Mohon tunggu...
Mita Yulia H (Mita Yoo)
Mita Yulia H (Mita Yoo) Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis fiksi, karya yang telah terbit antara lain KSB, R[a]indu, dan Semerah Cat Tumpah di Kanvasmu Bergabung dalam beberapa komunitas menulis dengan dua puluhan buku antologi cerpen dan puisi Lihat karya lainnya di Wattpad: @mita_yoo Dreame/Opinia/YouTube: Mita Yoo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menggantang Asa di Bukit Peramun

30 September 2021   13:59 Diperbarui: 30 September 2021   14:08 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kusibak tirai berdebu yang menutupi jendela kayu. Debu beterbangan, cahaya matahari menembus celah-celah ventilasi.

'Mama janji akan berusaha lebih keras lagi, Disa. Mama janji,' ucapku dalam hati.

***

Langit tampak sepi, bulan malu-malu untuk menampakkan cahayanya. Lampu-lampu jalan mulai memancarkan pendar kekuningan.

Mas Danu pulang dengan membawa raut wajah tak ramah, seolah jiwanya telah tertukar entah di mana. Sama sekali tak seperti lelaki yang mengikrarkan diri menjadi suamiku tujuh tahun lalu. Ia melepas sepatu penuh tanah dan meninggalkan tas jinjing yang biasa dibawanya setiap bekerja di dekat pintu.

Rasa penasaranku tak menemui jawaban, karena begitu kusuguhkan kopi hitam dengan asap mengepul, ia justru menggebrak meja, membuat gelas dengan kopi panas yang kusuguhkan meluncur bebas ke lantai. Hancur. Dengan tangan bergetar kupungut serpihan gelas kaca yang berserak.

"Kalau ada masalah, cerita sama aku, Mas. Disa baru tidur, aku takut dia bangun," lirihku.

Bukannya jawaban yang kudengar, ia justru kembali menggebrak meja berkali-kali. Aku bergegas menjauh begitu mendengar makian serapah keluar dari bibirnya. Sungguh, bukan mas Danu yang kukenal. Aku tak mengerti, hanya bergegas mengunci pintu kamar, membenamkan wajah dalam bantal dan menumpahkan segala sesak di dada.

***

"Mas mau kerja ke luar negeri. Kamu bawa Disa ke kampung!" titahnya suatu pagi setelah aku mengantar putri kami ke taman kanak-kanak.

Tanganku terulur untuk menggenggam tangannya, "kamu bisa cerita sama aku Mas, ada masalah apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun