Mohon tunggu...
Satria Jaya
Satria Jaya Mohon Tunggu... Pendidik, Pewarta, Penulis dan Social Media Enthusiat

Seseorang yang senantiasa belajar untuk jadi manusia. Terus bermanfaat dan menebar kebaikan #Katanya_Penulis #Nyatanya_Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fiersa Besari: Dari April, Celengan Rindu Hingga Waktu Yang Salah (Sebuah Perasaan di antara Kenangan)

13 Juni 2025   12:54 Diperbarui: 13 Juni 2025   12:54 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humanisme dalam lagunya terasa pada keberanian untuk menjadi rapuh. Bahwa menjadi manusia bukan soal menjadi sempurna, tapi soal terus berani merasakan. Ia memberi tempat bagi mereka yang hatinya tak muat lagi menyimpan rindu, marah, kecewa, atau cinta yang tidak sampai. Dan tempat itu tidak mewah, hanya sebuah ruang sunyi, yang cukup hangat untuk membuat kita betah duduk sejenak.

Lagu-lagu Fiersa adalah rumah kecil di tengah kota yang bising. Tidak luas, tidak megah, tapi cukup untuk menampung perasaan yang sering diabaikan oleh dunia. Suara sunyinya adalah pengingat bahwa kita tak sendiri. Bahwa dalam kebisingan dunia, masih ada ruang untuk menjadi manusia seutuhnya---yang merasa, yang remuk, dan yang tetap berjalan.

Lagu "April" sebagai Simbol Kenangan dan Perayaan Sunyi

Ada bulan yang tak sekadar penanggalan. Ada nama yang menyimpan genangan. April---bagi Fiersa Besari---bukan hanya musim hujan yang terlambat datang, tapi perayaan sunyi bagi mereka yang pernah punya, lalu kehilangan.

Lagu April bukan tentang patah yang dramatis. Ia tidak meraung. Tidak melempar sesal kepada semesta. Ia justru seperti surat yang tak pernah dikirim---penuh kejujuran, tapi disampaikan dalam diam. Lagu ini adalah doa diam-diam bagi seseorang yang pernah kita genggam erat, tapi tak bisa kita tahan lama-lama.

Fiersa tidak mengajarkan kita untuk melupakan, ia justru mengajak berdamai. Karena tidak semua kehilangan harus dilawan dengan melupakan. Ada yang cukup diakui keberadaannya, lalu dibingkai dalam lagu. Seperti April, yang menjadi museum sunyi dari kenangan yang tidak ingin dihapus, tapi juga tidak bisa diulang.

Lagu ini merangkul orang-orang yang tak tahu harus mengucapkan apa saat ditinggal. Mereka yang tiap kali membuka galeri atau membaca arsip chat lama, hanya bisa tersenyum pahit. Dan April berkata, "Kamu tak perlu menjelaskan lukamu. Aku paham."

Pesan humanismenya terletak pada penerimaan. Bahwa manusia tidak diciptakan untuk menang terus. Ada kalanya kita harus kalah, harus ditinggalkan, harus belajar mencintai tanpa memiliki. Dan itu bukan kelemahan---itu adalah bentuk cinta yang paling sunyi dan paling dalam.

April adalah monumen dari cinta yang tidak tumbuh, tapi tetap indah dikenang. Ia bukan penghapus luka, tapi pelukan yang berkata: "Tak apa, yang pernah indah tak harus abadi, cukup bermakna."

Rindu Tentang Menabung Perasaan dalam Diam

Ada rindu yang tidak bisa diucapkan. Bukan karena tak cukup besar, tapi karena terlalu dalam untuk dijelaskan. Di sinilah Celengan Rindu menemukan tempatnya---sebuah lagu yang bukan sekadar nada, tapi wadah bagi perasaan yang diam-diam tumbuh dan tertahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun