Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Selamat Datang dan Selamat Tinggal Dompet Digital?

4 Desember 2019   10:46 Diperbarui: 6 Maret 2020   07:34 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: integritypays.com

Dunia per-fintech-an lagi membuncah ya di Indonesia! Gema promonya membahana ke mana-mana. OVO salah satu dompet digital yang saat ini sedang bekerja keras meraih kesempatan itu untuk menjadikan e-money-nya sebagai kebutuhan pokok masyarakat di dunia digital.

Wajar saja sih, namanya juga tehnik marketing! Promo yang pada hakikatnya juga bakal temporary kok digulirkan. Tapi sampai kapan ya kita bisa melahap semua promo OVO dan banyak dompet digital lainnya tadi?

Sebagai users, ya bisa saja kita bilang 'emang gue pikirin', promo aja terus sampai kiamat! Toh itu bukan duit kita. Dan pikiran sempit kita bisa mengulas, Fintech atau dompet digital mana yang bisa menawarkan banyak Promo, ya itu saja deh yang digunakan!

OVO, emang promonya bakal  bertahan sampai kiamat?
Sulit ya dibayangkan, bagaimana model marketing yang dilakukan fintech atau dompet digital tadi untuk bisa menarik users sebanyak-banyaknya. Kabarnya OVO yang mengeluarkan jurus marekting promo itu, sudah menghabiskan sekira Rp 700 Miliar setiap bulannya lho!

Ada yang menyebut ongkos promo itu disebut-sebut dengan istilah bakar uang saja! Duh uang kok dibakar sia-sia dong? Apa iya, tapi tetap sajalah, namanya bandar atau penjual mah hitungannya tetap untung, namanya juga jualan!

Nah tapi merujuk Bank Indonesia, katanya sebanyak 37% transaksi dompet digital di Indonesia sudah dikuasai oleh OVO kok. Data itu juga menyebut, si total Transaksinya pada semester 2019 malah sudah mencapai Rp 56.1 riliun gitu!

Gilak kan? Artinya transaksi  OVO yang baru berafiliasi dengan Grab dan Tokopedia saja sudah mencapai Rp 20.8 Triliun lho!

Namun dibalik kabar gembira itu, celakanya Grup Lippo malah hendak melepas saham OVO 70% karena tidak sanggup dengan model marketing promo yang besar-besaran tadi alias disebut bakar uang saja!

Ambil contoh saja sih, bisa kita coba di aplikasi Grab atau Tokopedia! Harga makanan misalnya, yang seharga Rp 50 ribu cukup kita beli dengan harga Rp 20 ribu doang! Sisanya siapa yang nombok?

Pertanyaan itu tentu saja akan memberikan jawaban terang dan mudah jika sewaktu-waktu promo pastilah berlalu atau dompet digitalnya yang bakal berakhir, seperti banyak bisnis start-up dan fintech lainnya!

Promo, hal biasa di dunia Fintech?
Terdapat rumus fisika yang disebut-sebut menjadi rumus marketing dalam dunia fintech ini. Mau tahu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun