160 seorang kristen dari Asia menulis novel sejarah yang berjudul "Kisah Paulus" dan memberikan penampilan Paulus sebagai berikut: "Bertubuh pendek, rambutnya mulai menipis, kakinya agak bengkok, perawakannya kekar, alisnya lebat hingga saling bertemu, hidungnya sedikit lengkung, dan tindak-tanduknya anggun; kadang-kadang dia nampak sebagai manusia dan kadang-kadang wajahnya mirip seorang malaikat. Memang gambaran itu tidak begitu menarik- orang yang pendek, kekar, berkaki bengkok, botak, beralis tebal; itulah Paulus. Wajahnya tidak setampan bintang TV Taiwan F4 atau Korea. Sebelumnya ia bernama Saulus, orang yang sangat benci pada kekristen. Dalam Kisah 9:1 Lukas menulis bahwa hati Saulus itu berkobar-kobar hendak membunuh para pengikut Yesus di kota Damsyik. Namun di tengah perjalanannya; Yesus menampakkan diri kepadanya dan ada sinar terang yang menyinari matanya sehingga ia menjadi buta. Ia bertobat menjadi pengikut Tuhan Yesus namanyapun diubah menjadi Paulus.

Sesudah itu, ia kemudian menghadapi berbagai pergolakan dalam hidup, ia menanggung beban dan hampir putus asa (lihat 2 Korintus 1:8); Ia juga ditindas dalam "segala hal", "dihempaskan" dan "dianiaya" (2 Korintus 4:8-9); ia mengalami "dera", "Cambuk", "penjara", "kesukaran" dan "kelaparan" (2 Korintus 6:4-5). Paulus juga menghadapi penyakit yang tak kunjung sembuh, ia menyebutnya "duri dalam daging" (baca 2 Korintus 12:7). Kisah Paulus diakhiri dengan kematiannya yang tragis karena kepalanya dipancung. Jadi di sini nampak jelas bahwa apa yang ditulis oleh rasul Paulus bukan merupakan teori belaka, melainkan pengakuan iman yang muncul dari pengalaman yang bukan sepintas lalu; ia sungguh mengalaminya, emang berat! Gambaran ini berdasarkan keyakinannya sehingga dalam Efesus 5:20 rasul Paulus menulis "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu". Baginya segala keluhan akan menjadi nyanyian, kalau penyerahan kita sepenuhnya pada Tuhan Yesus. Bagi Paulus tidak soal apakah keadaan jasmani itu baik atau tidak baik, yang penting ia tahu bahwa ia mengasihi Allah dan terpanggil sesuai dengan program-Nya.

Paulus bukan menganjurkan kita menjadi orang yang "fatalisme" atau orang yang “pasrah-isme” atau “sikap menerima nasib”. Kita juga tidak diajarkan menjadi orang Kristen yang mem"beo" saja. Tetapi justru orang kristen yang dengan penuh suka-cita menerima kesulitan atau kesedihan; karena ia tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal, baik maupun buruk; besar ataupun kecil, untung maupun rugi; untuk mendatangkan yang terbaik baginya.

Melalui ayat ini muncul tiga kebenaran yang dapat kita renungkan bersama.:

1. MENDATANGKAN KEBAIKAN

"Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan" Masalah utama kita untuk memahami ayat ini dalam kehidupan sehari-hari dan penerapannya adalah tergantung bagaimana kita menafsirkan kata "untuk mendatangkan kebaikan". "Kebaikan" yang dijanjikan Allah dalam pandangan-Nya yang jauh mungkin tidak selalu tampak baik bagi kita dan kadang-kadang kita tidak begitu gampang menerimanya. Sesungguhnya di dalam proses pemeliharaan-Nya kadang kala tampak prosesnya begitu berbahaya, apabila kita tinjau dari sudut kebendaan atau duniawi. Kebaikan yang dijanjikan Allah bersifat rohani, bukan duniawi dan mungkin diperlukan waktu sebelum kita melihat kebaikan yang sesungguhnya. Di sinilah letak pentingnya "iman" itu.

Kunci untuk mengerti ayat ini adalah bagian kalimat yang tidak boleh terlepas dari konteks ini, yakni "bagi mereka yang mengasihi Allah" dan "bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah". Pergumulan ini diperlukan waktu bertahun-tahun sebelum pemeliharaan Allah yang aneh dalam kehidupan seorang tokoh Alkitab yang bernama Ayub terbukti kebaikannya. Penderitaan yang dialami disebabkan oleh pikiran iblis yang jahat, tetapi Ayub tidak pernah menyalahkan siapapun. Pandangan hidupnya diutarakan dengan kata-kata yang sangat mulia "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" Tatkala ia dicela oleh isterinya ia tetap percaya kepada Allah. "Apakah kita mau menerima yang baik saja dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Ayub keluar dari lingkaran penderitaan ini, menjadi orang yang penuh berkat; "Cobaan-cobaan yang dialami Ayub telah menjadikannya penuh dengan Harapan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun