Mohon tunggu...
Satria DwiAri
Satria DwiAri Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Menulis untuk paham, membaca untuk tahu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Daripada Sate, Megawati Mending Tuku Weduse

10 Januari 2023   19:46 Diperbarui: 10 Januari 2023   19:52 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ganjar Pranowo menjadi topik utama dalam pidato Bu Mega pada perayaan HUT PDIP ke-50. Hal itu tersemat pada simbol-simbol yang ditunjukkan Bu Mega seperti menyinggung simbolisasi Jawa, pemimpin yang turun ke lapangan, hingga simbol tentang kader yang diperebutkan partai lain.

Soal kadernya yang sudah dideklarasikan partai lain, Bu Mega melemparkan sindiran keras tentang kesan dompleng mendompleng.

"Memangnya nggak punya kader sendiri?" Kelakar Bu Mega diikuti tepuk tangan meriah para kader.

Boom. Perkataan itu ibarat petir yang seketika menyambar. Silau dan mengagetkan. Para petinggi partai yang sudah memberikan dukungan seperti PAN, PPP, dan PSI pasti panas dingin. Ditambah, Koalisi Indonesia Bersatu yang disinyalir kuat melabuhkan dukungan untuk Ganjar Pranowo juga pasti merasakan hal serupa.

Bagiku, perkataan Bu Mega itu sangat wajar. Dengan perasaan sebagai seorang ibu, Bu Mega tentu tak rela anaknya dipinang oleh orang lain. Bu Mega sangat layak marah karena dia yang telah berjasa menata pikiran dan sikap sehingga Ganjar Pranowo bisa menjadi sosok pemimpin yang diidam-idamkan sekarang ini.

Lagipula, tindakan para partai politik ini terkesan ingin enaknya saja. Kalau dalam peribahasa jawa, kelakuan mereka seperti 'mending tuku sate timbang tuku weduse'. Artinya, mereka hanya ingin yang instan tanpa memikirkan bagaimana wedus itu bisa tumbuh besar dengan baik.

Sindirian Bu Mega ini setidaknya memiliki dua makna. Pertama menunjukkan jika partai banteng berada satu tangga lebih tinggi dibanding partai lain. Atau dalam bahasa yang lebih jelas, PDIP lebih unggul. Kedua, ini menunjukkan kasih sayang Bu Mega terhadap Ganjar. Bu Mega tentu tak rela jika kader terbaiknya dilirik oleh partai lain.

Ibaratnya ketika kita menjalin hubungan asmara dengan kekasih, lalu kekasih itu dipinang oleh orang lain, apakah kita akan terima? Ya jelas tidak dong.

Walaupun pada perayaan HUT PDIP ke-50 itu Bu Mega tak mengumumkan siapa calon presiden yang diusung partainya, tapi sebagai ketua umum tentu dia memiliki pertimbangan lain yang terukur dan terarah. Atau mungkin juga dia tak mau terlalu terburu-buru dan gegabah.

Sikap Bu Mega ini sebenarnya membuat aku berkesimpulan jika dia sama seperti perempuan pada umumnya, susah ditebak. Karena walaupun banyak pihak yang secara langsung maupun tidak langsung mendorong untuk deklarasi, tapi dia memilih untuk tidak melakukannya.

Malahan, Bu Mega justru menyebut kalau tahun 2023 sebagai tahun anomali. Menurutnya, tahun ini penuh dengan intrik dan kehebohan yang tidak jelas. Hmm Bu Mega ini memang sak josse. Disaat banyak orang menilai ini sebagai tahun politik, dan diperlukan langkah cepat untuk mempersiapkan segala kebutuhan, Bu Mega justru menyikapinya dengan tenang dan militan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun