Mohon tunggu...
Satrio Arismunandar
Satrio Arismunandar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Krisis Afganistan dari Perspektif Kepentingan Nasional Indonesia

5 September 2021   04:45 Diperbarui: 5 September 2021   05:52 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia punya pengalaman sejarah tentang "perselisihan 7 kata dalam dasar Negara," namun berhasil melahirkan konklusi yang cemerlang dan fenomenal dari para pendiri bangsa. Baik itu dari golongan kebangsaan maupun golongan Islam, dengan beberapa "kompromi luhur."

Terorisme dan Radikalisme Agama

Kebesaran jiwa dan kejujuran, untuk berbakti tanpa pamrih demi kejayaan bangsa dari para pendiri bangsa kita, adalah pelajaran sangat penting. Bangsa lain, semisal Afganistan, bisa belajar dari pengalaman Indonesia. Sudah banyak konflik kawasan Asia yang didamaikan oleh "bantuan diplomatik" Indonesia dan mendapat pengakuan internasional.

Yang menjadi kekhawatiran sebagian orang, Taliban memiliki sejarah pernah "terlibat" dalam aksi terorisme dan radikalisme agama.

Satrio Arismunandar, yang juga Sekjen Persatuan Penulis Indonesia SATUPENA menyatakan, rezim Taliban jangan pernah lagi "memelihara" anasir-anasir yang pro-kekerasan, terorisme, dan penganjur radikalisme agama.

Itu yang harus ditolak, karena bertentangan dengan asas perikemanusiaan dan perikeadilan. Pantang bagi bangsa Indonesia bekerjasama dengan negara manapun, yang mentolerir aksi-aksi terorisme dan radikalisme agama.

Menurut Rikard Bagun, bangsa Indonesia selama masa-masa sebelumnya damai-damai saja dalam kehidupan keagamaan. Rukun secara budaya dan hidup berdampingan secara damai di Indonesia, sampai datang gerakan transnasional yang menganjurkan kekerasan dan radikalisme.

Kemenangan Taliban di Afganistan tentu saja akan berpengaruh terhadap kalangan tertentu di Indonesia, tapi hanya sebagian kecil orang saja. Karena "solidaritas warga dunia yang cinta damai, dan kerjasama saling menguntungkan antarnegara akan menolak, jika Taliban mencoba untuk merusaknya," ujar Rikard.

Aspek Geopolitik

Seorang penanggap, dosen Unusia Amsar Dulmana, melihat aspek geopolitik dari krisis Afganistan. Yakni, sejauh manakah "setting global" negara-negara super power terhadap krisis Afganistan, di mana tiga negara besar --seperti AS, Rusia, dan China-- selama ini telah "campur tangan."

Telah terjadi pergeseran peta kepentingan di antara ketiga negara tersebut. Setting global tersebut perlu juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Publik di Indonesia tahu bahwa beberapa "elite politik" Indonesia memiliki kedekatan dengan Taliban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun