Selanjutnya, lakukan dialog secara terbuka, namun tetap mengendalikan jalannya pembicaraan. Maksudnya disini, arahkan pembicaraan menjadi suatu dialog yang sehat, dimana orang tua harus bersikap tegas apabila anak mulai menggunakan kata-kata yang kasar atau kata-kata yang tidak selayaknya diucapkan. Namun pada sisi yang lain, orang tua juga harus mau menerima dikritik oleh anaknya.
Pada saat memberikan nasehat, tunjukkan adanya sikap kalau orang tua menginginkan anaknya dapat menjalani hari-hari kehidupannya dengan baik, sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari. Itu sebabnya, anak perlu memperhatikan kata-kata orang tuanya.
Terkadang, langkah ini sulit dilakukan oleh para orang tua. Bukan karena anak enggan untuk berbicara, akan tetapi karena cara pandang orang tua yang tidak berubah dalam memandang sosok diri anaknya. Ini merupakan titik kelemahan terbesar orang tua, sehingga upaya pendekatan kepada anak, terasa sulit untuk dilakukan.
Meskipun anak sudah memasuki usia remaja atau dewasa muda, banyak orang tua yang tetap memposisikan anak mereka sebagaimana layaknya anak mereka yang masih balita atau bocah usia SD.
Kecenderungan yang ada, orang tua akan bertindak layaknya diktator atau mahasiswa senior yang sedang melakukan ospek kepada mahasiswa baru, dimana orang tua tidak mau disalahkan dan tidak mau mengucapkan kata maaf kalau berbuat salah.
Banyak orang tua memilih untuk menggunakan gimmick lain sebagai pengganti kata "maaf", seperti membuka satu obrolan mengenai satu hal kecil, yang tidak terkait dengan hal-hal yang dipermasalahkan oleh anaknya.
Sikap layaknya diktator ditunjukkan orang tua dengan tidak pernah memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat menyampaikan argumentasi atau pembelaan diri. Itu sebabnya ada banyak keluarga, dimana antara orang tua dan anaknya, jarang bisa berdiskusi secara sehat. Anggapan yang dibangun orang tua, hanya anak yang harus mendengarkan orang tua, tapi tidak pada posisi sebaliknya.
Pemecahan masalah yang dihadapi anak akan sulit dilakukan apabila orang tua tidak bersikap kompromistis. Anak akan sulit untuk diajak bicara terbuka. Keinginan dan harapan anak akan sulit pula diterima orang tua. Padahal, saat itu anak sedang membutuhkan adanya tanggapan yang bisa membuat anak merasa "diterima" oleh orang tuanya.
Curahan terbesar yang perlu dihadirkan orang tua adalah perhatian dan pengertian. Tidak hanya orang tua yang bisa capek hati melihat tingkah anaknya, tapi anak juga bisa merasa capek hati melihat gaya orang tua yang tetap arogan dalam mengambil sikap serta pesimistik dalam memberikan tanggapan terhadap keinginan dan harapan anak.
Jangan hanya memberikan penekanan kepada anak, akan tetapi orang tua juga harus bisa bertindak fair terhadap pencapaian-pencapaian yang dicapai atau kualitas pribadi terbaik yang ditunjukkan anak dengan menyampaikan kalimat pujian kepada anaknya.
Ketulusan orang tua untuk menyampaikan kata-kata pujian kepada anak, akan menimbulkan perasaan berharga di hati anak. Orang tua juga perlu memuji anak di depan orang lain. Tunjukkan rasa bangga orang tua akan anaknya di hadapan orang lain, meskipun anaknya minim akan keberhasilan mencetak prestasi. Cari dan temukan kualitas pribadi terbaik pada diri anak yang bisa dibanggakan di hadapan orang lain.