Cerita ini kutulis sembilan tahun yang lalu ketika Maher Zein lagi terkenal.
"Who??"
Aku mengerenyitkan kening.
"Ya, Maher Zein," jawab Anelka, sahabat karibku.
"Tapi siapa itu Maher Zein?" aku kembali bertanya. "Bermain diklub mana dia musim ini?"
Anelka memandangku serius. "Maher Zein itu bukan seorang pesepakbola bro, dia seorang penyanyi," katanya.
"O ya?" aku makin penasaran. "Kok nggak kenal ya, pendatang barukah dia? Hmm, pasti keren nih dia sampai dikau merekomendasikannya untukku. Apa aliran musiknya bro, pop, rock,hiphop?"
"Pop reliji," tukas Anelka.
Hah, aku tercengang. Mulutku ternganga. Aku sampai mencubit lenganku berulang kali.
"Ih apa-apaan sih," Anelka heran melihat kelakuan ajaibku.
"Katakan bro, aku sekarang tidak lagi bermimpi bukan?" ujarku.