Yang saya butuhkan adalah waktu. Waktu untuk sekedar mengelap keringat. Waktu untuk sekedar menyapa keluarga saya walau hanya via telepon. Waktu untuk sekedar menghela nafas saat proses belajar tidak sesuai dengan perencanaan, bahkan kadang berakhir dengan tidak terduga. Tapi...pada saat yang tepat, semua akan terbayar di akhir semester. Saat anak-anak libur, guru juga libur. Disitulah kenikmatan yang hakiki saya peroleh sebagai guru.
I deserve that! Saya pantas mendapatkannya. Semua guru pantas mendapatkannya. Libur and do whatever they want to do, not at school. Including by doing nothing😃.
Well, di tahun ke 16 saya mengajar, dengan perhatian dari seluruh stake holder pendidikan yang begitu besar terhadap nasib guru, ada satu hal yang patut saya banggakan. Hal yang menjadi kemewahan yang tidak mampu terbeli oleh gaji dan tunjangan apapun. Kekayaan yang hanya bisa dipamerkan oleh seorang guru.
Harta yang tak ternilai itu adalah anak-anak didik saya. Anak-anak didik adalah benih yang diamanahkan oleh Yang Maha Kuasa kepada orangtuanya dan dititipkan kepada guru. Seiring waktu, mereka menunjukkan kematangan dan kedewasaan untuk menghadapi kehidupan. Mereka menciptakan ruang dan waktu mereka sendiri dengan takaran sukses yang mereka berani tentukan sendiri. Mereka adalah benih insan-insan cendekia. Mereka adalah anak-anak saya....😍😍😍
#they_are_humans
#with_names