Gamelan? Ituloh seperangkat alat musik yang terdiri dari Kendang, Rebab, Celempung, Gambang, Gong, Seruling, Bonang, kenong, Siter, Slenthem, Saron dan Kempul. Gamelan, pastilah akan banyak diklaim menjadi entitas orang jawa saja ya?
Gamelan, alat musik khas jawa mewakili alat musik pukul, petik dan jua tiup. Untuk memainkannya, Gamelan biasanya menggunakana tangga nada pelog  yakni tujuh nada per oktaf, atau Slendro lima nada per oktaf.
Sebut saja alat musik pukul kendang yang mirip-mirip dengan Tifa di Maluku dan Papua. Jika dimati lagi, eh mirip pula dengan alat musik Muzavu Tamil atau Tabla dari India. Lalu, alat musik Tiup Sulim juga mirip dengan Bansuri di India atau Sho Jepang. Itu contoh kecil saja sih!
Nah, jika kita berkeliling ke Candi Borobudur kita akan menemukan fakta, jika kesamaan akar kebudayaan Nusantara dalam berkesenian dapat ditelusuri dari alat musiknya. Yakni berupa relief yang menggambarkan kebudayaan berkesenian Nusantara dahulu di abad ke-8. Dan ternyata kini alat-alat musik tadi masih massif dimainkan masyarakat modern jua.
Sekilas saja, relief tadi melihatkan perilaku manusia yang vulgar ya? Namun esensinya, relief tadi menyemburkan makna hukum sebab-akibat. Dimana setiap perbuatan memiliki konsekuensi. Baik ya dapat pahala, berbuat jahat ya dapat dosa.
Selain itu, relief itu jua melukiskan gambaran kehidupan masayarakat jawa kuno, termasuk aktivitias berkesenian, baik bermusik dan juga menarinya.
Jika dihitung ada sekitar 10 panel relief Karmawibhangga yang menggambarkan 4 jenis alat musik. Ada jenis idophone (kentongan dan kerincingan), membraphone (gendang dan kentingan), chardaphone (dawai, senar petik, gesek) serta alat musik aeraphoen (alat musik tiup).
Menyibak itu semua, kita bisa mendapatkan banyak nilai-nilai luhur, yakni nilai dari sisi seni Borobudur, untuk mampu dimprovisasi menjadi nilai kesamaan bukan perbedaan, yang digunakan dalam kehidupan  modern kan?