Tetapi untuk kasus Pilpres 2024, kondisi yang dihadapi Ganjar berbeda dengan Jokowi. Kali ini Megawati harus mempertimbangkan posisi Puan, yang juga berhasrat maju sebagai capres. Memilih antara Ganjar dan Puan adalah lebih rumit.
Sebagai kader PDIP, yang juga putri kandung Ketua Umum PDIP, dan menjadi bagian dari trah Soekarno, Puan memiliki posisi yang sejak awal sudah diuntungkan. Jadi, warga masyarakat pendukung Ganjar --jika ingin agar tiket capres dari PDIP diberikan pada Ganjar-- harus memperhitungkan dua faktor: Megawati dan Puan.
Kita bisa berandai-andai. Anggaplah bahwa popularitas dan tingkat elektabilitas Ganjar sebagai bakal capres sudah begitu tinggi, sehingga peluang menang di Pilpres 2024 lumayan besar. Megawati, seperti sudah terbukti pada Pilpres 2014, bisa diharapkan untuk legowo menyerahkan tiket capres ke Ganjar. Tetapi apakah Puan juga sudah memiliki kematangan politik seperti Megawati?
Bagaimana konflik ini akan diselesaikan oleh Megawati? Megawati pasti akan berpikir secara mendalam. Ia akan mempertimbangkan secara cermat berbagai kepentingan strategis yang lebih luas. Memilih Presiden RI pada dasarnya bukanlah sekadar urusan PDIP, apalagi urusan personal Megawati, tetapi secara hakikat dan skalanya adalah urusan bangsa.
Sebagai negarawan, Megawati sangat menyadari hal ini. Megawati juga tidak akan mau didesak atau diburu-buru untuk memutuskan. Pilpres baru akan berlangsung pada Februari-Maret 2024, atau 2,5 tahun lagi. Sebagaimana "tradisi" PDIP, Megawati mungkin akan memutuskan di saat-saat terakhir pada 2023.
Mungkin ada yang bertanya, apakah tidak mungkin Ganjar didukung oleh partai lain? Dalam politik, tentu kemungkinan itu selalu ada. Namun, mencari dukungan ke partai lain tampaknya  bukan tipe ganjar yang loyal dan kukuh di PDIP selama ini.
Selain itu, mengharapkan dukungan partai lain juga riskan, karena harus menggalang lebih dari satu partai untuk bisa mencapai presidential threshold. Itu tidak mudah. Belum lagi memperhitungkan para penguasa partai sebagai "variable independen," yang mungkin lebih suka mengajukan dirinya sendiri sebagai capres.
Tiket PDIP Tetap yang Terbaik
Bagaimanapun, bagi Ganjar, dukungan dan tiket dari PDIP tetap yang terbaik dan teraman. Jika didukung oleh PDIP, Ganjar akan mendapat basis dukungan yang solid dari warga PDIP, dan jumlahnya itu sudah cukup besar. Tinggal mencari tambahan suara dari yang lain.
Dalam situasi seperti ini, yang terbaik bagi para relawan pendukung Ganjar adalah terus mempromosikan Ganjar, tetapi tidak perlu dengan cara grasa-grusu, gegap gempita, atau heboh. Karena hal ini akan kontraproduktif, dan justru bisa berdampak negatif pada peluang Ganjar sendiri. Di sisi lain, pendukung Ganjar juga tidak boleh pasif, karena secara faktual posisi Ganjar belum aman. Sama sekali belum aman.
Namun dibandingkan Anies Baswedan, posisi Ganjar masih lebih baik. Jabatan Anies sebagai Gubernur DKI akan berakhir pada pertengahan Oktober 2022. Jadi, dari saat itu sampai Pilpres 2024, Anies akan "kehilangan panggung" selama sekitar 1 tahun 5 bulan. Cukup lama dan hal itu merugikan Anies dari segi pemberitaan media.