3. Program eksperimen sederhana untuk mengamati fenomena alam yang terjadi di Bumi, mempelajari cuaca dan kerusakan lingkungan, serta bermain peran terkait tema pembelajaran. Kegiatan bercerita dan bermain peran membantu anak-anak memahami konsep perubahan iklim. Guru menggunakan metode bercerita dengan cerita bergambar tentang hujan, sinar matahari, dan banjir. Anak-anak dapat mengidentifikasi tanda-tanda perubahan cuaca dan bermain peran sebagai "penjaga bumi".
4. Efisiensi energi. Kurangi penggunaan listrik yang berlebihan, seperti mematikan lampu di siang hari atau mencabut perangkat elektronik yang tidak terpakai. Pendidikan anak usia dini dapat diajarkan dengan cara-cara sederhana, seperti membiasakan mereka menyalakan lampu hanya bila diperlukan. Kebiasaan hemat energi, mulai dari menghemat air dengan mematikan keran air dan menggunakan air sesuai kebutuhan, serta menghemat listrik. Pembelajaran kontekstual meningkatkan keterlibatan anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat berlatih membuang dan memilah sampah dengan benar dan terlibat dalam kegiatan proyek kreatif, seperti membuat kerajinan dari barang bekas. Anak-anak mempelajari prinsip 3R: kurangi, gunakan kembali, daur ulang. Peran guru dan orang tua sangat penting dalam memberi contoh. Kolaborasi antara sekolah, guru, dan orang tua dapat membantu membentuk kebiasaan sejak dini anak-anak yang mendukung gaya hidup berkelanjutan.
5. Konsumsi secara sadar (responsible consumption). Program Makanan Tambahan/PMT, anak dikenalkan untuk tidak menyia-nyiakan makanan, seperti mengambil makanan secukupnya dan menghabiskan makanan di piring mereka. Hal ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga menanamkan nilai sosial bahwa sumber daya yang terbatas harus dibagi secara adil.
6. Keterhubungan dengan alam (nature connectionless) Anak-anak yang terbiasa berinteraksi langsung dengan lingkungan alam, seperti berkebun atau merawat tanaman, cenderung memiliki ikatan emosional yang lebih kuat dengan bumi dan akan termotivasi untuk melindunginya.
Gaya hidup berkelanjutan pada anak usia dini bukan sekadar kegiatan simbolis, melainkan langkah strategis dalam membangun generasi yang peduli terhadap keberlanjutan planet ini. Penerapannya dapat dimulai dengan kegiatan sederhana yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dengan demikian, pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat menjadi langkah awal dalam memperkenalkan gaya hidup berkelanjutan kepada anak usia dini, melalui pendekatan kontekstual, bermain sambil belajar, dan partisipasi aktif dalam kegiatan berbasis alam. Kesimpulan: Pendidikan lingkungan hidup untuk anak usia dini telah terbukti efektif sebagai langkah awal dalam memperkenalkan gaya hidup berkelanjutan. Anak-anak tidak hanya belajar tentang fenomena sederhana perubahan iklim, tetapi juga menunjukkan perilaku konkret seperti menghemat air, membuang sampah dengan benar, mendaur ulang, dan menjaga kebersihan lingkungan. Melalui strategi bermain sambil belajar kontekstual, pendidikan lingkungan dapat dilakukan secara bermain yang menyenangkan untuk menumbuhkan kesadaran ekologis dan karakter peduli sejak dini dengan mengintegrasikan tema-tema lingkungan ke dalam kurikulum harian melalui pendekatan yang menyenangkan. Oleh karena itu, mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum pendidikan anak usia dini sangat penting untuk mempersiapkan generasi yang berkarakter ekologis dan berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI