Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengertian Lain dari OTT

27 Agustus 2025   12:05 Diperbarui: 27 Agustus 2025   12:20 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada anak laki-laki sudah dari kecil memperlihatkan minatyang tinggi pada olahraga sepakbola. Dunianya adalah sepakbola, mulai dari tontonannya, mainannya, t-shirtnya, hingga hafalannya atas  nama-nama pemain bola top nasional maupun internasional. 

Menginjak usia 10 tahun dia diikutkan ke sekolah sepakbola di dekat rumahnya. Di sekolah tersebut, Coach mengamati, si anak bukan hanya punya minat yang tinggi tetapi juga memiliki bakat awal yang bagus sebagai pemain sepakbola. Si anak masuk kelas kategori U-10. 

Ketika ada uji tanding, berdasar pengamatan, Coach menempatkan dia di posisi penyerang (striker). Posisi biasanya disukai pemain karena besarnya kesempatan untuk mencetak goal. 

Tetapi, di luar dugaan, si anak malah minta ditempatkan di posisi back dulu. Alasannya, dia merasa belum mampu bermain sebagai striker yang handal. Coach memenuhi permintaa tersebut dan kemudian menempatkannya di posisi back. 

Tulisan ini tidak bercerita tentang pertandingan sepak bola U-10, tetapi tentang sikap tahu diri si anak atas kemampuannya. Dia tidak jumawa merasa diri bagus meski Coach telah menilainya pantas menjadi striker. 

Si anak juga tahu diri, dirinya masih perlu mengasah kemampuan dan menambah pengalaman bermain sebelum pada saatnya nanti bertanding dalam posisi striker. 

Sikap seperti anak lelaki di atas bisa terjadi di mana saja dan di bidang apa saja. Di dunia menyanyi misalnya. 

Di jaman sekarang ini, banyak sekali kesempatan bernyanyi di depan umum. Hampir semua acara hajatan, dari sunatan, pernikahan, pelantikan pejabat, perpisahan, semua menyediakan waktu bagi bagi siapa saja untuk menyanyikan satu atau dua lagu dengan diiringi musik. 

Bagi seseorang yang bersuara merdu dan paham irama lagu, akan dengan mudah bekerjasama dengan pengiring musik dan menghasilkan nyayian yang enak dinikmati. Nyanyian merdu dengan iringan musik yang harmonis. 

Tetapi kadang kala terjadi, seseorang menyanyikan lagu bukan karena suaranya yang bagus, tetapi karena posisinya atau jabatannya. Bukan rahasia lagi, ada ketentuan tidak tertulis, seorang pejabat adalah seseorang yang bisa atau berani menyanyi di depan penonton. Maka muncul orang-orang yang menyumbangkan suara tanpa peduli pada mutu suaranya. 

Bayangkan akan seperti apa jadinya kalau orang menyanyi tanpa memahami dengan baik irama lagu dan keserasian dengan musik pengiringnya.  Orang seperti itu bisa disebut orang yang terlalu percaya diri atau lebih tepatnya orang yang tidak tahu diri bahwa suaranya fals, sember dan tidak enak dinikmati telinga umum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun