Mohon tunggu...
Satrio YogaPratama
Satrio YogaPratama Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Mercubuana

42321010086 - Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Eudaimonia Arti Kebahagiaan

25 September 2022   16:40 Diperbarui: 25 September 2022   16:44 3291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama : Satrio Yoga Pratama

NIM : 42321010086

Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Universitas Mercubuana

Apa itu kebahagian? Pasti banyak jawaban yang dapat dikatakan, ataupun didiskusikan. Terdapat banyak world view dalam memahami apa itu kebahagian. Memerlukan waktu yang panjang untuk menjelaskan perihal ini. Pada artikel ini saya mengambil sebuah sebutan theoria Mendefinisikan Kebahagian.

Eudaimonia Ethics. Istilah" Eudaimonia merupakan konsep pemikiran Aristotle sebagai Jalur Menuju Kebahagian. Aristotle menyatakan kalau ingin bahagia maka Bahagia_Kembangan segala kemampuan dirimu, agar hidupmu menjadi bermutu; maka terdapat 3 jenis bahagia ialah Harta, Nikmat, serta Prestasi Nama Baik. Harta tidak bisa menjadi jaminan bahagia, misalnya pada kasus Golden Touch- King Midas; emas serta kekayaan tidak dapat membuat manusia Bahagia.

Arti kata Nikmat, untuk hewan, Nikmat sampai prestasi diperoleh Aristotle menerangkan Kebahagian merupakan membangun Nama Baik melalui upaya pengembangan Bakat guna menciptakan Prestasi, ataupun untuk mencapai bahagia harus dibentuk dengan kualitas(cari kualitas). Caranya ialah Libatkan dengan sesama Keluarga, Kampung, serta Polisi/ Negara. Prestasi yang dibentuk dengan Tidak berfokus pada Harapan. Prestasi serta nama baik itu diperoleh dengan Meningkatkan diri buka logos/ roh/ akal budi, serta jadikan dirimu sebagai makluk sosial/ libatkan dengan sesama. Perihal ini bisa saya sebutkan sebagai Phronesis(wisdom ethics) proses internalisasi batin menjadi Habitus setelah itu dilakukan dalam Arena Sosial publik;

Jawaban kedua Apa itu Kebahagian diberikan kaum Stoicism masa Hellenistic period[tokoh merupakan Seneca, Epictetus ,dan Marcus Aurelius( 121--180). Kaum Stoiicism membagi 2 perihal untuk mendefenisikan apa itu kebagian merupakan Apa yang tidak bergantung pada dirinya: fortuna kematian, kekayaan/ meskin, pendertiaan, sakit, serta ke Apa yang bergantung dirimu: virtue. Pemahaman, emosi, logika, bersikap memperkirakan dengan tepat antara Sensasi Vs Emosi. sehingga bagi kaum Stoicism manusia biasa bahagia jikalau dapat melakukan Latihan[Askesis]: memisahkan 2 perihal antara Fortuna, serta Virtue. Sensasi Alamiah yang mengenakan kita dan Emosi Terjalin setelahnya, dibutuhkan keahlian Conversio ataupun pengalihan.

Jawaban ketiga Apa itu Kebahagian diberikan kaum Epicurian menyatakan Jauhilah rasa sakit, resah serta nikmati kebahagian sekecil apapun(" bangun kebagian kecilmu"). Manusia pasti bahagia, karna tidak ada manusia tidak pernah bahagia, demikian kebalikannya tidak terdapat manusia dapat bahagia 100% selama perjalanan hidupnya.

Teori Eudaimonia

Image https://afeelingofsymmetry.com/
Image https://afeelingofsymmetry.com/

Eudaimonisme merupakan pemikiran hidup yang menganggap kebahagiaan sebagai tujuan seluruh sepak terjang manusia. Dalam eudaimonisme, pencarian kebahagiaan menjadi prinsip yang sangat dasar. Kebahagiaan yang diartikan bukan hanya terbatas kepada perasaan subjektif seperti bahagia ataupun gembira sebagai aspek emosional, melainkan lebih mendalam dan objektif menyangkut pengembangan selurah aspek kemanusiaan suatu individu( aspek moral, sosial, emosional, rohani).

Secara etimologi kebahagiaan berarti kondisi bahagia, tentram; terlepas dari seluruh yang menyusahkan. sehingga, kebahagiaan merupakan suatu kondisi yang berlangsung, bukanlah suatu perasaan ataupun emosi yang berlalu. Kebahagiaan berasal dari kata Sanskerta, ialah bhagya yang berarti jatah yang menyenangkan. Bahagia juga diartikan dengan keberuntungan. Dengan demikian, kebahagiaan berarti suatu keadaan sejahtera, yang ditandai dengan kondisi yang relative tetap, dibarengi kondisi emosi yang secara umum gembira, mulai dari hanya rasa suka hingga dengan kegembiaraan menjalani kehidupan, serta adanya kemauan alamiah untuk melanjutkan kondisi ini. Dalam perspektif ini bahagia pada dasarnya merupakan berkaitan dengan keadaan kejiwaan manusia.

Dalam bahasa Yunani, kebahagiaan dikenal dengan sebutan eudaimonia yang berarti kebahagiaan. Kata ini terdiri dari 2 suku kata:" eu"(" baik"," bagus") serta" daimon"(" roh, dewa, kekuatan batin"). Secara harafiah eudaimonia berarti" mempunyai roh penjaga yang baik". Untuk bangsa Yunani, eudaimonia berarti kesempurnaan, ataupun lebih pas lagi, eudaimonia berarti" memiliki daimon yang baik" serta yang dimaksudkan dengan daimon merupakan jiwa.

Berpijak dari sana, kebahagiaan ialah salah satu kemauan yang terdapat dalam diri manusia serta sudah menjadi fitrahnya. Jadi normal bila tiap manusia berupaya untuk mendapatkan serta merasakan kebahagiaan itu dalam hidupnya. Akan tetapi, yang jadi persoalan yaitu, bagaimana dan apakah kebahagiaan itu yang sesungguhnya? Dan bagaimana pula metode untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki dalam hidup dan kehidupan ini?.

Berdialog tentang kebahagiaan, tidak luput kaitannya dengan perkara etika. Etika Nikomachea ialah salah satu karya Aristoteles yang ditulisnya kala ia terletak di Lykeon. Di dalam karya tersebut, Arsitoteles memusatkan perhatian pada pentingnya membiasakan berperilaku baik serta meningkatkan sifat yang bijak pula.

Etika Nikomakea( bahasa Inggris: Nicomachean Ethics), alias Ta Ethika, merupakan karya Aristoteles tentang kebajikan serta kepribadian moral yang memainkan peranan penting dalam mendefinisikan etika Aristoteles. Kesepuluh buku yang menjadi etika ini didasarkan pada catatan- catatan dari kuliah- kuliahnya di Lyceum dan disunting atau dipersembahkan kepada anak lelaki Aristoteles, Nikomakus. Etika Nikomakea memusatkan perhatian pada pentingnya menyesuikan berperilaku bajik serta meningkatkan sifat yang bajik pula. Aristoteles menekankan pentingnya konteks dalam sikap etis, serta keahlian dari orang yang bajik guna mengidentifikasi langkah terbaik yang perlu diambil. Aristoteles berkomentar bahwa eudaimonia merupakan tujuan hidup, dan bahwa usaha menggapai eudaimonia, apabila dimengerti dengan tepat, akan menciptakan sikap yang bijak.

Pasti perihal tersebut menjadi dasar pemikirannya yang berawal dari konsep tentang" tujuan"( telos). Serta dari konsep seperti itu ia mengeksplorasi secara mendalam terhadap etika, dengan mengindentifikasikan dan menguraikan secara kritis, reflektif, serta argumentatif. Oleh karena itu, etikanya diucap eudaemonisme.

Setelah itu ia menjadikan eudaemonisme sebagai puncak tujuan sebagaimana ada dalam karyanya The Nichomachean Ethics. Dalam karya itu, tidak diragukan lagi begitu matangnya pemikiran Arsitoteles mengenai etika. Walaupun begitu, etika bagi Aristoteles kerap kali dikatakan" etika egois". Dalam artian kalau yang menentukan merupakan akibat dari perbuatannya sang pelaku. Oleh karenanya, bagi Aristoteles hendaknya aksi tiap orang mengarah kepada kebahagiaan.

Aristoteles berkomentar kalau kebahagiaan yakni tujuan hidup, dan usaha dapat meraih kebahagiaan---jika dimengerti secara tepat---akan menciptakan sikap yang baik. Dalam seluruh perbuatannya, manusia mengejar suatu tujuan. Ia mencari sesuatu yang baik menurutnya namun terdapat bannyak berbagai kegiatan manusia yang mengacu pada macam- macam tujuan tersebut. Dan bagi Aristoteles, tujuan yang paling tinggi yakni kebahagiaan ataupun eudaimonia.

Bersumber pada riset dalam novel" Menjadi Manusia Belajar Dari Aristoteles'' karya Franz Magnis- suseno, dipaparkan kalau tiap manusia mempunyai tujuan hidup, serta tujuan sejati manusia merupakan menjadi bahagia serta bermakna. Untuk menggapai kebahagiaan, hendaknya manusia itu memfokuskan diri pada nilai- nilai keutamaan dalam hidup, sehingga dengan begitu kebahagiaan akan tiba dengan sendirinya.

Pemikiran etika eudaemonisme bagi Aristoteles sejatinya membawakan manusia kepada kebahagiaan yang hakiki. Meliputi seluruh aspek kehidupan yang membawa hal- hal baik yang terasa bermakna, positif, serta bermutu. Dengan menjalankan peranannya secara sempurna, yaitu dengan memberikan alasan, pertimbangan( reasoning), serta berpikir( thinking), manusia dapat memproduksi hal- hal baik dan benar. Setelah itu ini direalisasikan melalui potensi- potensi yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri, demi melancarkan proses manusia menggapai suatu kebahagiaan yang hakiki.

Makna kebahagiaan ARISTOTELES 

 tehttps://mediaindonesia.com/
 tehttps://mediaindonesia.com/

Apa sebenarnya hakikat kebahagiaan ini? Kita akan meninjau masalah kebahagiaan ini sebagaimana yang diformulasikan oleh Aristoteles, seseorang filsuf yang lahir pada tahun 384 SM di kota Stageria di wilayah Tharakia Yunani Utara dan wafat pada tahun 322 SM.

Ia merupakan seseorang filsuf sekaligus ilmuwan Yunani yang menjadi salah satu tokoh intelektual terbanyak dalam sejarah filsafat Barat. Ia terbilang memahami sebagian besar ilmu pengetahuan serta seni, termasuk biologi, botani, kimia, etika, sejarah, logika, metafisika, retorika, filsafat pikiran, filsafat sains, fisika, puisi, teori politik, psikologi serta zoologi. Tidak heran bila Arsitoteles masuk ke dalam peringkat ke- 14 dalam buku The 100 A Rangking of The Most Influential Persons in History, karya Michael H. Hart.

Kehidupan manusia diwarnai serta dihiasi oleh beragam harapan serta tujuan. Salah satu dari harapan ataupun tujuan tersebut ialah kebahagiaan. Kebahagiaan seolah- olah menjadi semacam harapan ataupun tujuan yang didambakan dalam kehidupan manusia pada biasanya. Perihal ini terlihat dengan adanya realita yang menunjukkkan bahwa manusia berupaya untuk mengupayakan tercapainya kebahagiaan dalam menempuh hidup.

Aristoteles berpendapat dalam ajaran etikanya, kebahagiaan merupakan tujuan hidup, dan bahwa usaha mencapai kebahagiaan, apabila dipahami dengan tepat, akan menciptakan sikap yang bajik. Dalam segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan. Ia mencari sesuatu yang baik menurutnya namun terdapat banyak ragam aktivitas manusia yang terencana pada macam- macam tujuan tersebut. Serta menurut aristoteles tujuan yang paling tinggi yakni kebahagiaan( eudaimonia).

Apabila kita berasumsi kalau kebahagian ialah tujuan yang paling tinggi dalam hidup manusia. Maka perkataan ini butuh di klarifikasi kembali, sebab perihal ini terkait dengan bermacam pendapat manusia tentang kebahagiaan itu sendiri. Ada yang berkata kalau kekayaan itu kebahagiaan, ada yang berkata kesehatan itu kebahagiaan, bahkan suatu kebahagiaan ialah pada saat kita di hormati oleh sesama. bagi aristoteles terdapat 2 macam keutamaan: keutamaaan intelektual serta keutamaan moral.

Dalam buku terakhir dari ethica nicomachea aristoteles kembali lagi pada faktor terpenting dalam kebahagian manusia, ialah memandang kebenaran. Perihal ini rupanya tidak jauh berbeda dengan asumsi gurunya plato, hanya saja dalam mencapai kebenaran ini plato meyakini akan unsur ide- ide, sementara itu aristoteles menolaknya. Tetapi tetap menurutnya, tujuan terutama dalam hidup manusia merupakan kebenaran.

Dasar pemikiran etika Aristoteles bisa dikatakan berawal dari konsepnya tentang tujuan. Dari konsep inilah ia mulai mengadakan eksplorasi pemikirannya tentang etika. Aristoteles dalam membahas tentang tujuan, membedakannya jadi 2 perspektif; pertama, ada yang dicari demi tujuan yang lebih jauh, serta kedua, ada yang dicari demi dirinya sendiri. Uang misalnya bukan dicari demi dirinya sendiri melainkan karena uang ialah fasilitas guna mencapai tujuan yang lebih jauh, misalnya untuk membiayai pendidikan. Tetapi apakah pendidikan merupakan tujuan pada dirinya sendiri? Untuk apa kita mencari pendidikan? Untuk mendapat pekerjaan yang memuaskan? Untuk apa pekerjaan yang memuaskan? Begitu seterusnya. Tampak jelas kalau tujuan itu semua hanya sementara, sebagai sarana, bukan sebagai tujuan pada dirinya sendiri.

Setiap manusia mempunyai tujuan hidup. Bagi Aristoteles, tujuan hidup manusia merupakan kebahagiaan( eudaimonia). Orang yang sudah bahagia tidak memerlukan apa- apa lagi pada satu sisi, serta pada sisi lain tidak masuk akal jika ia masih mau mencari sesuatu yang lain. Hidup manusia akan semakin bermutu manakala semakin dapat meraih apa yang menjadi tujuan hidupnya. Dengan menggapai tujuan hidup, manusia akan mencapai dirinya secara penuh, sehingga mencapai kualitas yang terbuka untuk dirinya.

Apapun yang dilakukan oleh manusia, demikian menurut Aristoteles, mesti merupakan sesuatu yang baik, demi suatu nilai. Dalam menggapai tujuan hidup, yang terpenting merupakan nilai, yaitu nilai demi dirinya sendiri. Apabila kebahagiaan ialah tujuan akhir hidup manusia, itu berarti bahwa kebahagiaan merupakan sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri, bukan demi suatu nilai lebih besar lainnya. Kebahagiaan merupakan yang baik pada dirinya sendiri. Dari apa yang diuraikan Aristoteles dalam etikanya, timbul suatu persoalan bagaimana Aristoteles memaknai kebahagiaan? Dalam perihal ini penulis terdorong untuk mengangkatnya menjadi karya ilmiah dengan judul" Makna Kebahagiaan Menurut Aristoteles"

Apa tujuan tertinggi? Tidak ada kesepakatan kecuali pada sebuah kata. Semua orang baik orang biasa dan orang sempurna, berbicara tentang kebahagiaan( eudaimonia), serta membawanya bahwa hidup dengan baik dan melakukan dengan baik merupakan sama sebagai bahagia.

Tetapi di sini kesepakatan berakhir guna berpikir itu sesuatu yang sederhana serta jelas, seperti kesenangan, kekayaan, ataupun kehormatan; mereka berbeda, tetapi, satu sama lain- dan bahkan sering orang yang sama mengidentifikasi dengan hal- hal yang berbeda, dengan kesehatan ketika ia sakit, dengan kekayaan ketika ia miskin; akan tetapi, sadar kebodohan mereka, mereka mengagumi mereka yang memberitakan sebagian hal besar yang berada di atas pemahaman mereka.

Tetapi, apabila kita tampil untuk bagaimana orang menjalani kehidupan mereka daripada apa yang mereka katakan. Nyatanya orang orang biasa dan agresif mengidentifikasi kebahagiaan dengan kesenangan dan akan puas dengan hidup kepuasan. Namun 2 tipe lain dari kehidupan, serta kehidupan kesenangan, yang diperdebatkan mungkin ideal oleh orang- orang yang berdiskusi tentang hal- hal ini. Salah satunya merupakan politik, yang lain teori. Saat ini hidup bahagia, sebagai rakyat biasa memahaminya, yakni hanya cocok untuk hewan ternak. Untuk memilih itu menunjukkan mentalitas budak, walaupun opsi menemukan kemiripan kehormatan dari kebenaran bahwa orang- orang dengan kekuatan serta kenyamanan, dalam posisi( kebalikan dari budak) untuk hidup seperti yang mereka mau, menyerahkan diri ke kesenangan termanja. Orang bermutu nyatanya hidup untuk kehormatan. Tetapi kehormatan, Aristoteles menyatakan, tidak bisa benar- benar menjadi kebahagiaan, sebab ialah fenomena permukaan: itu merupakan bagaimana agen tercermin oleh orang lain, sedangkan kebahagiaan, baik tertinggi, wajib menjadi sesuatu yang menjadi milik kita dalam diri kita sendiri. Mereka yang mengejar kehormatan melakukannya benar- benar karena mereka ingin kepastian kalau mereka baik, sebab mereka menginginkan rasa hormat dari orang- orang yang membawa pertimbangan beban, serta yang menghormati mereka untuk kebajikan ataupun kesempurnaan individu, tidak apa- apa lagi. Perihal ini menampilkan kalau kesempurnaan lebih baik dari kehormatan.

Mulai saat ini Aristoteles akan memakai sebutan kebahagiaan( eudaimonia) bergantian dengan ungkapan seperti terbaik dan paling tertinggi; dan Selaku patokan ia akan mengartikan keduanya kebaikan dasar serta pusat kehidupan terbaik. Apa yang diperoleh dengan kesetaraan ini kebahagiaan dan yang terbaik? Bukan jawaban yang substansial untuk persoalan, Apa kebaikan tertinggi? dalam makna dimana kesenangan serta kehormatan barangkali dimaksudkan untuk menjawabnya. Jika kebaikan ini merupakan eudaimonia ataupun kebahagiaan tidak memberikan informasi yang akan membawa kita untuk berperan dalam satu metode daripada yang lain.( Jadi kebahagiaan di sini tidak berarti apa artinya dalam bahasa Inggris biasa ketika orang berkata, misalnya, bahwa seseorang harus menghargai tugas ataupun aksi yang benar atas kebahagiaan. Bahwa ini masuk akal sangat baik menunjukkan bahwa kebahagiaan bukan terjemahan untuk eudaimonia, suatu istilah yang, digunakan Aristoteles setidaknya, nyaris identik dengan apa yang semestinya nilai tertinggi.

Dalam Etika Eudemian dia membuat poin menjadi kurang ketat logistik daripada 'demi formula interpretasi (dalam hal tujuan positif daripada kendala). Dia berbicara tentang adanya kebahagiaan (atau apa yang orang anggap sebagai kebahagiaan) sebagaimana adanya. dalam kehidupan di mana seseorang lebih bahagia dilahirkan daripada tidak. Ini berarti, saya pikir, itu juga yang tidak diinginkan seseorang untuk dilahirkan. Sekarang seseorang dapat mengejar banyak hal untuk diri mereka sendiri, tetapi mungkin satu hal dalam hidupnya tanpa mengejar yang lain akan kehilangan semua minat Ini belum tentu karena perubahan dapat ditelusuri ke beberapa hubungan tertentu di mana hal-hal lain berdiri dengan baik di pusat, tetapi hanya sia-sia adalah bernilai tanpa setidaknya kemungkinan ini sikap praktis untuk kebutuhan yang baik terdiri dari tidak lebih dari melakukan apa pun yang akan menyakitinya. Kehidupan Orpheus tidak ada artinya tanpa Eurydice, tetapi itu tidak berarti bahwa semua yang dia lakukan saat dia di bumi tidak ada artinya. ada artinya. e demi dia dalam arti sempit. Penting bagi Aristoteles kebahagiaan adalah tujuan bagi kita, dalam arti praktis, karena blok ini mungkin, ilahi dalam beberapa cara, di luar kemampuan kita untuk mencapai. karunia ilahi, atau dengan pertanyaan lain, bahwa ada alasan mengapa sesuatu dapat dikatakan jika itu tidak dikirim dari Tuhan.

Tetapi ketika dia berargumen bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir, dia juga membahas pengertian tertinggi lainnya, akhir dari kejahatan. Ini adalah indera yang bertanggung jawab atas kebahagiaan manusia dan kedekatan logis dengan Tuhan. Makna ini ada di balik pemikiran berikut. Aristoteles mengatakan bahwa "kebahagiaan" di sini berarti bahwa orang hidup dalam keluarga, bukan bahwa mereka menjalani kehidupan individu yang tidak wajar. Kukira. Teman dan sesama warga karena kita pada dasarnya adalah sosial. Faktanya, fakta bahwa saya tidak menginginkan apa pun selain hidup adalah hal terpenting bagi saya, daripada kebahagiaan yang sangat saya puaskan. Itu tergantung pada apakah itu benar untuk merasa puas. Ya, bagi Aristoteles yang penting adalah orang seperti apa yang sangat bahagia. Memperhatikan setiap hubungan membantu saya untuk menghargai sesuatu yang baik lagi, tetapi saya masih merasa tidak lengkap meskipun saya tidak bisa membayangkan lagi. Dari sudut pandang agen, komoditas yang paling berharga tidak berkontribusi pada kebahagiannya.

Bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan yang hakiki?

https://plus.kapanlagi.com/
https://plus.kapanlagi.com/

Ada beberapa caara yang bisa kita dapatkan untuk menjadi pribadi yang Bahagia, antara lain :

  • Bersyukur untuk apa yang telah dimiliki

Belajar lah bersyukur untuk perihal apapun yang berhasil Anda miliki sampai saat ini, sekecil apapun itu. Percayalah, metode ini akan menciptakan pergantian besar pada hidup Anda.

  • Jangan stres hanya karena permasalahan uang

Tidak ada gunanya meributkan sesuatu yang tidak dapat dikendalikan. Suka ataupun tidak, topik uang akan jadi permasalahan Anda, seiring bertambah dewasa. Di sini Anda dianjurkan untuk lebih berwaspada mengatur keuangan anda.3. Lakukan hal yang membuat Anda Bahagia.

  • lakukanlah hal yang membuat anda Bahagia.

Entah itu pergi bersama teman-teman, belanja, nonton film, bermain game, atau hanya sekedar makan malam yang membuat Anda bahagia.

  • Ingatlah, kalau perihal ini hanya sementara

Sifat sebuah perasaan adalah hanya sementara. Anda tidak akan merasa bahagia selamanya, begitu pula dengan kesedihan. Gunakan waktu ini untuk terus menempa diri sendiri jadi lebih baik.

  • Kelilingi diri Anda dengan orang- orang yang suka berpikir

Jangan mau dibodohi, Anda tidak sendirian. Semua orang terus mencari jati diri mereka. Bicaralah dengan orang- orang yang bisa memberikan saran terbaik untuk Anda.

  • Mengakui kebahagiaan dalam metode lain

Anda harus mengubah pemikiran Anda tentang kebahagiaan terlebih dahulu. Belajarlah untuk menghargai hal- hal kecil. Tingkatkan kekayaan Anda akan perasaan cinta, perihal positif, serta pengetahuan yang baik, sehingga ini akan mengubah sebagian besar dari hidup Anda.

Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun