Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita 2019

2 November 2019   01:07 Diperbarui: 2 November 2019   01:24 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini kutatap langit-langit kamarku. Dua bulan kemudian akan tiba, tahun 2020. Kukenang kembali peristiwa-peristiwa penting di awal tahun lalu.

Januari 2019, saat itu aku memandang langit-langit kamarku. Langit-langit yang sama dengan yang kulihat malam ini. Kamar penggap dengan dinding cat mengelupas. Langit-langit rendah, dan banyak nyamuk.

Sepi dan sendiri telah menjadi kawanku selama dua tahun belakangan. Aku sibuk. Seperti itulah kataku terhadap kawan yang mengajakku keluar.

Bukan, bukan sibuk bekerja di pabrik maupun perusahaan. Tapi sibuk study. Sibuk menyelesaikan tesis. Sibuk belajar bahasa. Sibuk menyelesaikan soal-soal tes potensi akademik. Sibuk memperbanyak literature bacaan.  Sibuk mencari buku bajakan.

Maret 2019, ucapan selamat dengan senyum tulus terukir manis dari pembimbingku. Tanpa kawan aku keluar dari ruang sidang. Sepanjang hari itu, tidak ada yang tahu aku sidang, hanya kakakku yang mengucapkan selamat melalui whatsapp.

Juni 2019, air mata mengalir di pipiku. Kedua orangtuaku tersenyum bangga. Gelar magister tertulis di ijazahku.

Saat itu, aku tidak butuh bertemu siapa-siapa. Aku hanya ingin pulang. Melihat adikku yang mencoba togaku. Hari itu kulalui dengan rasa penuh haru. Ucapan selamat dari beberapa teman yang mengomentari status whatsappku hanya ku read. 

September 2019, aku menemui bayang-bayangku. Sudah enam tahun aku mengenalnya. Waktu itu aku masih semester dua strata satu.  Dia memberi gambaran masa depan untukku. Memilihku untuk dituntunnya menuju jalan lurus masa depan.

Pesannya hari itu,

Meski kamu tidak punya apa-apa, suatu saat kamu bisa jadi apa-apa.

November 2019, aku masih berjuang, melalui jalan yang sama, rutinitas yang sama, cita-cita yang sama, membangun masa depan terbaik versi diriku.

 Kudekap erat dadaku, aku tidak terlambat, aku tepat waktu, dan akan tepat seperti yang dikehendaki Tuhan. Aku telah lupa perasaan jatuh cinta, lupa untuk berteman, apalagi bersahabat. Sepi dan sendiri adalah kenyamanan bagiku. Aku percaya Tuhan telah mengatur hal-hal yang tak perlu ku atur, seperti jodoh misal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun