Para tetanggaku termasuk ibuku pun membeli teh ini dengan alasan mereka meyakini teh ini bisa membantu mengatasi bahkan mencegah berbagai penyakit. Tidak hanya tetanggaku yang ekonominya menengah ke atas yang beli, tetanggaku yang ekonominya menengah ke bawah pun juga ikut beli.
Contohnya saja tetanggaku yang sering berhutang di warung juga membeli teh ini. Tetanggaku yang buruh tani pun juga membeli agar tubuhnya kuat saat bekerja. Kata ibu hampir semua yang datang waktu itu membeli, selain dengan alasan kesehatan, juga karena gengsi atau sungkan jika tidak membeli.
Ibu mengatakan, kata sales penjual teh, jika membuat teh Sukawa tersebut takarannya hanya sepucuk sendok takar dan tidak boleh dicampur dengan teh lain. Setelah saya mengikuti saran ibu ternyata tehnya bening dan tidak berasa, padahal saya suka teh yang kental. Lalu saya membaca petunjuk penyajian di toplesnya, ternyata penyajiannya 1 sendok takar, bukan sepucuk sendok takar. Saya pun memberitahu ibu penyajian yang benar sesuai petunjuk.
Diam-diam tanpa sepengetahuan ibu saya mencampur teh Sukawa itu dengan teh Dandang ke dalam teko agar teh Sukawa tersebut segera habis karena masa kedaluwarsanya 3 bulan lagi.
***
Di daerahku di Wonogiri teh tidak hanya digunakan untuk minum tetapi juga untuk jagong. Jagong artinya dalam bahasa jawa adalah menghadiri acara hajatan seperti pernikahan, sunatan, atau lahiran. Nama lain jagong dalam bahasa Indonesia adalah kondangan atau menghadiri undangan. Meskipun sama-sama di jawa tapi tradisi jagong/ kondangan di setiap daerah berbeda-beda.
Suami saya dari Grobogan, Purwodadi. Meskipun masih sama-sama Provinsi Jawa Tengah namun kata suamiku di daerahnya tidak ada jagong membawa beras, teh, gula, kelapa, dan minyak seperti di tempatku. Katanya, hanya membawa sekedarnya saja seperti minyak dan kerupuk yang ditaruh di baskom. Baskom itu nantinya sepulang dari buwoh/ kondangan di isi nasi 1 centong, kerupuk 1 biji, dan pisang 1 biji. Berbeda sekali dengan daerahku, di mana jika kita jagong ke tempat tetangga atau kerabat, kita harus membawa barang yang banyak seperti beras 10kg, gula 5 kg, teh dandang 1 press, minyak 2 liter, bisa ditambah kelapa.
Apa yang kita bawa akan dicatat dan dikembalikan saat kita punya hajat. Beras, gula, teh, dan minyak oleh yang punya hajat biasanya dijual ke tengkulak supaya bisa segera diganti dengan uang. Ibu jika akan jagong biasanya membeli beras, gula, dan teh ke tengkulak karena harganya lebih murah.
Ketika pulang dari jagong di daerah saya akan mendapatkan nasi dan lauk sesuai dengan barang yang dibawa. Jika membawa beras, gula, dan teh maka akan diberi nasi 2 giling, daging sapi, beberapa tahu dipotong-potong dadu, dan bihun. Tapi jika hanya membawa beras hanya mendapatkan nasi 1 giling, tahu, dan bihun.