Mohon tunggu...
Satrio YogaPratama
Satrio YogaPratama Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Mercubuana

42321010086 - Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Eudaimonia Arti Kebahagiaan

25 September 2022   16:40 Diperbarui: 25 September 2022   16:44 3291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://plus.kapanlagi.com/

Pemikiran etika eudaemonisme bagi Aristoteles sejatinya membawakan manusia kepada kebahagiaan yang hakiki. Meliputi seluruh aspek kehidupan yang membawa hal- hal baik yang terasa bermakna, positif, serta bermutu. Dengan menjalankan peranannya secara sempurna, yaitu dengan memberikan alasan, pertimbangan( reasoning), serta berpikir( thinking), manusia dapat memproduksi hal- hal baik dan benar. Setelah itu ini direalisasikan melalui potensi- potensi yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri, demi melancarkan proses manusia menggapai suatu kebahagiaan yang hakiki.

Makna kebahagiaan ARISTOTELES 

 tehttps://mediaindonesia.com/
 tehttps://mediaindonesia.com/

Apa sebenarnya hakikat kebahagiaan ini? Kita akan meninjau masalah kebahagiaan ini sebagaimana yang diformulasikan oleh Aristoteles, seseorang filsuf yang lahir pada tahun 384 SM di kota Stageria di wilayah Tharakia Yunani Utara dan wafat pada tahun 322 SM.

Ia merupakan seseorang filsuf sekaligus ilmuwan Yunani yang menjadi salah satu tokoh intelektual terbanyak dalam sejarah filsafat Barat. Ia terbilang memahami sebagian besar ilmu pengetahuan serta seni, termasuk biologi, botani, kimia, etika, sejarah, logika, metafisika, retorika, filsafat pikiran, filsafat sains, fisika, puisi, teori politik, psikologi serta zoologi. Tidak heran bila Arsitoteles masuk ke dalam peringkat ke- 14 dalam buku The 100 A Rangking of The Most Influential Persons in History, karya Michael H. Hart.

Kehidupan manusia diwarnai serta dihiasi oleh beragam harapan serta tujuan. Salah satu dari harapan ataupun tujuan tersebut ialah kebahagiaan. Kebahagiaan seolah- olah menjadi semacam harapan ataupun tujuan yang didambakan dalam kehidupan manusia pada biasanya. Perihal ini terlihat dengan adanya realita yang menunjukkkan bahwa manusia berupaya untuk mengupayakan tercapainya kebahagiaan dalam menempuh hidup.


Aristoteles berpendapat dalam ajaran etikanya, kebahagiaan merupakan tujuan hidup, dan bahwa usaha mencapai kebahagiaan, apabila dipahami dengan tepat, akan menciptakan sikap yang bajik. Dalam segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan. Ia mencari sesuatu yang baik menurutnya namun terdapat banyak ragam aktivitas manusia yang terencana pada macam- macam tujuan tersebut. Serta menurut aristoteles tujuan yang paling tinggi yakni kebahagiaan( eudaimonia).

Apabila kita berasumsi kalau kebahagian ialah tujuan yang paling tinggi dalam hidup manusia. Maka perkataan ini butuh di klarifikasi kembali, sebab perihal ini terkait dengan bermacam pendapat manusia tentang kebahagiaan itu sendiri. Ada yang berkata kalau kekayaan itu kebahagiaan, ada yang berkata kesehatan itu kebahagiaan, bahkan suatu kebahagiaan ialah pada saat kita di hormati oleh sesama. bagi aristoteles terdapat 2 macam keutamaan: keutamaaan intelektual serta keutamaan moral.

Dalam buku terakhir dari ethica nicomachea aristoteles kembali lagi pada faktor terpenting dalam kebahagian manusia, ialah memandang kebenaran. Perihal ini rupanya tidak jauh berbeda dengan asumsi gurunya plato, hanya saja dalam mencapai kebenaran ini plato meyakini akan unsur ide- ide, sementara itu aristoteles menolaknya. Tetapi tetap menurutnya, tujuan terutama dalam hidup manusia merupakan kebenaran.

Dasar pemikiran etika Aristoteles bisa dikatakan berawal dari konsepnya tentang tujuan. Dari konsep inilah ia mulai mengadakan eksplorasi pemikirannya tentang etika. Aristoteles dalam membahas tentang tujuan, membedakannya jadi 2 perspektif; pertama, ada yang dicari demi tujuan yang lebih jauh, serta kedua, ada yang dicari demi dirinya sendiri. Uang misalnya bukan dicari demi dirinya sendiri melainkan karena uang ialah fasilitas guna mencapai tujuan yang lebih jauh, misalnya untuk membiayai pendidikan. Tetapi apakah pendidikan merupakan tujuan pada dirinya sendiri? Untuk apa kita mencari pendidikan? Untuk mendapat pekerjaan yang memuaskan? Untuk apa pekerjaan yang memuaskan? Begitu seterusnya. Tampak jelas kalau tujuan itu semua hanya sementara, sebagai sarana, bukan sebagai tujuan pada dirinya sendiri.

Setiap manusia mempunyai tujuan hidup. Bagi Aristoteles, tujuan hidup manusia merupakan kebahagiaan( eudaimonia). Orang yang sudah bahagia tidak memerlukan apa- apa lagi pada satu sisi, serta pada sisi lain tidak masuk akal jika ia masih mau mencari sesuatu yang lain. Hidup manusia akan semakin bermutu manakala semakin dapat meraih apa yang menjadi tujuan hidupnya. Dengan menggapai tujuan hidup, manusia akan mencapai dirinya secara penuh, sehingga mencapai kualitas yang terbuka untuk dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun