Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sisi Lain PPDB Zonasi: Kami Mungkin Tak Bersekolah Lagi

30 Juni 2020   12:34 Diperbarui: 30 Juni 2020   12:48 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi orang tua terkait PPDB Zonasi (sumber: radarsurabaya.jawapos.com)

Semangat Ridho tak surut. Saya tetap bimbing hingga pendaftaran PPDB online terslesaikan dan memastikan semua tahap telah diisi dengan benar. Selesai, dan tinggal menunggu pengumuman. Formulir C1 pun sudah dicatak, sebagai bukti sudah mendaftar.

Menunggu hasil pengumuman memang bikin jantungan. Tak hanya Ridho, saya yang hanya bertugas mengandalkan gawai saja juga deg-degan. Bagaimana tidak, subuh pun casis sudah sibuk menghubungi saya. Sekedar bertanya jam berapa pengumuman bisa diakses.

Belum lagi server yang down sehingga hasil yang muncul tak seperti yang diharapkan. Harus sabar menjelaskan satu per satu ke casis agar sabar menunggu. Beberapa jam setelahnya, server sudah up kembali dan hasil seleksi pun sudah dapat dilihat.

Nama-nama siswa yang dinyatakan lulus bermunculan. Akun PPDB siswa pun sudah memunculkan kata "lulus". Casis yang tinggal di sekitar sekolah pun sudah mendapat label "LULUS". Gawai saya pun ramai kembali dengan pertanyaan langkah apa selanjutnya setelah ditanyakan lulus.

Zonasi yang memutus harapan

Di antara begitu banyak pesan masuk di gawai saya, salah satu yang memilukan hati saya adalah pesan dari Ridho.

"Pak, saya tidak lulus. Kira-kira masalahnya apa ya pak?" Harus bagaimana lagi saya menjawabnya? Mencari kalimat paling mudah yang bisa diterima seseorang yang putus harapan, semoga balasan saya dapat membuatnya mengerti. Tak puas dengan jawaban saya, Ridho mendatangi sekolah. Hasilnya sama.

Malam hari, Ridho masih berupaya menghubungi saya. "Pak, gak bisa bapak bantu saya?" pesannya memulai percakapan kami. "Membantu seperti apa Ridho? Kalau bisa, bapak pasti akan bantu."

"Bapak kan guru di sana, gak bisa bapak usahakan saya masuk ke sekolah bapak?" pilu nya hati ini. "Bapak tidak bisa mengubah hasilnya Ridho, itu sudah diputuskan panitia dan sekolah hanya tinggal menerima. Tidak dapat menambah siswa yang lulus." Sejenak diam.

"Pak, gak bisa ya kita ulangi lagi pendaftarannya?" beberapa menit kemudian pesannya masuk lagi. "Aplikasinya sudah ditutup nak, sudah gak bisa lagi mendaftar." "Ohh, yaudahlah pak. Makasih ya pak sudah bantu saya." Ada nada menyerah dalam kalimatnya.

Saya malah tak tenang dibuatnya. Saya coba beri semangat. "Tetap semangat ya nak. Bapak berharap Ridho tetap sekolah." Tak tahu apa ini akan memberinya semangat. "Tinggal itu harapan saya sekolah Pak." Waduh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun