Baru hari ini kita kembali ke rutinitas masing-masing. Setelah empat hari sebelumnya kita mendapatkan libur panjang karena peringatan hari Waisak pada tanggal 12 Mei dan sehari setelahnya ditetapkan menjadi hari libur nasional. Sehingga terhitung mulai hari Sabtu -- Selasa (10 -- 13 Mei 2025 ) kita libur. Pertanyaannya, kemana saja selama 4 hari tersebut ?
Pasti beragam jawabnya. Pergi keluar kota bersama keluarga, silaturahmi ke rumah nenek, menikmati indahnya pantai sampai menyewa villa, nge-mall, atau hanya dirumah saja. Bersih-bersih sambil nonton film secara online dan sebagainya. Semua sah-sah saja.
Bagi sebagian besar, libur panjang digunakan untuk keluar dari rutinitas sehari-hari yang terkadang membuat jenuh. Baik yang sekolah, kuliah, bekerja maupun Ibu rumah tangga. Bahkan sampai ada yang merogoh kocek begitu banyak demi me-refresh otak maupun fisik untuk kegiatan yang bernama refresing. Semua menjadi wajar kalau sesuai kemampuan, namun akan menjadi sesuatu yang sangat disayangkan jika hal tersebut terkesan dipaksakan. Karena...sebenarnya istilah refreshing adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan kembali fisik, pikiran, dan jiwa setelah mengalami rutinitas yang melelahkan. Ini dapat berupa istirahat, liburan, atau aktivitas lain yang membantu memulihkan energi dan semangat dan tidak selalu harus keluar biaya.
Begitupun yang saya lakukan dengan suami. Setelah melalui perencanaan 1-2 minggu sebelumnya, kami memutuskan untuk Pringgondani lagi. Terakhir kami kesana tahun lalu, tepatnya pada tanggal 1 Muharam (1 Suro) 2024. Silakan baca artikelnya pada
https://www.kompasiana.com/sarie/62ece3af3555e40374393002/antara-eyang-koconegoro-pringgondani-dan-gatotkaca?page=2&page_images=2 dan https://www.kompasiana.com/sarie/64b8bcd508a8b54845596392/suran-di-pringgondani?page=1&page_images=3.
Lha ? Mengapa kesana lagi ? Bukankah obyek wisata sangat banyak dan beragam ? Kami berdua termasuk orang yang menyukai kegiatan alam. Terutama saya, menyukai kegiatan alam yang berhubungan dengan pegunungan atau gunung. Nah, yang paling dekat dari Solo ya Lawu.
Hari itu, Minggu 11 Mei 2025 setelah selesai dari menghadiri acara pernikahan yang bertempat di Hotel Taman Sari, kami langsung menuju desa Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Namun, sebelumnya kami ke masjid dulu untuk ganti pakaian sekalian sholat Dhuhur disana. Sampai dilokasi kurang lebih jam 13.15 wib. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sekarang untuk masuk ke obyek wisata Pringgondani harus membayar tiket @ Rp. 10.000,- dan mengisi buku tamu.
Meski bernama obyek wisata Pringgondani, sebenarnya lokasi tersebut untuk tetirah. Menurut KBBI, tetirah diartikan sebagai 1. pergi ke tempat lain dantinggal sementara waktu (memulihkan kesehata dan sebagainya), dan 2. Pergi mengungsi. Berdasar pengertian tersebut, kata tetirah memeliki rentang waktu yang lama. Meski pada kenyataanya banyak yang kesana hanya sebentar saja.
Pertapaan Pringgondani berada di desa Tambak, Lawu Utara dengan petak 63y, luas 1,0 HA dikelola oleh Perum Perhutani KPH Surakarta masuk dalam wilayah bernilai konservasi tinggi, NKT 6 Situs Budaya. Ada beberapa lokasi disana yang bisa dikunjungi. Masing-masing mempunyai latar belakang cerita yang berbeda dan semua menarik untuk disampaikan.
Setelah melewati pintu masuk, setapak demi setapak kami melewati jalanan menuju pertapaan Pringgondani yang berupa tanjakan, tikungan dan turunan yang manja dan menggemaskan. Sampai mampu membuat keringat bercucuran bukan hanya pada badan tapi sampai pada wajah. Namun sebelum sampai pada jalanan yang berupa anak tangga, di tengah perjalanan kami disambut dan ditemani aroma wangi bunga yang lembut.