Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Pengajar dan pembelajar

Mengajar sejak 2020. Menjadi ibu sejak 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Teh untuk Kesehatan hingga Disumbangkan

12 Oktober 2025   00:41 Diperbarui: 12 Oktober 2025   06:50 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gula dan teh yang sudah disiapkan ibu untuk jagong | Dokumentasi pribadi.

Teh panas yang dihidangkan Mbah Samin di salah satu meja kantor guru adalah simbol kekuatan mengisi energi kami (para guru) untuk mengajar anak-anak. Jika teh panas Mbah Samin belum datang rasanya ada yang kurang.

Mbah Samin adalah salah satu penjaga di sekolahku. Usianya sekitar 70 tahun. Mendengar ucapan terima kasih dari kami setiap teh itu datang, wajah Mbah Samin tampak terlihat bahagia. Terlebih jika teh yang beliau buat selalu kami habiskan, tampak sumringahlah senyum beliau.

***

Di rumahku, minum teh sudah menjadi sebuah tradisi sejak saya kecil. Setiap pagi ibu selalu merebus air di tungku dengan diobori kayu bakar. Kata ibu merebus air menggunakan kayu bakar lebih cepat mendidih dibanding di kompor. Padahal itu hanya sebuah kebiasaan ibu saja yang memang dari dulu hingga sekarang lebih suka memasak di tungku menggunakan kayu bakar.

Setelah air mendidih, ibu menuangkan air menggunakan gayung ke dalam teko yang telah diisi teh. Sebagian air mendidih tadi digunakan untuk mengisi termos. Dan ibu merebus air lagi yang mungkin nanti bisa digunakan untuk membuat teh lagi jika teh di teko habis.

Nenek yang sudah bangun sejak pagi buta pun menunggu teh ibu. Waktu aku masih sekolah nenek selalu membuatkan aku teh manis sebelum berangkat sekolah. Mungkin itu sebabnya hingga sekarang jika pagi hari belum minum teh rasanya raga ini belum sehat. Minum teh selain untuk memberikan energi semangat juga diyakini untuk menyehatkan tubuh.

***

Suatu ketika pernah di desaku kedatangan seorang sales penjual teh. Warga berkumpul di rumah Bu RT untuk mendengarkan pemaparan tentang teh tersebut. Teh yang ditawarkan adalah teh Sukawa dengan harga 200.000 rupiah yang pembeliannya bisa dicicil selama 3 bulan.

Teh Sukawa. Sumber: Shopee Vole Beauty
Teh Sukawa. Sumber: Shopee Vole Beauty

Berdasarkan pemaparan sales teh tersebut, teh ini diyakini mampu mengatasi berbagai macam penyakit seperti mengurangi kolesterol, menjaga keseimbangan tekanan darah, membantu menjaga kekuatan tulang dan otot, menjaga kesehatan jantung, dan kesehatan lainnya.

Para tetanggaku termasuk ibuku pun membeli teh ini dengan alasan mereka meyakini teh ini bisa membantu mengatasi bahkan mencegah berbagai penyakit. Tidak hanya tetanggaku yang ekonominya menengah ke atas yang beli, tetanggaku yang ekonominya menengah ke bawah pun juga ikut beli.

Contohnya saja tetanggaku yang sering berhutang di warung juga membeli teh ini. Tetanggaku yang buruh tani pun juga membeli agar tubuhnya kuat saat bekerja. Kata ibu hampir semua yang datang waktu itu membeli, selain dengan alasan kesehatan, juga karena gengsi atau sungkan jika tidak membeli.

Ibu mengatakan, kata sales penjual teh, jika membuat teh Sukawa tersebut takarannya hanya sepucuk sendok takar dan tidak boleh dicampur dengan teh lain. Setelah saya mengikuti saran ibu ternyata tehnya bening dan tidak berasa, padahal saya suka teh yang kental. Lalu saya membaca petunjuk penyajian di toplesnya, ternyata penyajiannya 1 sendok takar, bukan sepucuk sendok takar. Saya pun memberitahu ibu penyajian yang benar sesuai petunjuk.

Diam-diam tanpa sepengetahuan ibu saya mencampur teh Sukawa itu dengan teh Dandang ke dalam teko agar teh Sukawa tersebut segera habis karena masa kedaluwarsanya 3 bulan lagi.

***

Di daerahku di Wonogiri teh tidak hanya digunakan untuk minum tetapi juga untuk jagong. Jagong artinya dalam bahasa jawa adalah menghadiri acara hajatan seperti pernikahan, sunatan, atau lahiran. Nama lain jagong dalam bahasa Indonesia adalah kondangan atau menghadiri undangan. Meskipun sama-sama di jawa tapi tradisi jagong/ kondangan di setiap daerah berbeda-beda.

Suami saya dari Grobogan, Purwodadi. Meskipun masih sama-sama Provinsi Jawa Tengah namun kata suamiku di daerahnya tidak ada jagong membawa beras, teh, gula, kelapa, dan minyak seperti di tempatku. Katanya, hanya membawa sekedarnya saja seperti minyak dan kerupuk yang ditaruh di baskom. Baskom itu nantinya sepulang dari buwoh/ kondangan di isi nasi 1 centong, kerupuk 1 biji, dan pisang 1 biji. Berbeda sekali dengan daerahku, di mana jika kita jagong ke tempat tetangga atau kerabat, kita harus membawa barang yang banyak seperti beras 10kg, gula 5 kg, teh dandang 1 press, minyak 2 liter, bisa ditambah kelapa.

Buku catatan jagong | Dokumentasi pribadi
Buku catatan jagong | Dokumentasi pribadi

Apa yang kita bawa akan dicatat dan dikembalikan saat kita punya hajat. Beras, gula, teh, dan minyak oleh yang punya hajat biasanya dijual ke tengkulak supaya bisa segera diganti dengan uang. Ibu jika akan jagong biasanya membeli beras, gula, dan teh ke tengkulak karena harganya lebih murah.

Isi dalam tas untuk jagong | Dokumentasi pribadi.
Isi dalam tas untuk jagong | Dokumentasi pribadi.

Ketika pulang dari jagong di daerah saya akan mendapatkan nasi dan lauk sesuai dengan barang yang dibawa. Jika membawa beras, gula, dan teh maka akan diberi nasi 2 giling, daging sapi, beberapa tahu dipotong-potong dadu, dan bihun. Tapi jika hanya membawa beras hanya mendapatkan nasi 1 giling, tahu, dan bihun.

Suami saya juga mengatakan, berbeda dengan daerahku yang masih menghidangkan teh panas jika jagong, di daerahnya sudah tidak ada karena dianggap ribet, sehingga hanya air putih gelasan saja.

Di daerahku menghidangkan teh adalah simbol menghormati tamu. Saat ada tamu seperti menjenguk orang sakit, pengajian, syukuran, atau menjenguk orang melahirkan, pasti diberi hidangan teh panas. 

Sebagai bentuk terima kasih, jika akan bertamu maka biasanya juga tidak tangan kosong, biasanya minimal mereka membawa teh dandang besar 1 biji dan gula 1 kg. Kadang ditambahi mie instan atau makanan ringan.

***

Es teh ginastel di pinggir jalan. | Sumber: instagram ginastel_solobaru
Es teh ginastel di pinggir jalan. | Sumber: instagram ginastel_solobaru

Minum teh telah menjadi simbol budaya di daerah saya. Tak heran jika di pinggir-pinggir jalan banyak penjual franchise teh. Franchise teh adalah sistem kemitraan untuk memulai bisnis es teh. Salah satu jenis franchise teh yang terkenal adalah Ginastel.

Teh Ginastel adalah produk teh asli dari Sukoharjo. Kata ginastel singkatan dari leGi, PaNas, dan kenTel yang merujuk pada karakteristik teh racikan khas Solo yang manis (legi), disajikan panas (panas), dan kental (kentel).

Es teh ginastel. | Sumber: instagram ardyalkhalifi
Es teh ginastel. | Sumber: instagram ardyalkhalifi

Es teh ginastel sangat disukai banyak kalangan, selain karena rasanya yang nikmat dan segar, terlebih jika di minum dalam cuaca panas, juga karena harganya yang sangat terjangkau yaitu 3000 rupiah.

Ginastel 3000 rupiah. | Sumber: Leonzi Production
Ginastel 3000 rupiah. | Sumber: Leonzi Production

Jika kita memesan banyak biasanya penjual Ginastel juga mau mengantarkan, bahkan diberi bonus. Di tempat langganan saya beli ginastel setiap membeli 5 ginastel mendapatkan bonus 1 es teh ginastel.

Itulah pengalaman saya dalam dunia ngeteh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun