Malam semakin larut, dan akupun mulai merindukanmu. Kakangmas... Sampai kapan aku harus menunggu dirimu menjemputku? Rasanya hari berjalan terlalu lambat! Bahkan lebih lambat dari jalannya keong mas.
Entah berapa purnama sudah kujalani di desa Dadapan ini menyamar sebagai sebutir keong mas yang dipelihara simbok Randha. Lupakah kau padaku kakangmas? Lupakah kau pada janji setia yang pernah kita ikrarkan bersama saat aku masih sebahai Sekartadji?
Andai saja raja Antah Berantah tak memaksa Kanjeng Rama untuk menyerahkanku padanya, tentu kita sudah bahagia sekarang. Tak perlulah aku melarikan diri ke desa terpencil ini. Wahai kekasihku... Tak inginkah kau memelukku yang kesepian? Tak rindukah kau padaku dan menghabiskan malam seperti malam-malam yang pernah kita lewati bersama?
Disunyinya malam ini, aku bagai merasakan hembusan nafasmu di balik tengkukku. Dan kucumbui bayangmu duhai sayangku. Kuhirup lagi bau tembakau yang berbaur dengan keringatmu. Merasakan belaianmu di tiap jengkal tubuhku.
Bangkitkan gairahku malam ini sayang! Renggutlah aku kedalam dekapanmu, seolah tak kan kau lepaskan lagi. Remukkan kama dalam jiwa yang bergejolak laksana gemuruhnya ombak di pantai selatan Jawa. Reguklah tantra yang ada dalam ragaku kangmas!
Ah...
Namun semua hanya mimpi belaka. Masih tujuh purnama lagi baru dewa menyatukan cinta kita. Dan selaksa cobaan merajam sebelum cinta kita dikukuhkan sebagai legenda. Aku menunggumu kangmas, dan rindu memelukmu dalam wujud nyata.
#poeds