Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Kemampuan Membaca Siswa SD Harus Menjadi Prioritas Guru di Masa Pandemi

14 November 2020   00:02 Diperbarui: 15 November 2020   20:00 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warsiah, Kepala SDN 013 Desa Bulu Perindu, Kecamatan Tanjung Selor, Kalimantan Utara memberikan bimbingan membaca kepada siswa dengan metode kartu baca.(Dok. Inovasi Kaltara)

Sedangkan untuk siswa kelas 4, 5, dan 6 saya menganggap dalam hal membaca mereka semua sudah lancar. Hanya saja membaca belumlah menjadi hobi mereka. 

Mereka sering mengeluh jika saya beri bacaan yang panjang bahkan mereka mengaku lebih suka menulis daripada membaca. Maka kecintaan pada literasi harus ditumbuhkan pada diri anak-anak kelas tinggi melalui cerita-cerita seperti dongeng, cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), cerita misteri (cermis), dan lain-lain.

Pada intinya yang ingin saya tekankan pada tulisan ini adalah kemampuan membaca sangat penting dan harus diprioritaskan oleh guru kepada peserta didiknya terutama untuk siswa yang duduk di sekolah dasar kelas rendah.

Ibunya Tee pernah bilang kepada saya, melihat kondisi Tee yang demikian, di mana dalam hal membaca dia harus mengeja semua tulisan satu huruf  terlebih dahulu, "Sebenarnya kalau anak itu sudah bisa membaca, hati kita (orangtua) bisa lebih tenang. Karena anak tinggal mengikuti saja untuk pelajaran yang lainnya." 

Maka inilah kiranya kemampuan membaca sangatlah penting bagi anak sekolah dasar. Bahkan harus ditanamkan sejak anak prasekolah, diawali dengan mengenalkan huruf kepada mereka.

Di akhir tulisan ini saya akan mencuplikkan sebuah cerita yang ditulis oleh Jeanne Ellis Ormrod, "Anna seorang siswa yang tinggal di Meksiko-Amerika. Ia telah mengalami kehidupan yang sulit sejak kanak-kanak. Kedua orangtuanya bercerai dan sejumlah kawan Anna menjadi korban kekerasan geng.

Meski demikian, terlepas dari sejumlah peristiwa traumatis tersebut, kawan-kawan dan para staf pengajar di sekolahnya menjadi sumber dukungan sosial dan emosional yang kuat bagi Anna. 

Ibu Anna mengatakan bahwa sekolah tersebut tidak seperti sekolah pada umumnya, lebih menyerupai rumah kedua bagi Anna, seperti rumah kakek-nenek bagi cucu-cucunya. 

Para guru memberikan umpan balik dan bimbingan rutin untuk meningkatkan keterampilan akademik para siswa. Ketika Anna duduk di kelas rendah, kemampuan membacanya telah setara dengan anak kelas tinggi" (Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang edisi keenam).

Dari cerita Anna tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah yang efektif adalah sekolah yang tetap mampu mendukung kemampuan anak meskipun anak memiliki problem tersendiri di hidupnya.

Seperti halnya siswa-siswa kita saat ini, meskipun anak-anak tengah menghadapi masa pembelajaran jarak jauh, tetapi selama guru mampu mendukungnya untuk terus mengembangkan kemampuannya maka sekolah dapat berjalan efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun