Mohon tunggu...
Satya laksana
Satya laksana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Moksha : Jalan Menuju Kebebasan Abadi dalam Agama Hindu

30 April 2025   10:56 Diperbarui: 1 Mei 2025   15:24 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Dalam teks-teks suci Hindu, terdapat empat jalan utama (Catur Marga Yoga) yang dapat ditempuh untuk mencapai moksa:

  • Karma Marga (Jalan Tindakan): Karma Marga menekankan pada tindakan tanpa keterikatan terhadap hasil. Seseorang bekerja dan berbuat tidak untuk keuntungan pribadi, tetapi sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Di Bali, hal ini tercermin dalam semangat gotong royong, yadnya (korban suci), dan kerja sosial yang dilakukan secara ikhlas. Karma Marga mengajarkan pentingnya niat yang tulus dalam setiap tindakan yang dilakukan.
  • Bhakti Marga (Jalan Pengabdian): Bhakti Marga adalah jalan cinta kasih dan devosi yang mendalam kepada Tuhan. Doa, persembahyangan, pemujaan di pura, serta upacara keagamaan merupakan bagian dari pengabdian ini. Dalam bhakti, hubungan antara manusia dan Tuhan bersifat personal dan penuh cinta. Bhakti mengarah pada rasa kedekatan dengan Tuhan yang dapat dicapai melalui ritual, pengorbanan, dan pengabdian penuh.
  • Jnana Marga (Jalan Pengetahuan): Jnana Marga adalah jalan menuju moksa melalui pengetahuan spiritual. Jalan ini menuntut renungan filosofis mendalam tentang hakikat diri dan alam semesta. Seorang pelaku jnana yoga merenungkan ajaran kitab suci, mempelajari Weda, dan bermeditasi untuk menyadari bahwa Atman (jiwa) tidak berbeda dengan Brahman (Tuhan). Jnana mengajarkan pengetahuan yang lebih dalam mengenai realitas hakiki dan menjauhkan diri dari ilusi duniawi.
  • Raja Marga (Jalan Meditasi dan Disiplin Diri): Raja Yoga menekankan pada pengendalian pikiran dan tubuh melalui disiplin spiritual, seperti meditasi, tapa, dan samadhi. Tujuannya adalah untuk mencapai konsentrasi murni dan menyatukan kesadaran pribadi dengan kesadaran universal. Meditasi dalam Raja Marga adalah praktik yang membimbing seseorang untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi dan bebas dari ikatan duniawi.

Setiap individu dapat memilih salah satu atau menggabungkan beberapa jalan sesuai dengan karakter dan kecenderungannya. Dalam praktiknya, banyak umat Hindu Bali yang secara alami memadukan keempat jalan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Implementasi Moksa dalam Kehidupan Sehari-hari

Konsep moksa tidak hanya menjadi tujuan spiritual di akhirat, melainkan juga menjadi pedoman dalam kehidupan duniawi. Umat Hindu Bali memaknainya sebagai proses penyucian diri yang dilakukan terus-menerus. Misalnya, melalui pelaksanaan Tri Kaya Parisudha (pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik), seseorang mulai melepaskan ikatan pada hal-hal yang bersifat duniawi. Dengan menjaga pikiran dan ucapan yang positif, serta berbuat baik, umat Hindu Bali berharap dapat mencapai kesucian jiwa yang akan membawa mereka lebih dekat pada moksa.

Selain itu, ajaran Catur Purusa Artha (empat tujuan hidup: dharma, artha, kama, dan moksa) juga menjadi fondasi penting. Moksa merupakan tujuan tertinggi setelah seseorang menjalani hidup dengan benar secara etika (dharma), memperoleh rezeki yang layak (artha), dan menikmati kehidupan dengan seimbang (kama). Dengan begitu, hidup manusia tidak hanya mengejar materi, tetapi diarahkan menuju kesempurnaan spiritual. Umat Hindu Bali berusaha untuk menyeimbangkan kehidupan duniawi dan spiritual agar dapat mencapai moksa.

Simbolisme dan Ritual yang Mengarah pada Moksa

Dalam tradisi Bali, banyak simbol dan upacara yang berhubungan dengan moksa. Misalnya, upacara ngaben (pembakaran jenazah) bertujuan untuk melepaskan roh dari ikatan duniawi agar dapat melanjutkan perjalanan menuju moksa Proses ini mencerminkan keyakinan dalam ajaran Hindu Bali bahwa raga hanyalah tempat tinggal sementara bagi jiwa yang bersifat abadi. Upacara ini menjadi simbol pelepasan jiwa dari keterikatan duniawi menuju alam spiritual yang lebih tinggi.

Di samping itu, para resi dan yogi dalam tradisi Hindu menjalani tapa dan brata sebagai jalan menuju kemurnian batin.Tapa semadi, hidup menyendiri di alam, atau melepaskan diri dari kesenangan duniawi menjadi simbol bahwa untuk mencapai moksa, seseorang harus melepaskan keterikatan terhadap dunia material. Tindakan itu menegaskan bahwa pencapaian moksa memerlukan pengorbanan serta kedisiplinan dalam menjalani laku spiritual yang mendalam

Tokoh-Tokoh yang Diyakini Mencapai Moksa

Dalam tradisi Hindu, baik di India maupun di Nusantara, terdapat sejumlah tokoh spiritual dan raja yang diyakini telah mencapai moksa karena kesucian hidup dan pengabdian mereka kepada Tuhan. Tokoh-tokoh ini tidak hanya dikenal karena kebijakan atau kekuasaan mereka, tetapi juga karena kesungguhan mereka dalam menempuh jalan spiritual.

  • Prabu Siliwangi, raja legendaris dari Kerajaan Pajajaran di Tatar Sunda, adalah salah satu tokoh Nusantara yang diyakini mencapai moksa. Banyak tradisi lisan dan kepercayaan masyarakat Sunda yang menyebutkan bahwa beliau tidak meninggal secara fisik, melainkan "ngahiang"—menghilang secara spiritual dan rohani. Dalam pemahaman lokal, hal ini merupakan bentuk pencapaian moksa, yaitu pembebasan dari tubuh fana dan bersatu dengan alam semesta atau Sang Hyang.
  • Dalam tradisi Hindu Bali, Resi Markandeya adalah tokoh spiritual yang sangat dihormati. Beliau diyakini sebagai penyebar agama Hindu ke Bali dari tanah Jawa. Resi Markandeya dikenal karena laku spiritualnya yang tinggi, ketekunannya dalam tapa dan meditasi, serta keberhasilannya dalam membumikan ajaran dharma di pulau Bali. Oleh masyarakat Hindu Bali, Resi Markandeya diyakini sebagai salah satu maharesi yang telah mencapai moksa karena hidupnya sepenuhnya diabdikan pada kebenaran dan kebajikan.
  • Dalam ajaran suci Hindu, Raja Janaka dari Kerajaan Mithila dikenal sebagai raja bijak (raja-rsi) yang mampu menjalankan tugas-tugas kenegaraan tanpa terikat pada kenikmatan dunia. Ia merupakan teladan sempurna bagi seseorang yang mempraktikkan Jnana Yoga dan Karma Yoga secara bersamaan. Walaupun memimpin pemerintahan, kesadarannya tetap tertuju pada aspek spiritual. Ia sering tampil sebagai murid maupun guru dalam berbagai dialog filosofis yang terdapat dalam kitab-kitab suci seperti Upanishad.Janaka diyakini mencapai moksa tanpa harus meninggalkan kehidupan dunia, menjadi simbol bahwa moksa dapat dicapai oleh siapa pun, termasuk mereka yang menjalankan peran sosial.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun