Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Politik Bermartabat, A LA I.J. Kasimo

3 Juli 2022   19:54 Diperbarui: 3 Juli 2022   20:18 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. https://tokoh.id/tokoh/pahlawan/ij-kasimo-hendrowahyono/

Masa kependidikan Kasimo bermula dari sekolah bumiputra, yaitu sekolah kelas Dua Ongko Loro di kampung Gading, yang terletak beberapa ratus meter dari rumahnya. Pada saat ia kelas 4, ia bertemu dengan Romo Fransiscus van Lith SJ yang adalah seorang imam katolik. Pada saat itu Romo sedang mencari murid untuk sekolah di Muntilan. Berkat dukungan ayahnya, Kasimo melanjutkan studinya di Muntilan. Kasimo dibesarkan dalam pengaruh feodalisme dan kolonialisme yang cukup besar.[3] Berkat pengaruh dari Romo van Lith, Kasimo mulai memahami dengan baik arti kehidupan dalam struktur masyrakat Jawa. 

Nasionalisme dalam jiwa Kasimo sebenarnya terbentuk karena adanya edukasi yang diturunkan oleh Rm. van Lith. Rasa cinta akan budaya Jawa dan sikap nasionalisme menjadikan Kasimo layak di sebut seorang tokoh penting membentuk watak masyrakat Indonesia. Ia belajar banyak hal saat berada di Muntilan. Hidupnya di Muntilan, sedikit mewah jika dibandingkan dengan hidupnya di Yogyakarta.[4] Konsep tentang manusia sebagai makhluk yang bermartabat dan perlu adanya pembebasan dari sistem feodal, kolonisasi harus dijauhkan. 

Setelah menyelesaikan studi dan tinggal di asrama yang dibimbing Van Lith, Kasimo melanjutkan studinya di sekolah pertanian Bogor. Menyadari bahwa sekolah pertanian, bukan hanya kemampuan untuk menanam dan membudidayakan tanaman, Kasimo muda pun belajar dan mengikuti kursus perkreditan rakyat.[5] Kegigihan untuk membaca buku dan belajar, telah menjadikan wawasan pengetahuan Kasimo bertambah. 

Ia menjadi pemuda yang aktif berorganisasi selama berada di Bogor. Kasimo pernah menjabat sebagai anggota Pemuda Jawa (Jong Java), Ia Juga menjadi anggota Ceres (Organisasi murid-murid Sekolah Pertanian Menengah), dan ia pernah terpilih menjadi ketua Ceres.[6] Ia menyelesaikan studi di sekolah menengah pertanian Bogor pada tahun 1921. Selama masa-masa penjajahan dan kolonialisasi, Kasimo bisa dikatakan sedikit beruntung, ia masih bisa mengenyam dunia pendidikan. 

Selama masa-masa awal kemerdekaan, Kasimo pernah menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang berfungsi sebagai parlemen sementara Indonesia. Untuk membarui jalan politiknya, Kasimo mendirikan Partai Katolik pada tahun 1923 dengan nama Pakempalan Politik Katholik Djawi (PPKD). Pada tahun 1924 I.J Kasimo dipilih menjabat ketua PPKD. Nama dari partai ini mengalami beberapa perubahan karena desakan pemerintahan. 

Pada saat kongres partai, namanya diganti menjadi Partai Katolik Republik Indonesia. Kasimo pernah menjadi seorang Menteri Persediaan Makanan Rakyat (1948-1950), Kasimo juga menjadi pernah menjadi Menteri Perdagangann (1948-1956). Kasimo juga menjadi salah satu pelopor pendiri Universita Katolik Atma Jaya. Kasimo wafat pada 1 Agustus 1986. Ia digelari sebagai pahlawan nasional oleh Presiden SBY pada tanggal 8 November 2011 .


Pemikiran-Pemikitan Khas I.J. Kasimo

Nasionalisme I.J. Kasimo

Nasionalisme dalam pemahaman umum sering diartikan sebagai rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa, serta sejarah kebudayaannya. Boyd Shafer mendefiisikan lima arti penting dari nasionalisme[7]. Menurutnya nasionalisme berarti: 1) cinta tanah air, 2) keinginan tinggi untuk keselamatan dan prestise bangsa sendiri, 3) suatu kebaktian mistis terhadap urusan kebudayaan, 4) nasionalisme berarti ajaran yang mengajarkan setiap orang untuk mencintai bangsanya saja sendiri melebihi bangsa-bangsa lain, dan 5) nasionalisme berarti sikap yang menyatakan bahwa bangsa sendiri lebih dominan dibandingkan bangsa-bangsa lain dan bertindak agresif.

Secara umum dapat dipahami bahwa nasionalisme adalah sikap dimana setiap orang berusaha untuk menjadi pribadi yang sangat mencintai kedaulatan bangsanya sendiri. Dalam tataran sejarah, nasionalisme sudah ada dalam diri setiap orang. Banyak rakyat melihat bahwa untuk hidup secara nasionalis dia perlu menjadi pribadi yang mengutamakan kesatuan dan kecintaanya pada negaranya sendiri. Sikap nasionalis yang mengebu ini, bisa menjadi faktor yang membangkitkan perasaan persatuan nasional.

Dalam konteks Indonesia, nasionalisme sering dinamakan dengan nasionalisme pancasila. Roeslam Abdulghani menjelaskan bahwa nasionalisme Indonesia itu selalu bermuara pada sikap patriotisme. Pada hakikatnya nasionalisme dan patriotisme adalah dua hal yang sama. Baginya nasionalisme sering dipandang sebagai tindakan yang mengarahkan pada sikap mencintai dan mengayomi seluruh anak bangsa, sedangkan patriotisme adalah tindakan nyata yang dimplementasikan dalam hidup harian sebagai cara untuk menghidupkan kecintaan pada tana air. Dua sikap ini, ditegasi oleh Roeslam sebagai tindakan yang bernuansa solidaritas dan ras kemanusiaan.[8]`

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun