Mohon tunggu...
Satrio Arismunandar
Satrio Arismunandar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gegap Gempita Deklarasi Relawan Justru Merugikan Ganjar

10 Juli 2021   06:34 Diperbarui: 10 Juli 2021   06:42 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar bersama warga Jateng (foto: kagama.co)

Presiden Joko Widodo, meskipun bukan penguasa partai, bisa juga dianggap sebagai "variabel independen." Hal ini karena, dengan dukungan dan pengaruhnya sebagai Presiden RI, Jokowi bisa "meng-endorse" kandidat mana yang akan diajukan parpol untuk menjadi capres di Pilpres 2024.  
Nah, dalam konstelasi menuju Pilpres ini, posisi PDI Perjuangan sangat strategis. Dengan menguasai 128 dari 575 kursi di DPR RI (22,26%), PDIP adalah satu-satunya parpol yang dapat mengusung pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2024, tanpa harus berkoalisi dengan parpol lain. Hal ini sesuai dengan Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Hanya PDIP yang memiliki lebih dari persyaratan 115 kursi parlemen, yang bisa mengajukan pasangan capres-cawapres. Pasal 222 mengatur presidential threshold (pres-t) atau ambang batas perolehan suara yang harus diperoleh oleh partai, untuk dapat mengajukan capres dan cawapres. Angka pres-t itu adalah 20% kursi DPR RI atau 25% suara sah nasional dalam pemilu legislatif sebelumnya (Pemilu 2019).

Krusialnya Dukungan PDIP

Agar Ganjar bisa maju sebagai capres, sangat krusial untuk mendapat restu dan dukungan pimpinan PDIP, partai di mana dia telah sekian lama mengabdi dan menjadi kader. Namun, persoalannya justru di DPP PDIP juga ada kandidat kuat lain, yaitu Puan Maharani. Puan bukan sekadar Ketua Bidang Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan di DPP PDIP, tetapi ia juga adalah anak kandung Megawati dan bagian dari "trah" Soekarno.

Apakah PDIP akan memajukan Ganjar atau Puan pada Pilpres 2024? Ini pertanyaan besar. Masyarakat Indonesia yang mendukung Ganjar mungkin berharap, Ganjar akan menjalani skenario seperti Jokowi pada 2014. Pada Pilpres 2014, Megawati tidak mengajukan dirinya sendiri, tetapi memilih untuk "menunjuk" Jokowi sebagai capres PDIP.

Saat kampanye terbuka di Bali, 22 Maret 2014, Megawati menjelaskan, mengapa ia memberikan mandat capres kepada Jokowi. Seperti dikutip Bisnis.com, Megawati beralasan, "Karena Jokowi tidak hanya populer, tapi dia bekerja, tulus, memiliki komitmen, dan kepribadiannya sederhana."

Megawati menjelaskan, ia sudah mengamati Jokowi dan gaya kepemimpinannya sejak masih menjadi Wali kota Solo dan kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta. Menurut Megawati, Jokowi adalah tipikal pekerja keras, yang bekerja dengan tulus untuk membangun masyarakat dan daerahnya.

Jokowi, kata Megawati, juga berkepribadian sederhana dan perilakunya apa adanya. "Dengan kondisinya, Jokowi menjadi populer di berbagai daerah di Indonesia. Kalau kemudian Jokowi populer, bukan karena pencitraan untuk mencari popularitas, tapi memang sudah karakter dan kepribadiannya seperti itu," kata Megawati.

Tetapi Ganjar bukan Jokowi. Dan "skenario seperti Jokowi" tidak bisa diberlakukan pada Ganjar. Dalam Pilpres 2014, di dalam PDIP cuma ada satu faktor penentu: Megawati. Dan kemudian Megawati akhirnya menunjukkan naluri politiknya yang tajam dan kematangan politiknya, dengan bersedia "mengalahkan egonya" untuk maju sebagai capres.

Megawati berketetapan hati menunjuk Jokowi sebagai capres yang diajukan PDIP. Urusannya di sini lebih mudah, karena sosok Megawati "sudah selesai dengan dirinya sendiri."

Komplikasi yang Dihadapi Ganjar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun