Mohon tunggu...
Sasty Legina
Sasty Legina Mohon Tunggu... Mahasiswa - enjoy life

Medical Lab'20

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjebak Ulah Sendiri

2 Oktober 2019   04:05 Diperbarui: 2 Oktober 2019   04:36 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kejadian ini terjadi 13 tahun yang lalu saat Sashi Regina berusia 4 tahun. Di usianya yang masih balita, sashi sering ditinggal oleh ibunya ke rumah sakit yang tidak jauh dari rumahnya untuk mengobati penyakit yang sudah lama ibu sashi rasakan. Setiap ibunya pergi berobat sashi ingin sekali ikut namun selalu dilarang oleh ibunya dengan alasan rumah sakit bukanlah tempat bermain melainkan tempat orang-orang sakit.

Contohnya pada hari ini, sashi merengek ingin ikut ke rumah sakit tapi ibunya tak bosan-bosan memberikan alasan bahwa sashi tidak boleh ikut. Akhirnya ibu sashi menjanjikan akan membelikan cemilan yang banyak jika sashi diam dirumah dan tidak nakal. Seperti biasa, ibunya selalu mengimi- imingi dengan sesuatu. Dengan memasang wajah cemberutnya sashi menganggukkan kepala pertanda ia setuju akan hal itu.

Setelah sashi menyelesaikan sarapan dengan wajahnya yang masih cemberut, ibu sashi berkata bahwa hari ini bibi dan anaknya yang berarti sepupu sashi datang. Ibu sashi sengaja menitipkan sashi pada bibinya karena dirumah tidak ada siapapun, ayah sashi bekerja begitu pun dengan kakak sashi yang pertama.

Mendengar perkataan ibunya, sashi pun semakin cemberut karena sashi tau bahwa salah satu sepupunya, Isan ini jail sekali. Setiap bermain bersama, pasti sashi menjadi korban kejailan isan.

Melihat raut wajah anaknya yang semakin cemberut, ibu sashi menyakinkan bahwa isan tidak akan jail karena kakaknya Isan, dan Irinlah yang akan menjaga sashi dari kejailan isan. Tak lama kemudian, bibi dan kedua sepupunya datang. Ibu sashi pun langsung bersiap-siap untuk berangkat.  "Ini uang buat jajan kamu,jangan beli yang aneh-aneh ya." Ucap ibu kepada Sashi sembari memberikan beberapa lembar uang. Setelah itu, ibunya pun berangkat menuju rumah sakit ditemani oleh kakak keduanya.

Melihat ibu dan kakak sashi sudah berangkat, isan pun mengajak sashi untuk bermain tanah di halaman rumah. Mendengar hal itu, raut wajah sashi berubah menjadi bahagia karena bermain tanah adalah kesukaan dia. Hal sekecil itupun dapat membuat Sashi bahagia. Karena bahagia itu tidak harus tercipta dengan sesuatu kegelamoran.

Tak perlu waktu lama, isan dan sashi pun berlari menuju halaman rumah di susul oleh bibi dan kakak isan. Sesampai di halaman rumah, sashi dan isan langsung membagi tugas. Isan yang menggali tanah dengan sekop kecil dan sashi mengambil air serta beberapa peralatan yang dibutuhkan. Setelah semua siap, sashi dan isan pun langsung mengambil beberapa tanah untuk mereka buat menjadi sesuatu. Isan mengambil beberapa tanah untuk dibentuk menjadi sebuah boneka sedangkan sashi membentuk tanah tersebut menjadi kue. Kebiasaan mereka ketika bermain tanah adalah suka melupakan waktu dan tempat.

Contohnya seperti saat ini, mereka bermain tanah disaat matahari mulai terik dan ditempat yang terpapar oleh sinar matahari langsung. Bibi sashi sudah mengajak untuk bermain tanahnya di dekat sebuah pohon yang lumayan besar dan teduh, namun mereka menolak dan tetap melanjutkan bermain tanah. Saat sashi sedang asyik memilih dan mengambil beberapa helai daun dan bunga yang tidak jauh dari tempat mereka bermain, tiba-tiba isan tertawa terbahak-bahak, mendengar isan tertawa seperti itu sashi pun bergegas menghampirinya.

Betapa terkejutnya sashi setelah melihat bola-bola tanahnya itu hancur oleh ulah isan, sashi pun langsung memarahi isan dengan wajah cemberutnya itu." Kenapa kamu jail sekali? Apa salahku? Aku tidak mau, kamu harus menggantinya persis seperti apa yang aku buat" Ucap sashi membentak Isan dengan nada beroktaf tinggi.

Melihat mereka bertengkar, irin langsung menghampiri dan menegur isan agar tidak menjaili sashi lagi. Setelah irin pergi dari tempat mereka bermain, isan masih saja cekikikan sambil membuat boneka dari tanah. Sashi yang melihat itu pun langsung mencari tempat yang aman untuk ia bermain. Ia memutuskan untuk bermain tidak jauh dari bibi dan irin yang sedang duduk dibawah pohon mangga, berharap jika isan akan berbuat jail langsung diketahui oleh bibi dan irin.

Sashi pun memulai lagi membuat kue dari tanah sambil bersenandung ria. Beberapa menit kemudian, sashi bersorak kegirangan karena kue yang ia buat sudah jadi. Lalu ia menjemur kuenya itu diatas pagar agar terkena sinar matahari langsung. Setelah meletakkan kue diatas pagar, ia pun membuat kue kedua sambil menunggu kue yang pertama kering. Saat membuat kue yang kedua, ia mendengar seperti suara air yang dituangkan yang arah suaranya dari pagar tempat ia meletakkan kue tersebut. Saat menoleh kearah pagar, ia terkejut melihat isan sedang menuangkan air ke kuenya yang hampir mengering lalu menjatuhkan kue itu dengan wajah datar seperti yang tidak berbuat kesalahan. Sashi pun berlari menghampiri isan dan melihat kue buatannya sudah hancur, bukannya memarahi seperti tadi sashi malah menangis. Bibi dan irin yang melihat sashi menangis langsung menghampirnya. Irin pun berusaha meredakan tangisan sashi, bukannya mereda malah menjadi-jadi. Saat bibinya sedang memarahi isan dan membujuknya untuk meminta maaf, sashi pun berlari ke dalam rumah menunju kamar kakak pertamanya dan mengunci pintu kamarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun