Kalau bicara soal makanan Batak, rasanya nggak akan lengkap tanpa bumbu yang satu ini yaitu Andaliman. Di kampung saya, Parsoburan, andaliman bukan sekedar bumbu dapur tetapi juga sudah jadi bagian dari identitas budaya dan kehidupan sehari-hari. Rasanya unik, pedas menggigit tapi ada sensasi sejuk dari lidah, bikin siapapun yang mencoba pasti langsung ingat Tanah Batak.
Saya sendiri tumbuh besar di Parsoburan. Hampir setiap dapur di kampung pasti punya andaliman.Â
Biasanya di gantung atau di simpan di dalam toples, selalu siap di pakai buat masakan. Baik itu arsik ikan mas, saksang babi, daun ubi tumbuk, atau sambal, rasanya nggak akan lengkap tanpa si lada Batak ini.
Sekarang ini, di Parsoburan andaliman sedang naik daun. Bukan cuma dipakai untuk masak arsik atau saksang di rumah-rumah orang batak, tapi juga sudah mulai jadi komoditas ekonomi.
Banyak warga di kampung saya mulai serius menanam andaliman dan menjualnya ke luar daerah, bahkan sampai ke luar negri. Ini tentu kabar baik, apalagi buat masyarakat kampung yang selama ini mengandalkan pertanian dan ladang.
Kalau kita turun langsung ke  ladang andaliman yang berada di berbagai daerah Parsoburan, kita bisa bisa melihat tanaman ini tumbuh subur di pegunungan.
Memang merawat andaliman tidaklah semudah yang kita bayangkan. Tanaman ini berduri, dan panen nya juga butuh ketelitian karena buahnya kecil-kecil.
Andaliman dari parsoburan punya aroma yang kuat dan rsa yang lebih khas dibanding daerah lain. Bahkan banyak orang bilang, Kalau bukan dari Parsoburan rasanya beda.
Yang lebih membanggakan lagi, generasi muda Parsoburan sekarang mulai melirik andaliman bukan cuma sebagai bumbu, tapi juga sebagai peluang usaha.
Ada yang mengolahnya jadi bubuk kemasan, sambal andaliman, sampai produk olahan lain yang dijual online. Ini menunjukkan bahwa andaliman bukan cuma punya nilai budaya, tapi juga punya nilai ekonomi yang tinggi kalau dikelola dengan baik.
