Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kabut Berdarah di Tapal Batas

1 Januari 2012   16:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:28 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu aku berjalan bersama menuju rumah Pak Carik sambil, makan salak. Setelah uluk salam dan memperkenalkan diri dan tujuanya dengan Pak Carik,   aku melihat seseorang keluar dari pintu ruang tengah rumah Pak Carik.

Itu Pak Warsilam” kata Pak Carik sambil menunjuk ke arah seseorang, sesaat  aku terbengong-bengong melihat seseorang berpostur kecil, namun berpenampilan seperti petani pada umumnya.

Martoyo dari Desa Kejawar”  aku memperkenalkan diri sambil salam-salaman.

Pak Silam, oh..ini Martoyo. Tadi Subuh sudah bertemu Serka Haryo. Dia sudah menceritakan semuanya, kamu dulu pernah gabung jadi Tentara Peta tugas di Cilacap?”

Benar, saya pernah jadi Peta dinas di Tangsi Cilacap

Jadi sudah biasa melihat kekerasan, saya dulu juga sempat dilatih Jepang, mari kebelakang lewat samping rumah. Pamit kebelakang dulu Pak Carik” sambil berdiri, kami melangkah pergi bersama pemuda Desa Mersi.

Silahkan Pak Silam, saya tunggu disini” sambil kami berdiri, melangkah lewat samping rumah ke arah lumbung/gudang disamping rumah, diikuti pemuda-pemuda Desa Mersi.

Setelah dibuka gemboknya, Pak Warsilam masuk ke dalam gudang yang gelap. Keluar kembali menyeret dengan entenganya sesosok tubuh tinggi besar lebih besar dari Pak Warsilam, tangan dan kaki dijirat erat. Pak Warsilam ambil senter dari balik jaketnya, dia menyorot wajah seseorang yang berlumuran darah kering, dan mulut disumpal kain.

Mas Toyo ambil air dalam sumur bawa sini” perintahnya sambil menunjuk ke arah sumur. Setelah di basuh mukanya, dan melepas sumpal dimulutnya dia senter lagi mukanya….

Kamu kenal dengan wajah orang ini”  aku kaget melihat wajah dan mata sayu orang ini, dari mulutnya yang bonyok, terdengar lemah permintaan ampun dan tobat berkali-kali.

Njih…saya kenal sekali, ini Bapak ini orang Kejawar guru ngaji anak-anak kampung kami yang rumahnya dipertigaan ujung jalan, samping Musholla. Kenapa ada disini”  aku heran bersamaan itu berkecamuk seribu macam pertanyaan dikepalanya, malam itu bagai dunia berhenti berputar, melihat guru ngaji kampungnya tangan, kaki dan mukanya babak belur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun