Mohon tunggu...
sari tambunan
sari tambunan Mohon Tunggu... mahasiswa

saya lebih meyukai di bidang olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

pertama kali memasuki asrama, antara mimpi dan keyataan

1 Juli 2025   10:22 Diperbarui: 1 Juli 2025   10:22 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali mendengar kata "asrama," jujur saja, itu hanyalah sebuah kata asing yang tidak memiliki makna khusus bagi saya. Seperti mendengar nama tempat yang belum pernah dikunjungi, asrama terdengar seperti konsep yang samar dan jauh dari kehidupan sehari-hari saya. Saya tidak pernah bertanya-tanya bagaimana rasanya tinggal di sana, seperti apa rutinitas hariannya, atau tantangan apa yang mungkin dihadapi. Bagi saya, asrama hanyalah sebuah istilah yang sesekali muncul dalam percakapan bagi saya.

Pada hari saya ditawarkan keluarga untuk memasuki perkuliahan dengan syarat saya harus tinggal di asrama. Awalnya, saya ragu dan menolak. bayangan tentang harus meninggalkan kenyamanan rumah, berbagi ruang dengan orang asing, dan kehilangan privasi yang sudah terbiasa saya nikmati, membuat hati saya enggan menerima tawaran tersebut.

Keluarga saya tidak mudah menyerah. Hari demi hari, rayuan manis terus datang. Meskipun begitu, keraguan masih memenuhi pikiran saya. Setiapmalam, saya berbaring di kasur sambil menatap langit-angit kamar, membayangkan bangaimana rasanya tidur satu ruangan dengan orang-orang yang tidak kenal sama sekali. Bangaimana saya bisa nyaman tinggal di tempat yang ramai dan penuh aktivitas? Setelah melalui pergulatan batin yang cukup panjang, akhirnya saya memutuskan untuk menerima tawaran keluarga 

Singkat waktu saya akhirnya saya berangkat dari rumah menuju asrama, sesampai di tempat tujuan saya disambut baik oleh pengelola asrama dan saya diantar oleh pengelola asrama untuk kamar yang akansaya tempati, sesampai di kamar saya juga di sambut hangat oleh satu kamar tersebut.

Hari demi hari saya jalani di asrama, peraturan-peraturan lain mulai bermunculan. Semakin lama, saya merasa semakin tidak nyaman dan mulai berniat keluar dari asrama ini. Kehidupan yang terstruktur dan penuh aturan terasa sangat berbeda dari kebebasan yang biasa saya nikmati.

Namun, teman-teman di asrama tidak membiarkan saya menyerah begitu saja. Mereka terus menguatkan, membujuk, dan menyemangati saya dengan berbagai cara. Ada yang mengajak ngobrol hingga larut malam, ada yang berbagi pengalaman serupa, dan ada pula yang memberikan perspektif baru tentang makna tinggal bersama.

Dengan adanya dukungan dari teman-teman, akhirnya saya memutuskan untuk menjalani seluruh kehidupan di asrama dengan hati yang lebih terbuka. Perlahan, saya mulai menikmati arti kebersamaan yang sesungguhnya. Bangun pagi bersama, makan bersama, belajar bersama, bahkan menyelesaikan masalah bersama-sama.

Melalui pengalaman-pengalaman ini, saya banyak belajar tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Saya memahami bahwa hidup bukan hanya tentang kenyamanan pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa tumbuh bersama orang lain. Asrama mengajarkan saya tentang toleransi, empati, dan kekuatan komunitas yang solid.

Kini, kata "asrama" bukan lagi istilah asing bagi saya. Ia telah menjadi bagian dari cerita hidup yang memberikan pelajaran berharga tentang kebersamaan, ketahanan, dan pertumbuhan diri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun