Mohon tunggu...
Satya laksana
Satya laksana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Moksha : Jalan Menuju Kebebasan Abadi dalam Agama Hindu

30 April 2025   10:56 Diperbarui: 1 Mei 2025   15:24 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Moksa: Jalan Menuju Kebebasan Abadi dalam Ajaran Hindu Bali

Pendahuluan

Agama Hindu yang berkembang di Bali memiliki landasan keimanan yang disebut Panca Śraddha. Lima keyakinan utama ini mencakup: percaya kepada Tuhan (Brahman), keberadaan jiwa (Atman), hukum karma phala, proses kelahiran kembali (punarbhawa), dan moksa. Dalam struktur spiritual ini, moksa menempati posisi tertinggi sebagai tujuan akhir kehidupan. Moksa merupakan kondisi di mana jiwa manusia terbebas dari siklus kelahiran dan kematian (samsara), dan kembali bersatu dengan Tuhan. Konsep ini bukan hanya dogma spiritual, melainkan juga filosofi hidup yang membimbing umat Hindu Bali dalam menjalani kehidupan yang bermakna, sadar, dan harmonis.

Makna dan Hakikat Moksa

Secara etimologis, moksa berasal dari akar kata Sansekerta “muc” yang berarti "membebaskan". Moksa adalah pembebasan jiwa dari keterikatan duniawi yang sarat dengan nafsu, keinginan, dan penderitaan. Jiwa yang telah mencapai moksa tidak lagi mengalami kelahiran kembali karena telah menyatu dengan Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman), sumber kehidupan yang kekal dan tidak terbatas.

Dalam filsafat Hindu, moksa dipandang sebagai kebebasan absolut, kebahagiaan tertinggi (ananda), dan realisasi penuh akan kebenaran (satya). Hal ini bukan sesuatu yang didapat secara instan, melainkan melalui proses spiritual panjang dan perjuangan batin yang mendalam. Hidup dalam kesadaran spiritual, mengendalikan nafsu, dan menjalani dharma (kewajiban suci) adalah jalan-jalan yang menuntun manusia menuju pembebasan ini.

Bali sebagai tempat di mana ajaran Hindu dipraktikkan secara mendalam, mengajarkan bahwa moksa bukan sekadar tujuan akhir setelah kematian, tetapi juga sebuah pencapaian spiritual yang dapat mulai diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks Bali, moksa memberikan panduan untuk hidup dengan penuh kesadaran, keseimbangan, dan pengendalian diri.

Samsara dan Karma sebagai Latar Belakang Moksa

Konsep moksa tidak bisa dilepaskan dari dua keyakinan penting dalam Panca Śraddha, yaitu punarbhawa dan karma phala. Samsara adalah siklus kelahiran dan kematian yang terus berulang, yang dilalui oleh jiwa akibat dari karma, yaitu hasil dari perbuatan manusia selama hidup. Jika seseorang melakukan tindakan buruk (adharma), ia akan terlahir kembali dalam kondisi yang menyulitkan. Sebaliknya, jika seseorang hidup sesuai dharma dan menghasilkan karma baik, maka ia akan terlahir dalam kondisi yang lebih baik atau bahkan mendekati moksa.

Namun, tujuan spiritual sejati bukan hanya terlahir dalam kondisi lebih baik, melainkan membebaskan diri sepenuhnya dari siklus samsara. Di sinilah moksa menjadi penting—sebagai bentuk kebebasan tertinggi dari siklus kehidupan yang penuh penderitaan. Oleh karena itu, moksa mengajarkan umat Hindu Bali untuk memusatkan perhatian pada pencapaian spiritual yang lebih tinggi, tidak hanya pada kehidupan duniawi yang penuh dengan godaan dan keterikatan.

Empat Jalan Menuju Moksa (Catur Marga Yoga)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun