Mohon tunggu...
Andriani Sariwardani
Andriani Sariwardani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Ilmu pendidikan(manajemen Pendidikan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyesalan

6 April 2024   18:00 Diperbarui: 6 April 2024   18:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dari mana, mas?" ucap Risma dari balik pintu melihat Anto membuka pintu. 

"Dari kantor lah. Memang dari mana? Dari rumah Janda?" Jawab Anto sambil mencium kening istrinya. Risma terdiam dan segera mengulurkan tangannya untuk mencium tangan suaminya. 

"Aku sudah makan, jadi aku mau mandi saja. Nanti setelah mandi, mau ga pijat aku?" 

"Iya nanti aku pijat. Sebentar mas, aku siapkan air hangatnya dulu. Mas minum kopi saja dulu. Kebetulan aku baru menyeduh kopi."

" Oke istriku." Jawab Anto sambil menyubit pipi istrinya.

Setelah Anto selesai mandi, Anto melihat istrinya membereskan meja makan. Anto menghampiri dan memeluknya dari belakang. Risma terkejut, hampir hampir piring di tangannya terlepas.


"Mas, hampir saja piring ini lepas dari tanganku. Bentar aku taruh piring dulu, kalau sudah beres baru aku pijat mas." Ujar Risma sambil tersenyum.

"Ga usah, piringnya taruh saja disini dulu. Besok pagi baru dibereskan. Udah ga kuat nih." Ujar Anton masih memeluk pinggang Risma. 

"Ya sudah, tapi lepaskan dulu. Aku ga bisa jalan ini." Pinta Risma sambil berusaha melepaskan tangan suaminya. Anto melepaskan pelukannya. Risma segera berlari ke dapur. Anto mengikutinya. Setelah Risma meletakkan piring kotor di tempat pencuci piring, dengan cepat Anto mengangkat istrinya dan menuju kamar tidurnya.

Keesokan paginya, Risma sudah siap mandi dan bersiap untuk sholat subuh. Risma melihat suaminya masih terbaring mendengkur di tempat tidurnya. Dengan penuh kelembutan Risma membangunkan suaminya, "Mas bangun, mandi dan sholat subuh."

Anto membuka matanya, "Sudah jam berapa, Ti?" Ucap Anto. Risma terkejut dan melebarkan matanya, " Ti itu siapa, mas?" 

Anto langsung berdiri menyadari bahwa dia salah sebut nama. 

"Kamu salah denger. Aku tadi bilang Ri bukan Ti." Bela Anto

"Tapi aku jelas dengan Ti. Dan selama ini kan mas tidak pernah sebut saya dengan Ri. Pasti mas sebut saya dengan Ma atau Ris."

"Sudah lah, nanti aku kesiangan sholat subuhnya." Ucap Anto sambil segera ke kamar mandi. 

Risma termenung sejenak dan langsung menuju belakang untuk berwudhu. 

Risma sudah menyiapkan sarapan dan mengurus anaknya yang mau sekolah. 

Di meja makan Risma terdiam dengan wajah yang memendam amarah. Anto menghampiri an mencium kening istrinya dan kemudian mencium kening anaknya. Ria tersenyum mendapatkan ciuman dari ayahnya. 

"Ibun, aku sudah selesai sarapannya. Hari ini ada lomba mewarnai di sekolah. Doain Ria menang ya Ibun dan ayah." Pinta Ria.

"Pasti ayah doakan. "Ujar Anto kepada anaknya. Risma hanya tersenyum ke anaknya.

"Ibun dan Ayah, Ria berangkat ya, Pak Umar udah datang tuh." Ria mengulurkan tangannya untuk menciuk tangan kedua orang tuanya. 

"Assalamualaikum." Ria mengucapkan salam.

"Walaikumsalam." Balas Anto dan Risma bersamaan. 

Risma mengantarkan Ria ke depan meninggalkan Anto. 

Sewaktu Risma hendak masuk rumah, tiba - tiba seorang perempuan menyapanya, "Selamat pagi, mba Risma." Sapa perempuan itu.

"Pagi, maaf anda siapa ya?" Tanya Risma dengan muka heran.

"Oh, maaf mba. Saya Tiara, teman sekantornya Anto." Jawab perempuan itu. 

"Untuk apa datang ke rumah ini?" Tanya Risma memasang muka yang tidak suka. 

Perempuan ini memakai baju seksi dan berdandan sangat menyolok. Risma mulai curiga, dan Tiara namanya, tadi pagi suaminya salah sebut namanya dengan sebutan Ti. 

"Saya mau mengembalikan kaos dalam Anto yang tertinggal di rumah saya tadi malam. Tadi malam Anto terburu - buru sampai lupa memakai kembali kaos dalamnya." Jelas Tiara dengan tanpa sungkan.

"Kaos dalam?" Ucap Risma setengah berteriak karena terkejut. 

"MAS ANTO!!!" Teriak Risma sambil mengucapkan istifar dalam hati. 

Anto berlari keluar dan dengan muka terkejut menghampiri Risma. 

"Sayang kenapa berteriak?" Tanya Anto. Tanpa berkata - kata lagi, Risma menunjuk ke perempuan itu. 

Risma berlari ke dalam rumah dan segera membereskan semua baju - bajunya dan juga baju - baju Ria. Setelah selesai semua, bergegas keluar rumah. Risma melihat Anto sedang berbicara dengan Tiara. Tanpa berkata - kata Risma melintasi kedua orang itu. Melihat Risma membawa dua koper, Anto segera menghentikannya. 

"Sudah, mas. Biarkan saya pergi. Sudah sering kamu sakiti saya. Ini sudah yang ketiga kalinya ada perempuan ke rumah mengembalikan barangmu yang tertinggal di rumahnya. Dan ini yang paling fatal, kaos dalam. Berarti kamu buka baju di rumahnya. Kalian melakukan apa?" Teriak Risma mengungkapkan kemarahannya.

"Jangan pergi, Maafkan aku. Aku kilaf. Aku tidak bisa hidup tanpa mu." Rayu Anto. 

"Biar saja istrimu pergi, mas. Masih ada aku. Tadi malam kamu bilang akan menceraikannya pagi ini. Ya sudah, kan dia mau pergi, jadi ga susah - susah kamu mengusirnya." Celoteh Tiara.

"Diam kamu. Istriku ini bidadari. Aku tidak bisa hidup tanpa dia." Ujar Anto sambil mendorong Tiara. Risma tidak memperdulikan mereka. Segera Risma menaiki mobilnya dan segera melayu ke sekolah Ria.

"Kok mobilnya di bawah, mas?" Tanya Tiara. 

"Ya itu memang mobilnya. Aku hanya punya motor vario itu saja. Mobil itu hadiah ulang tahun dari ayahnya. " Jawab Anto. Tiara terkejut.

"Tapi rumah ini milikmu kan?" Tanya Tiara. 

"Bukan rumah ini aku sewa." Jawab Anto.

"Ya sudah tidak apa - apa. Tapi dengan gaji mu sebagai direktur di perusahaan pasti bisa membeli rumah dan mobil nantinya."

"Pasti aku juga akan kehilangan pekerjaanku. Karena perusahaan itu milik ayahnya Risma." Jawab Anto sambil meremas rambutnya.

" Kalo begitu kita tidak usah menikah, dan kamu jangan menganggu lagi ya. Aku tidak bisa hidup miskin. Selamat tinggal." Ucap Tiara sambil berlalu meninggalkan Anto yang sedang meratapi nasib hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun