"Sudahlah, Rio. Aku tahu, waktu itu kamu sedang ditimpa banyak masalah. Tidak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini, semuanya sudah berlalu." Ujar Nova sembari tersenyum.
"Aku menyesal, Nova. Tidak seharusnya aku meninggalkan kamu." Sahutku dengan nada lirih.
"Itu semua sudah jadi masa lalu, Rio. Sekarang, aku tahu siapa kamu. Lagipula, aku juga bersalah padamu. Kenyataannya, aku tidak pernah benar-benar berusaha untuk mempertahankan hubungan kita. Aku terlalu sibuk mencari kebahagiaanku sendiri. Maafkan aku, Rio."
Lalu, digenggamnya kedua tanganku dengan erat sembari menatap dengan tatapan pilu.
"Maafkan aku juga, Nov." Dan kami terdiam untuk beberapa saat, hingga kabar pernikahan itu seolah mengakhiri segala rasa penyesalan yang selama ini mengganjal di hati.
"Kamu tahu kan, sebentar lagi aku akan menikah?. Kapan kalian akan menyusul?."
"Halah, Nova, nova. Kamu seperti tidak tahu saja. Di negara kita ini pernikahan sesama jenis itu kan dilarang. Yah, mau bagaimana lagi. Aku terpaksa harus menjalani hubungan seperti ini."