Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Iblis Tak Pernah Salah

7 Agustus 2019   20:59 Diperbarui: 7 Agustus 2019   21:23 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dokumentasi Penulis

Coba saja pikir, siapa lagi makhluk di muka bumi ini yang harus disalahkan? Nyatanya manusia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Bahkan di akhirat nanti ketika kita hendak menyalahkan setan karena mereka sudah menyesatkan manusia, saya yakin Tuhan akan balik menyalahkan: "kenapa menyalahkan setan? Salahmu sendiri, kenapa mau-maunya disesatkan setan." Hayo... terus gimana? Apalagi Tuhan, yang tak bisa disalahkan. Absurd namanya kalau Dia memiliki kesalahan.

Dan nyatanya apa yang ada pada manusia bukan hanya kesalahan dan menyadari kesalahan. Manusia ternyata berpotensi membuat salah. Atau mungkin bisa dibilang dia berbuat salah, yang kemudian mengakibatkan dunia menjadi lebih buruk. Kita tak mungkin berpikir naif bahwa kesalahan manusia hanya berhenti di kesalahan itu sendiri. Bahkan di ujungnya, di situlah kita akan menemui azab Tuhan.

Saya juga keliru selama ini memahami azab Tuhan itu datang karena kekafiran manusia. Seolah-olah Al Qur'an mengatakan Tuhan mendatangkan azabNya hanya kepada orang kafir yang tak percaya pada agama yang dibawa para nabi. Di sini saya lagi-lagi salah.

Kalau diperhatikan pada dialog-dialog antara para nabi dengan umatnya, di situlah kita menemukan poin masalah datangnya azab Tuhan. Yaitu karena egoisme, kesombongan, sikap merendahkan, menghina, mengejek, yang sikap-sikap itu ada pada diri setiap manusia. Bukan hanya pada diri non-muslim.

Maka saya lagi-lagi salah kalau mengira Tuhan tidak akan pernah menurunkan azabNya di Indonesia ini, pada bangsa yang bermayoritas Muslim. Walaupun Tuhan peduli pada orang-orang beriman, tapi Tuhan tidak bodoh. Tuhan tidak mungkin memandang seseorang hanya berdasarkan pada keimanannya.

Bagaimana kalau ada orang mengaku beriman tapi sewenang-wenang kepada umat beragama lain? Apa Tuhan juga tetap akan meloloskannya dari hukuman? Apa Tuhan segampang itu mengamankan seseorang lantaran cuma bermodal iman? Tapi ternyata Tuhan menekankan dan selalu menekankan. Dia mengatakan "yang beriman dan mengerjakan kebaikan". 

Ya ternyata kita salah. Kita salah kalau mengira Tuhan mem-backing-i kita cuma karena kita mengaku beriman. Yang lebih parah lagi, ada pula yang berpikir dengan keimanannya itu dia bebas mengapa-apakan seseorang dan dikiranya Tuhan membolehkan dan tidak  akan marah. Heh, memangnya dia siapa???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun